Cuaca sedang terik-teriknya siang ini. Namun ternyata semangat belajar 25 siswa di kelas X IPA 4 tak seterik semangat matahari untuk menyinari bumi. Kata menyerah sudah terlontar dari beberapa mulut. Beberapa kepala sudah tumbang, dan memilih untuk memeluk permukaan meja, berkelana ke dunia mimpi.
"Baiklah. Saya rasa sekian pelajaran kita hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas, dikumpulkan besok di meja saya. Selamat siang."
Bang!
Suara hempasan pintu yang tidak selow kayak lagunya Wahyu membangunkan beberapa kepala yang sudah mendarat sempurna di atas meja.
Galaksi, cowok berkulit putih itu nyaris membuat benjol kepalanya karena tertidur dengan posisi tangan yang menopang kepala.
Genta, penyelamat kepala Galaksi, tersenyum. Untung saja tadi dia dengan sigap meletakkan tasnya di meja Galaksi, sehingga kepala Galaksi mendarat nyaman di tasnya alih-alih membentur meja.
Galaksi terbangun, merentangkan tangannya dan menutup mulutnya yang menguap. Kepalanya mendongak, menatap Genta yang berdiri di samping mejanya, tidak tahu menahu soal aksi pahlawan kesiangan dari Genta barusan. "Barusan gempa ya?" tanyanya polos.
Genta nyengir lalu menggeleng. Ini anak bego banget ya.
"Kok tadi meja gue geter?"
Bodo ah, mending Genta bikin tugas biologinya yang akan dikumpul besok. Lebih berfaedah.
Galaksi melongo ditinggal begitu saja, namun tidak terlalu ambil pusing. Ia menoleh ke sebelah, ke meja Joni. Cowok berotak mesum itu masih saja tertidur pulas, sesekali terdengar suara dengkurannya.
"Joon. Gue laper nih. Kantik kuy." Galaksi mengguncangkan bahu Joni pelan namun sepertinya tidak berefek apapun bagi Joni. Gala mengubah goncangannya menjadi lebih dahsyat. Joni bergeming.
Barulah saat goncangan Gala menjadi Goncangan mahadahsyat, Joni terbangun karena kaget dan mata yang memerah."Bangsat. Gue ngantuk nih."
"Lo kan ngantuk kalau lagi ada guru doang. Buk Hartati udah keluar tuh!"
"Iya ya?" Joni melongok ke meja guru. "Oh iya. Yaudah ayo ngebakwan. Tunggu apa lagi."
Ya setan. Punya temen gini amat.
📖📖📖
"Lima belas...hufftt... Enam belaass." Galaksi tak menyelesaikan hitungannya. Tangannya sudah gemetar karena tak sanggup menahan berat badannya yang kurus. "Pak, udahan ya.." bujuknya ketika guru olahraganya menatapnya sambil berkacak pinggang.
"Makanya sering-sering olahraga. Masa push up 25 kali aja nggak kuat. Yasudah, sana. Besok jangan terlambat lagi."
Dengan susah payah ia berdiri, bergabung bersama teman-temannya di sudut lapangan lain dan menjatuhkan tubuhnya di sebelah Joni.
Joni yang lebih dulu menyelesaikan hukumannya, nyengir, meledek.
"Cemen ah."
Sebuah pukulan melayang begitu saja dan mendarat di kepala Joni. Ia meringis. Namun tetap menampilkan ekspresi mengesalkan.
"Gue kayaknya kurang olahraga deh," adu Galaksi pada Joni.
"Ya emang. Siapa bilang lo kelebihan olahraga."
"..."
"Lagian lo baru push up 25 kali aja--eh kurang pula--keringet lo udah kayak sumber mata air. Bercucuran dan melimpah-limpah."
"..."
"Tapi keringet lo kok nggak bau ya?"
"Bacot. Gue gerah nih, pengen renang." Galaksi mengibaskan bajunya yang sudah basah oleh keringat. Rambutnya yang memang tak pernah diberi minyak rambut juga ikutan basah, membuat beberapa helainya menempel di dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys' Day Out
Teen FictionBxB Nama gue Galaksi. Gue jago remedial. Ah, bukannya sok, tapi mungkin karena otak gue udah ketutupan minyak goreng karena keseringan makan bakwan.