Menurut kalian Atha itu....
***
"Gala." Genta menyentuh lengan Galaksi setelah beberapa panggilan yang tidak dijawab oleh pemuda manis itu.
"Oh-ya?" tanya Galaksi kaget.
Genta melihat arah pandang Galaksi tadi tapi tidak menemukan jawaban. "Lo liatin apa?"
Galaksi mengusap tengkuknya. "Enggak ada. Tadi gue cuma ngelamun? Hehe."
Genta mengangguk. "Ikut gue yuk," ajaknya sembari mengamit tangan Galaksi. Galaksi tidak menjawab dan membiarkan tangannya digenggam oleh Genta. Ia menggigit bibirnya, memandang ke sekeliling dengan was-was, takut mendapati tatapan menghakimi dari orang atau bahkan dari Atha. Namun untungnya hanya ada beberapa orang yang berada di dekat mereka dan sibuk dengan obrolan masing-masing.
Galaksi menatap Genta yang berjalan di sampingnya, hendak membawanya entah kemana. Pemuda itu, Genta, menghindari tatapannya. Galaksi menunduk, ia jelas takut. Ia takut mendapat tatapan aneh dari orang-orang. Ia takut ditinggalkan. Ia takut Atha mengetahui tentang perasaannya. Maka dari itu, ia menarik tangannya pelan, terlepas dari genggaman hangat tangan Genta.
Genta menoleh ke arahnya. Tatapan itu menyambutnya. Tatapan kecewa dari seorang Genta. Namun, pemuda itu tersenyum. "Bentar lagi sampai," katanya dan tetap menuntun Galaksi untuk duduk pada semua bangku taman. Tidak terlalu jauh dari pusat acara namun sepi.
"Gue lebih nyaman jika cuma ada kita." Genta menghembuskan nafas. "Ya walaupun keluarga gue udah tau tentang orientasi gue."
Galaksi melihat ke sekeliling. Lampu di taman ini redup. "Mojok gini. Ntar kita dikira pasangan yang lagi mesum." Galaksi tertawa.
Genta tersenyum. Entah karena mendengar tawa Galaksi atau karena kata 'pasangan' yang terlontar dari bibir pemuda itu. Atau mungkin keduanya.
"Lo nggak digigitin nyamuk kan?"
Galaksi ngakak. "Enggak kok. Emang kalau gue digigitin nyamuk kenapa? Lo mau gigitin balik nyamuknya?"
Genta menatap Galaksi. "Bisa emang?"
Galaksi menatap Genta sebentar kemudian terbahak. Memegangi perutnya. "Oh my. Lo polos banget astaga."
Genta hanya menatap Galaksi yang masih berjuang dengan tawanya. Sedangkan ia mempertanyakan lari kemana bukti kepintaran otaknya jika itu berhubungan dengan pemuda manis ini.
Dan sekarang bahkan hatinya menyuruhnya untuk menyentuh pipi itu namun otaknya menyuruhnya untuk-
Ah, terlambat. Hatinyalah yang menang . Tangannya kini sudah menempel pada pipi pemuda manis di hadapannya. Galaksi menatapnya dari mata jernihnya. Tawanya sudah habis karena kaget akibat tindakan Genta yang tiba-tiba.
Kenapa sih ni orang suka banget ngelus ngelus pipi gue?! Batin Galaksi.
"Lo manis."
Genta melepaskan tangannya dari pipi Galaksi lalu mengalihkan pandangan. Sedangkan Galaksi, ia tertawa.
***
Tak ada yang lebih mengganggu hari-hari Galaksi selain Joni.
Cowok itu berbakat sekali dalam menciptakan aura-aura yang menyebalkan. Entah itu karena ucapan yang keluar dari mulutnya, tingkahnya, atau bahkan hanya dengan caranya bernafas.
"Kesel!" Itu Indah. Ekspresinya kesal, menghadap Joni.
"Eh buset. Salah gue apa coba."
"Bodo. Pokoknya lo salah aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys' Day Out
Novela JuvenilBxB Nama gue Galaksi. Gue jago remedial. Ah, bukannya sok, tapi mungkin karena otak gue udah ketutupan minyak goreng karena keseringan makan bakwan.