ter-paksa

8.5K 1K 254
                                    

Galaksi menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Kegiatannya dan Genta tadi benar-benar menguras otak. Imbasnya, wacana akan melanjutkan belajar di rumah menguap begitu saja ketika tubuhnya sudah menempel di tempat tidur. Seolah kasurnya itu memiliki magnet untuk menarik niat belajarnya.

Hah, sebenarnya Galaksi hanya butuh sesuatu untuk disalahkan-selain dirinya tentu saja.

Pandangan Galaksi menghadap langit-langit kamar. Beberapa cicak melintas. Namun tidak ada cicak betina yang menarik perhatiannya.

Aih, lucu ya. Galaksi tertawa. Bukan karena cicak, bukan. Galaksi tiba-tiba saja teringat dengan Genta. Teringat bagaimana tatapan pemuda jenius itu sewaktu pamit pulang kepadanya. Memang Genta tidak bilang kalau setelah ini dia akan mengunjungi pacarnya, tapi siapa saja yang melihat ekspresi di wajah Genta akan berpikir hal yang sama.

Galaksi mungkin bodoh di pelajaran, tapi ia tidak sebodoh itu untuk salah mengartikan tatapan Genta. Binar matanya, ah bagaimana bisa Galaksi melupakan binar mata itu ketika ia menatap mata Genta. Tidak salah lagi,

Genta sedang kasmaran.

Siapapun orang di balik itu semua, ia pasti luar biasa. Karena setelah beberapa bulan sekelas dengan Genta dan mempelajari perilaku cowok itu, Galaksi nilai Genta bukanlah tipe orang yang terbiasa berdekatan dengan wanita. Apalagi menjalin hubungan.

Ah, Tiba-tiba saja jiwa cupid Galaksi berkobar. Tapi observasi lain terhadap kepribadian Genta, Galaksi yakin pemuda itu tidak akan suka jika ada yang ikut campur dengan urusan asmaranya.

Semangat Galaksi langsung turun ke mata kaki.

Padahal ini pasti akan menarik. Seorang Genta, Genta loh, yang Galaksi pikir akan mengalami keterlambatan pubertas sampai batas waktu yang tidak ditentukan, ternyata hei,

Genta ternyata sudah puber!

Pun, selama beberapa kali Galaksi menjadi mak comblang, kliennya selalu memberikan hasil yang positif.

Mungkin mulai besok ia harus lebih mengamati Genta.

Sialan. Galaksi benar-benar penasaran siapa yang berhasil mencuri hati orang se-freak Genta.

***

Mata Galaksi seakan ingin berkaca-kaca melihat soal di hadapannya. Sumpah demi apa, ini semua, 85 persis persis seperti yang ia bahas dengan Genta kemarin. Ya, mungkin dengan kadar kesulitan yang sedikit lebih tinggi, tapi Galaksi sudah mengerti konsep untuk menjawabnya. Galaksi menahan diri untuk tidak memeluk Genta erat-erat.

Galaksi menatap lembar jawabannya. Jadi ini rasanya yang dirasakan orang-orang pintar yang tiba-tiba tuli saat ujian. Tidak tengok kanan kiri dan fokus pada soal. Rasanya, luar biasa. Hah, ingatkan Galaksi untuk mencium dirinya sendiri nanti.

Pukul 10 tepat. Ultimatum dari pengawas ujian untuk segera mengumpulkan lembar jawaban terdengar. Galaksi berdiri, mengumpulkan kertas jawabannya di meja pengawas dengan penuh percaya diri.

Ujian berikutnya akan dimulai 15 menit lagi. Galaksi memanfaatkan waktu itu untuk bertandang ke kelas Joni, mengajak cowok itu untuk membeli bakwan ke kantin.

"Susah ya ujiannya." Joni mengeluh pada Galaksi ketika mereka kembali ke kelas setelah mendapatkan beberapa jenis gorengan.

Galaksi mencibir. "Kayak yang ngerti aja lo, panjul. Baca soal aja enggak."

Joni terkikik. "Lo emang temen gue, La." Joni tidak tahan untuk tidak menjitak kepala Galaksi.

"Kosong semua nggak jawaban lo?"

Boys' Day OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang