Langit sore kali ini berwarna jingga cerah. Sama seperti hati Genta saat boncengannya diisi oleh seseorang yang menurutnya manis sekali. Spion motornyapun juga tidak lagi berfungsi sewarjarnya, melainkan malah memperlihatkan pantulan wajah Galaksi yang asik memperhatikan lampu-lampu ruko yang satu per satu mulai menyala.
Genta mengulum senyum. Mungkin kali ini tidak ada tangan pemuda itu yang melingkar di perutnya. Tapi ah, Genta punya ide."Gala," panggilnya cukup keras.
"Iya?" Galaksi menjawab dari balik bahu Genta.
"Mana sini tangan lo."
Galaksi mengernyit. "Ha? Maksudnya?" tanyanya namun tanpa sadar mengulurkan tangannya pelan.
Genta tidak menjawab. Namun tangan kirinya meraih telapak tangan Galaksi dan menuntunnya menuju pahanya. Meletakkannya di sana.
"Anying, Gen."
Genta terkekeh. Mungkin banyak orang jadi bego karena cinta, dan kebetulan orang bego itu adalah dirinya sendiri. Genta tidak mengerti dengan jalan pikirnya yang cukup rumit.
"Woi bangsat. Kalo mau mesum jangan di sini woi." Dylan yang duduk di boncengan motor Joni meneriaki mereka menyebabkan beberapa pengendara menoleh lalu menggelengkan kepala setelah mengetahui bahwa keributan itu bersumber dari anak muda yang kurang waras.
Joni menyunggingkan senyum miringnya pada Galaksi. Galaksi menangkap tatapan menyebalkan itu lalu berinisiatif untuk menarik tangannya dari genggaman Genta. Tapi demi tuhan, Genta seperti enggan melepaskan tangannya. Galaksi ingin kabur saja apalagi melihat cengiran Joni yang semakin lebar.
"Ah elah! Susah kalo udah bucin," kata Joni melihat kedua tangan itu masih bertautan. Akhirnya kedua tukang julid itu cape sendiri dan memilih diam.
Mereka berhenti di lampu merah. Galaksi memperhatikan warung bakso tidak jauh dari persimpangan jalan. Warung itu masih ramai oleh pembeli, sama seperti saat ia pergi dengan Atha waktu itu.
Lama pandangangannya teralih sampai ia menemukan sepeda motor yang tampak tak asing baginya. Ia hafal sekali dengan motor itu dan bahkan nomor pada platnya.
Lampu hijau menyala. Galaksi memilih tidak ambil pusing dengan motor tersebut. Lagian, pikir Galaksi tidak ada lagi alasan untuk terlalu memikirian si pemilik motor tersebut.
***
Genta memberhentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Galaksi. Mereka dan Joni berpisah di jalan ketika Genta memilih mengantarkan Galaksi alih-alih pulang dengan Joni.
Galaksi turun dari boncengan dan mengembalikan helmnya pada Genta.
"Lo serius ga mampir?" tanya Galaksi memastikan, padahal Genta tadi sudah bilang kalau setelah ini ia harus mengantarkan ibunya ke arisan.
"Iya," jawabnya. "Kalo gitu gue pergi dulu."
Galaksi mengangganguk.
"Gala," panggil Genta pelan.
"Iya?"
Genta berdehem lalu tangannya mendarat pada pucuk kepala Galaksi, mengusapnya pelan. "Jangan lupa bikin PR." Genta lalu meninggalkan Galaksi yang masih membeku. Tangan Genta hangat seperti biasa. Tapi tidak mencairkan keterkejutan Galaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys' Day Out
Roman pour AdolescentsBxB Nama gue Galaksi. Gue jago remedial. Ah, bukannya sok, tapi mungkin karena otak gue udah ketutupan minyak goreng karena keseringan makan bakwan.