Galaksi membereskan wadah berisi air esnya dan hendak mengembalikan wadah tersebut ke dapur. Namun tangannya dicegat oleh Atha. Sang pelaku hanya tersenyum tipis ketika mendapati kerutan di dahi adik kelasnya.
Tak mendapati respon apapun dari Atha, Galaksi kembali duduk di sebelah pemuda itu. Melihat tangan Atha yang kemudian terangkat mendekatinya, Galaksi bergerak menjauh. Untuk keamanan jantung dan hatinya.
"Mau ngapain lo?" tuding Galaksi.
Atha menyengir. Tidak merespon pertanyaan Galaksi lantas merengkuh tubuh di hadapannya.
"Lo tau, Lala?" tanya Atha dari balik bahu Galaksi.
Galaksi diam, memberikan waktu untuk Atha melanjutkan kalimatnya. Pun ia takut, jika ia berbicara, Atha akan mendengar suaranya yang bergetar karena gugup.
"Gue...gue udah lama pengen ngerasain punya adek kayak gini."
Galaksi terdiam. Sore ini dingin. Dan satu kalimat dari Atha membuatnya semakin dingin.
***
Penghuni kelas X IPA 4 bersorak bahagia ketika mendengar kabar bahwa guru sejarah mereka tidak bisa masuk kelas hari ini dan tidak ada guru PL yang akan menggantikan.
Dan yang paling penting, yang harus dibold, dicetak miring, dan digaris bawahi adalah. Tidak ada tugas.
Tapi manusia di sudut kiri ruangan tidak menampilkan ekspresi yang sama. Joni memandangi teman sebangkunya yang kelihatan seperti mayat hidup sedari tadi.
Melihat kepala Galaksi yang sejak tadi terkulai di atas meja dan membelakanginya membuat Joni kesal.
"Lo kalau lapar, makan dong!"
Galaksi mendengus. Malas merespon teman sebangkunya. Ia tidak lapar. Tapi percuma menjelaskannya kepada Joni yang tidak tahu menahu tentang perasaannya. Dan juga, Joni itu begonya sampai ke kromosom. Demi tuhan! Galaksi memang tidak sedang ingin makan bakwan!
"Gue beliin bakwa-"
"Gue nggak laper bangsat!"
Galaksi menghadap Joni namun tetap memejamkan matanya agar Joni tau bahwa ia benar-benar sedang ingin sendiri.
"Atau lo...sange?"
Mata Galaksi membuka. Mendapati teman sebangkunya yang sedang menatapnya. Galaksi sungguh ingin melayangkan tinjunya ke wajah itu.
Menghela napas, Galaksi bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas.
Melihat Galaksi yang tidak menjawab pertanyaan dan malah meninggalkannya, membuat Joni panik.
"GALA! JANGAN COLI DI SEKOLAH WOI!"
Galaksi mengumpat. Suara cekikian teman-teman wanitanya menambah kekesalannya. Untung saja geng laki-laki sudah keluar kelas sedari tadi. Kalau tidak, Galaksi pasti habis kena bully.
Galaksi memilih menggerakkan kakinya menuju toilet. Sekedar membasuh muka beserta kegalauannya.
Setelah mencuci mukanya, Galaksi keluar dari toilet. Malas berlama-lama di sana karena toilet bukanlah tempat nongkrong yang asik bagi Galaksi.
Galaksi tidak sadar bahwa pikirannya sedang melanglang buana jika saja ia tidak nyaris menabrak seseorang.
"Sori."
"Gala."
Galaksi mengadah. Tingginya cukup jauh dari pemuda di hadapannya dan mereka berdiri terlalu dekat.
"Genta? Sori, tadi gue nggak fokus."
"Nggak papa kok, ehm, sayang. Pfft."
Galaksi menoleh kepada pemuda di samping Genta. Dylan menahan tawanya. Galaksi mengabaikan pemuda tersebut.
Dylan merasakan tatapan Genta kepadanya.
"Oke. Oke. Gue ke kelas duluan." Dylan menyengir lebar dan memberikan tatapan penuh arti ke arah Genta.
"Mau ke taman belakang?" tanya pemuda di hadapan Galaksi sepeninggal Dylan.
Galaksi mengangguk. Ia butuh udah segar saat ini. Makanya ia mengikuti Genta yang berjalan di sebelahnya dengan tangan yang dimasukkan ke kantung celana.
Galaksi sering bertanya-tanya. Apasih faedahnya tangan dimasukin ke kantong seperi itu?
Mereka tidak bersuara sampai tiba di taman. Galaksi mengambil tempat untuk duduk dan diikuti oleh Genta.
Suasana taman sepi. Bahkan hanya mereka berdua di sana. Mungkin karena hanya beberapa kelas yang memiliki jam kosong saat ini.
"Ngg..sore nanti lo free?" tanya Genta. Ia menyadari sedari tadi Galaksi tidak dalam keadaan yang baik. Makanya ia membawa pemuda manis itu ke taman.
Galaksi berpikir sebentar. Sore nanti ia tidak ada ekskul. Tapi ia ada jadwal latihan basket dengan Atha. Tapi, Galaksi belum siap untuk bertemu dengan pemuda itu.
"Free."
Genta mengusap tengkuknya. Ia memantapkan diri untuk fokus hanya pada mata Galaksi. "Mau jalan?"
"Ah, maksud gue, temenin gue beli kado."
"Siapa yang ulang tahun?"
"Nyokap gue."
Galaksi mengangguk mengerti. Tiba-tiba saja terlintas di benaknya tentang pernyataan Genta beberapa hari yang lalu. Tepat di taman ini, dan di bangku beton yang sama. Lalu tentang Atha.
Hingga akhirnya Galaksi memantapkan diri untuk mengambil langkah.
"Tentang perasaan lo ke gue..."
"Lo nggak harus jawab sekarang, serius." Genta memang resah menunggu jawaban Galaksi. Tapi ia harus memberi waktu kepada pemuda itu. Agar perasaannya terbalas. Agar ia benar-benar bisa menenangkan perasaan pemuda manis itu.
"Nggak, gue rasa," Galaksi menelan ludahnya. Ia menatap balik ke mata Genta. "Gue bisa kasih lo kesempatan."
***
Mana nih penumpang kapal #gentagala yang kemaren kelelep? Wkwk
Mon maap, ini tuh pendek dan nggak ngefeel banget astaga. Gue nggak dalam mood yg bagus buat nulis, tapi ini tuh momen #gentagala yang paling gue tunggu2 :)
Tapi ntar gue perbaiki kok. ASAP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys' Day Out
Fiksi RemajaBxB Nama gue Galaksi. Gue jago remedial. Ah, bukannya sok, tapi mungkin karena otak gue udah ketutupan minyak goreng karena keseringan makan bakwan.