*17 belajar?

7K 556 27
                                    

Selamat Membaca🍀🍀🍀

"Apa apaan coba. Kamu menambah nambahkan tau gak. Sejak kapan aku hobi kentut"

Syafa yang masih dengan tawa di wajahnya itu memegang lengan Musa yang tengah memasang wajah kesal "Lah, orang iya juga. Gak mau ngaku dasar"

"Itu bukan hobi Afa sayaaang kuuu" geram Musa

Ohh ayolah, harga dirinya hampir saja hilang saat Afa di tanya apa hobi Musa dan Syafa menjawab sempurna di awal dan di akhir ia menambahkan bahwa Musa hobi kentut. Dan astaga, pengurus kantor langsung menahan tawanya mati matian saat melihat Musa memasang wajah geram.

"Dih. Apaan bukan hobi" ucap Syafa berusaha meredan tawanya "Orang nih ya lo eh kaka tuh kalo kentut pasti habis makan, terus mau makan sama kalo udah malam jam 8 percaya deh" tawa Syafa kembali pecah

Musa menarik ujung bibirnya, jika sudah di hafal Syafa seperti ini. Bagaimana caranya Musa akan mengelak.

TRINING TRINING TRINING

Tawa Syafa terhenti bersamaan dengan bunyi dering telefon Musa. Musa mengangkat sebelah alisnya seakan mengatakan 'Ada apa?'

Syafa menghembuskan nafas kesal "Hp lu eh Kakak bunyi tuh"

"Dering telpon kita kan sam---"

"Gu eh aku lebih hapal sama dering aku, gak nyaring kaya iphone kamu. Buru lihat ih sama tuh yang nelpon" potong Syafa cepat

Musa merogoh kantung celana baju PDL nya ini. Dahinya menyerit heran melihat username Akya muncul di layarnya. Musa menghembuskan nafas lelah, pasti ada masalah 'lagi' dengan adiknya ini.

"Halo dek? Kenapa?" Ucap Musa saat sudah menekan tombol berwarna hijau. Dan tanpa basa basi pastinya.

Syafa yang melihat Musa terlalu to the point itu hanya bisa menghembuskan nafas lelah, bahkan dengan adiknya sendiri Musa jutek? Ahh sungguh aneh lelaki didepannya ini.

"Loudspeakers dong Ca" pinta Syafa

Musa mengangguk, lalu menekan tombol loudspeakers dan menempatkan ponselnya di tengah tengah dirinya dan Syafa yang masih berdiri di parkiran kantor

"Bang. Hiks. Tolong Aya bang. Hiks. Aya. Hiks. Aya"

Musa membelakaan mata kaget. Hatinya tak enak. Jantungnya berdegup sangat kencang mendengar sang adik menangis. Jika Akya kembali di panggil guru Bk karena kenakalan konyolnya, Akya tidak akan menangis. Jangan kan menangis, bahkan mata Akya menyiratkan bahwa ia tidak takut dengan guru guru di sekolahnya itu.

"Yaya? Dede? Kamu kenapa sayang?" Tanya Syafa panik

"Mbak Afa. Hiks. Abang. Hiks. Afa. Afa di ruang Bk sekaranng. Ke sekolah Bang plis. Akya. Hiks. Hampir hiks. Hampir di perkosa bang. Hiks"

"Bangsat" umpat Musa dalam hati

Tanpa menunggu Akya melanjutkan perkataanya, tanpa menunggu Syafa akan bertanya kepada Akya tentang kondisi dan sejenisnya. Musa mematikan sambungan telepon dengan menggenggam erat ponselnya. Rahang Musa mengeras, gemeletukan gigi yang saling bersinggungan terdengar jelas di telinga Syafa. Musa menahan amarah.

"Ca. Uca? Udah yuk mending sekarang kita ke sekolah Yaya. Kita kesana yuk jangan sampe Mamah sama Papah yang kesana. Yuk sayang yuk" bujuk Syafa cepat sembari menarik tangan Musa

Musa melunak, lalu mengangguk cepat "Aku bakalan nelfon kantor dulu. Izin mendadak sebentar. Semoga di izinin. Kamu mending pu---"

"Aku bakalan ke sana pake seragam hijau ini. Aku tunggu di mobil ya" potong Syafa cepat lalu berjalan menunju mobil Musa

[KCT.3] Tentara Ku!(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang