Selamat Membaca🍀🍀🍀
"Hah? Lo jadiin anak cewek orang baham taruhan? Kenapa siih otak lo gak di pake hah?! Dulu lo gak terima kan kalo Gue atau Yaya di mainin cowok? Dan sekarang lo malah mainin cewek? Gue rasa otak lo geser pas pendidikan bang"
Musa menghembuskan nafas lelah, setelah uring uringan sekian lama Musa akhirnya memutuskan untuk datang 'lagi' kerumah kakak nya ini. Musa memberanikan diri menceritakan semuanya kepada Zasya. Musa butuh saran. Musa butuh masukan.
"Diem kan lo. Bilang sama gue. Ada untungnya gak mainan cewek? Bilang?!" Bentak Zasya kesal
Musa menggeleng dalam diam "Gak ada"
"Nahhh tuh tauk! Ish sumpah gak nyangka aja gue cowok sekeren lo yang gue kira gak akan mainin cewek malah sekarang mainin cewek. Udah ngapain aja lo sama dia hah?!"
Musa masih menunduk, enggan mengangkat kepalanya "Baru pelukan, itu juga pas dia nangis. Jangan bilang Papah geh Kak"
Musa pasrah. Semenjak kakaknya menikah Kakaknya selalu menjadi tempat Musa berkeluh kesah. Sebetulnya Musa ingin bercerita kepada Papah dan Mamahnya. Tetapi kan Papah dan Mamahnya tengah sibuk dengan Akya, dimana Akya tengah mengalami pubertas.
Zasya berdecak kesal, Zasya tidak habis fikir dengan adiknya ini. Apa sih yang ada di fikiran Musa sampai tega menjadikan perempuan bahan taruhan
"Minta maaf ke dia gih"
Musa mengangkat kepalanya takut takut "Nah, ii itu kak. Gue mau minta saran nya"
Zasya melotot, lalu menepuk jidatnya keras "Adik sapa sih looooo minta maaf aja kudu disaraniiin"
Musa menampilkan cengiran lebar, lalu meringis mendengar pekikan sang kakak di akhir kalimatnya "Yaaa. Saranin doong kak"
***
Perawat Cantik
"Namanya perawat cantik?"
Musa tersenyum kecut "Afa. Namanya Afa Kak"
Zasya mengangguk paham "Gih buru Chat"
"Gimana kak?" Musa menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal
"Hadooooh capcay deeeh! Mikir dewek!" Zasya memukul kembali keningnya lalu meninggalkan Musa di ruang tamu yang masih berfikir
Perawat Cantik
Ehh haii.
Apa apaan ini. Lebay. Kaku. Hapus
Main yuuk
Di kira ngajak anak bocah main kali. Hapus
Jalan yuk, saya jemput jam 8. Beneran jam 8 kok. Ada yang mau saya omongin
Send. Musa menghembuskan nafas lega "KAAAAK UDAH GUE KIRIM PESANNYA" teriak Musa agar kakaknya itu mendengar dari dapur
"KIRIM PESAN APA LO BANG?" balas Zasya berteriak dari dapur
"NGAJAK JALAN. SEKALI LAGI DONG KAK SARAN BAWA APA GUE TERUS AJAK JALAN KEMANA"
***
Syafa mengucek matanya. Ini serius? Apa Syafa hanya halusinasi?
Musa Cakep
Jalan yuk, Saya jemput jam 8. Beneran jam 8 kok. ada yang mau saya omongin
Syafa menghembuskan nafas lelah. Setelah 9 hari pasca kejadian, Musa tak mengabarinya dan baru mengabari sekarang. Sebetulnya bukan saat pasca kejadian, tetapi pasca pelukan itu.
Syafa menimbang nimbang, apakah ia harus menjawab 'mau' atau 'tidak'. Tapi katanya ada yang ingin dibicarakan, tapi apa. Tuhkan Syafa penasaran
Okey. Ditunggu
Ya. Setiap manusia mempunyai kesempatan kedua bukan? Sepertinya Syafa akan memberikannya kepada Musa.
***
"Hah? Naik motor? Aduh gue make drees lagi Sa"
Musa menggaruk tengguknya yang tidak gatal. Musa kira Syafa tidak akan memakai baju seperti ini. Tapi ternyata Musa keliru. Niatnya mau minta maaf malah bikin emosi Syafa.
"Apa saya telfon anggota aja ya minta anter mobil ke sini, tung---"
Tangan Syafa menahan tangan Musa yang ingin mengambil ponsel di saku celananya "Gak usah. Makan pecel lele depan sini aja gimana? Rasanya enak deh pokoknya gak mengecewakan gue jamiin"
Musa membelakan mata kaget "Kamu gak jijik-an?"
Syafa menyerit heran, lalu tak urung tertawa "Helauuu Muusaa, gue tuh anak kost anak asrama. Makan kaya gitu jijik? Kalo tiap hari nge-cafe ma tekor gue"
Musa tersenyum tipis dalam hati, lalu menggenggam tangan Syafa yang tadi menahan tangannya "Yaudah yuk"
Tawa Syafa terhenti, berganti dengan ritme jantungnya yang sangat cepat. Astaga saking cepatnya Syafa takut Musa dapat mendengarnya. Daaan apakah Syafa memiliki riwayat jantungan? Ini kenapa sampai sesak begini astagaaa.
***
"Ini pecel lele kesukaan gue. Langganan gue. Gue suka makan di sini soalnya sambelnya wenak bangeet" Syafa mengambil daun kemangi, lalu mencoleknya dengan sambal dan memakannya
Musa mengangguk, Musa akui sambal di makanan kaki lima ini betul betul enak. Hampir sama dengan sambal buatan sang mamah. Ahh Musa jadi rindu Mamahnya.
"Baaang. Es teh manis dinginnya satu lagi yaaa" teriak Syafa
"Udah make kata Es make lagi kata Dingin"
Syafa terdiam, lalu tertawa. Mentertawai kebodohannya "Ohh iyaya. Bego banget gue"
Musa ikut terkekeh. Entahlah, bersama Syafa selalu saja bisa membuat Musa tersenyum bahkan tertawa. Musa merasa errr nyaman.
"Ohh iya. Lo mau bilang apa?" Syafa mencuci tangannya di wadah yang diberi air dan potongan jeruk nipis yang diikuti oleh Musa. Mereka telah selesai Makan malam
"Hmmm. Saya mau minta maaf. Saya minta maaf atas kebodohan saya ya. Saya mau kita tetap bisa dekat. Tenang saja tenang saja. Tidak ada taruham lagi didalam ini saya janji"
Syafa memasang wajah menimbang nimbang, membuat Musa berkeringat dingin. Takut takut Syafa menolaknya. Syafa mengulurkan tangan kananya "Teman?"
Musa tersenyum lalu menyambut uluran tangan Syafa "Insha Allah temen kalo gak ada niatan ngelamar"
Sialan. Pipi Syafa bersemu merah seketika.
&&&&&
Ehh mood bagus masa wkwk seneng ga seneng gak? Senng doong pasti nyaaaa wkwkwk
Ohh iya rencananya mau buat cerita Akya tapi nanti deh difikirin lg wkwkwk
Tbc ke part selanjutnya!
Jangan lupa follow @Cantikaenpe on instagram!
KAMU SEDANG MEMBACA
[KCT.3] Tentara Ku!(Selesai)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Cover by : @aliencegan SERIAL KETIGA "MY PERFECT HUSBAND" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Tadinya, Syafa berfikir bahwa dekat dengan tentara itu enak. Membayangkan betapa romantisnya tentara, dulu Syafa menganggap itu h...