Selamat Membaca🍀🍀🍀
8 bulan Musa di Papua
Syafa menatap lesu pesan di ponselnya, sejak hari dimana Musa mengiriminya video, sampai detik ini Musa belum juga menghubungi Syafa. Pesan yang Syafa kirim belum juga berubah dari ceklis 1 menjadi ceklis 2 bahkan ceklisnya berubah warna pun belum.
Yang Syafa dapat lakukan hanya memutar ulang videonya. Sesekali Syafa menangis, sesekali Syafa terkekeh pelan. Syafa bagaikan wanita depresi di tinggal nikah padahal Musa hanya pergi tugas. Syafa tidak menyalahkan Musa pergi tugasnya, namun Musa tidak ada kabar. Jujur. Syafa khawatir.
"Fa. Afa. Itu Casum lo bukan sih" perawat Hesti menunjuk ke arah televisi
Syafa menutup mulutnya, kaget. Di salah satu stasiun televisi Musa tampil. Namun, lihatlaah Musa ada di televisi dengan wajah yang ada darahnya, pakaiannya acak acakan dan astagaaa Musa sedang mengikat dua orang yang katanya penjahat itu di sebuah tiang. Sungguh, Musa sangat sangat telihat memprihatinkan dan tetap tampan.
"Anjaaaay Casum lo keren bener dah Fa" perawat Hadi ikut menimbrung
Syafa tersenyum, sedikit bersyukur karena dapat melihat wajah Musa walaupun ada banyak luka luka di sekujurnya. Syafa menangis kembali, rindunya benar benar membuncah, ingin rasanya Syafa memeluk erat televisi di ruangan ini jika itu bisa menyembuhkan rindunya.
Rindu hadir bukan karena jarak yang memisahkan, namun kini di hati masing masing telah tertera rasa 'Nyaman' jika bersama dan ketika berpisah akan menimbulkan rasa rindu.
"Ya. Dengan ini saya Jendral TNI akan mengangkat pangkat Letda Musa Yusuf Mubarak menjadi Lettu Musa Yusuf Mubarak yang seharusnya baru akan naik 3 tahun lagi. Kenaikan pangkat Lettu Musa Yusuf Mubarak ini sebagai bentuk apresiasi kami terhadap keberanian dan keguguhan Lettu Musa Yusuf Mubarak. Semoga dengan ini prajurit yang lain dapat mencontoh dan menjadikan sebagai motivasi untuk keberanian dalam medan perang. LEBIH BAIK PULANG NAMA DARI PADA GAGAL DI MEDAN LAGA. KOMANDO"
"KOMANDO"
"Hikks. Gamaoooo enak aja lu bilang begituuu hiks" tangis Syafa tiba
Hesti dan Hadi menyerit bingung melihat Syafa yang menangis tiba tiba. Hesti mendekati Syafa, lalu memeluk Syafa untuk menenangkannya
"Kenapa perawat Syafa? Duh jangan sedih dong"
"Hiks. Hiks. Hiks. Per hiks perawat Hesti hiks masa masa hiks mereka bilang hiks lebih baik pulang nama hiks dari pada gagal di medan laga hiks gamao lah gue hiks gue mau nikah dulu sama uca hiks hiks. Huaaaaaaaahhhh" tangis Syafa pecah.
Hesti yang melihat Syafa hanya bisa tersenyum prihatin, Hesti memeluk Syafa lebih erat "Berdoa aja perawat Syafa, biar Casum nya pulang selamat dan bisa membangun keluarga samawa oke?" Hibur perawat Hesti
Syafa mengangguk, mengiyakan perkataan Perawat Hesti yang membuat Syafa sedikit tenang. Ya. Sedikit lebih tenang.
~♡~
10 bulan Musa di Papua
Akya mencebik kesal "Dunia emang selebar daun kelor ya Mbak"
Syafa terkekeh geli "Yaa namanya juga hidup"
Setelah Januar selesai pendidikan, Januar menelpon Syafa untuk menemaninya melamar perempuan yang di maksud oleh Januar. Namun, amat di sayangkan Syafa tak bisa. Karena kakak perempuan Syafa yaitu Syafikah pulang dari pendidikannya juga.
Kakak Syafa adalah seorang polwan perwira yang baru saja menyelesaikan pendidikan. Dan keluarga Syafa selalu menyempatkan kumpul jika kakaknya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[KCT.3] Tentara Ku!(Selesai)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Cover by : @aliencegan SERIAL KETIGA "MY PERFECT HUSBAND" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Tadinya, Syafa berfikir bahwa dekat dengan tentara itu enak. Membayangkan betapa romantisnya tentara, dulu Syafa menganggap itu h...