- 21 -

960 91 14
                                    

Happy reading~



Nggak tau kenapa setelah kita tengkar kemarin, bang Jihoon rada berubah. Yang biasanya kita chatan bahas apa aja sekarang cuma sesekali dia chat gue udah gitu singkat-singkat banget dia balesnya, gue jadi males.

Tok tok tok..

Gue noleh ke arah pintu, "Masuk aja, nggak di kunci kok!" Teriak gue. Mager gue udah terlanjur nyaman sama kasur.

"Dek?"

Oh ternyata bang Mingyu, dia jalan ke arah ranjang terus tiduran di samping gue.

"Di tekuk terus mukanya kenapa si?" Tanya bang Mingyu

"Nggak papa bang." gue beringsut meluk bang Mingyu dan dia bales meluk gue.

"Cerita buru! Gue tau lo lagi ada apa-apa."

Ini nih, bang Mingyu meskipun cowok, dia peka sama keadaan sekitar. Mau seberapa hebat gue nyembunyiin apapun dari dia, pasti nggak akan bertahan lama. Dia selalu tahu, dia selalu mengerti. Dan gue suka, gue bersyukur punya abang kayak dia.

"Gue.. Tengkar sama bang Ji."

"Kok bisa?"

Gue ceritain sama bang Mingyu semuanya, mulai dari di petshop sampai bang Jihoon pamit pulang kerumah dan juga komunikasi kita yang agak beda sekarang ini.

"Gini ya, dek. Memang seorang teman itu kadang ada yang ngomongin di belakang ada juga yang langsung blak-blakan di depan kita. Jihoon sama bang Chanyeol udah temenan lama dan selama mereka berteman itu baik-baik aja. Nggak ada problem, sampai sekarang ini. Lewat kamu, masalah itu datang. Dan dari belakang pula, kamu bilang Chanyeol nggak sebaik kelihatannya. Tapi dia, udah nunjukin tampang baiknya selama ini ke Jihoon. Itu, yang bikin Jihoon nggak percaya. Bukan nggak percaya sih, tapi kayak yang nggak mungkin gitu bang Chanyeol itu ngomong gitu di belakangnya." Jelas bang Mingyu panjang lebar.

"Harusnya dia tahu lebih awal bukan, meskipun ini sepele ya, bang. Tapi kita nggak tau nanti ke depannya gimana."

"Kita emang nggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi, cukup ikuti aja alurnya. Dan kamu, jangan berfikiran kalo kamu salah. Kamu udah jujur sama Jihoon. Masalah tengkar, emang dalam hubungan nggak melulu kita baik-baik aja. Pertengkaran ini yang jadi tolak ukur, seberapa besar rasa kita buat seseorang. Seberapa kuat kita buat bertahan."

Sumpah, gue nggak nyangka. Bang Mingyu, yang sama sekali nggak pernah berkecubung di dunia percintaan tapi dia lebih mengetahui seluk beluknya ketimbang gue.

"Thanks a lot, bang. Makasih udah jadi pendengar yang baik selama ini buat aku, dan makasih atas semua sarannya. I love you!" Gue ngeratin pelukan gue dan nenggelamin kepala gue di dada bidang bang Mingyu.

Cup

Bang Mingyu ngecup pucuk kepala gue, "Sama-sama. You know that I love you to, so much!" Balasnya.

"Turun, yuk! Mami lagi nyiapin sarapan."

"Gue belum mandi, bang."

"Lu pikir gue udah? Dah, yuk buruan turun!"

Gue lepasin pelukan gue ke bang Mingyu dan kita keluar kamar buat ke bawah, ke dapur lebih tepatnya.

Sesampainya di dapur gue langsung nyamperin Mami setelah nyapa Papi yang duduk di kursi ruang makan.

"Pagi, Mi.." Gue cium pipinya Mami terus mulai bantuin nata piring dan sebagainya.

Setelah selesai bantuin Mami nyiapin sarapan kita mulai makan sama-sama.

BETWEEN US! [WOOZI SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang