Bagian 4 : Sisi yang Lain - 2

2.1K 288 56
                                    


Fajar selalu merasa kegiatan wawancara kerja begini adalah hal menyebalkan. Dia lebih suka menenggelamkan dirinya bersama dokumen-dokumen kerjasama, mengecek laporan keuangan atau dokumen pengajuan dari para manajer. Karena sejujurnya Fajar tidak suka berinteraksi dengan orang tak dikenalnya. Meski ramah dan mudah berbaur sebenarnya Fajar adalah tipe pemilih dalam bergaul. Terlebih pergaulan yang memperlihatkan jabatannya. 

Bukan sombong atau apapun, Fajar hanya punya pengalaman tak menyenangkan dimanfaatkan teman-teman semasa SMP nya yang mengetahui seberapa kaya keluarganya. Dan Fajar sudah mengcamkan pada dirinya bahwa hal seperti itu tak boleh lagi terjadi, pertemanan seharusnya didasari ketulusan. Karenanya Fajar hampir tak pernah memberitahukan siapa keluarga saat mulai memasuki SMA, dan yah Fajar mendapatkan teman-teman yang sungguh mau berteman dan bukan mengambil keuntungan.

Seperti saat ini, Dia harus mengajukan pertanyaan yang sama pada hampir 30an orang sejak 2 jam yang lalu. Fajar memijit pangkal hidungnya pelan dengan hembusan nafas dari mulut yang terbilang keras, saat penat sudah tak bisa dia tahan. Membuat Debby dan Greysia yang duduk di kanan dan kirinya menatap heran.

"Mau istirahat sebentar sebelum melanjutkan pak?" tanya Debby pengertian.

"Iya, istirahat dulu aja Jar, kayaknya lo capek banget gitu" tambah Greysia.

"Boleh deh, istirahat dulu 10 menit gitu kali. Biar gue fresh lagi."

Fajar menyenderkan tubuhnya sepenuhnya pada kursi dan memejamkan matanya. Hingga dikagetkan oleh Greysia.

"Loh! Dia kan?!" 

Greysia berseru cukup keras hingga membuat Fajar, Debby dan Rizal yang duduk berjajar di sampingnya menoleh seketika. 

"Ada apa Bu Greysia?" tanya Rizal padanya.

"Eh, tidak ada apa-apa Pak Rizal. Ini ada pelamar yang kayak saya kenal, mungkin adek angkatan kali ya karena sama-sama dari Universitas C. Ehehehe" jawan Greysia, namun kentara sekali tengah gugup. 

Meski masih tampak aneh, namun Rizal memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh dan melihat lagi dokumen ditangannya. Profil para pelamar kerja yang akan di wawancarainya, berhenti sebentar melihat foto seseorang yang tampak dikenalnya. 

"Kok kayak kenal ya? Tapi siapa?" gumam Rizal pelan pada dirinya saat menatap profil bernama Muhammad Rian Ardianto. Kemudian menggeleng dan mengangkat bahu acuh.

Sedangkan Greysia tampak mencuri pandang pada Fajar, Ragu untuk memberitahunya atau tidak. Kemudian mengangguk singkat, "Daripada nanti kaget ini anak"  batinnya.

Sebuah senggolan kecil membuat mata Fajar terbuka dan menoleh pada si penyenggol. 

"Kenapa Greys?"

"Udah liat ini?" ucap Greysia sambil menunjukkan salah satu profil pelamar lengkap dengan pas foto. Profil Muhammad Rian Ardianto.

Fajar tersenyum miring dengan mata berbinar. 

"Belom sih, tapi udah liat orangnya tadi diluar"

"Heh! Yang bener lo!" Greysia melotot menatap kaget pada Sang CEO.

"Kalian bisik-bisik apaan deh?" tanya Debby penasaran. Debby memang tidak mengenal Rian ngomong-ngomong, jadi meski Dia sudah duluan membaca semua profil pelamar dia biasa saja. Debby memang lulus setahun sebelum Rian masuk Universitas mereka.

"Enggak ada apa-apa kok Ci, ini ada adek kelas yang kita kenal. Kita lagi ngomongin dia" jawab Fajar santai. 

Debby hanya mengangguk paham dan kembali melihat pada smarthphonenya. 

Deuxieme Chance -FajRi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang