Ekstra - Bagian 33 : Sebuah Kisah-2 (Spesial Rinov)

2.2K 153 354
                                    

Panjang buangeeeettttt! Semoga kalian gak mual-mual. Enjoy the end of Dedek Rinov story!

Pagi itu adalah pagi yang sangat cerah. Setelah dua hari Kota Bandung selalu diguyur hujan, akhirnya pagi itu cuaca terasa hangat. Rumah yang dihuni dua pasangan, seorang anak dan pria menuju dewasa itu tampak mulai ramai.

Omar terlihat menjahili Akbar yang tengah memasak di dapur dengan sesekali menarik-narik celemek yang digunakan, lalu berlari menuju Reza dan melakukan tos. 

"Ini kapan matengnya kalau kalian gangguin terus, aduh!" protes Akbar pada mereka.

"Om Abay gemesin ya Dek Omar kalo marah gitu?" ucap Reza pada si balita, yang memberi tanggapan anggukan antusias oleh Omar.

"Omal Cayaaaaaang Om Abay!" teriaknya sembari memeluk kaki Akbar. Membuat Akbar yang tadi mau marah jadi berubah menjadi gemas.

"Kamu mah gitu Dek, tau aja kelemahan Om. Kan Om Abay tadi mau marah, jadinya malah gemes," balas Akbar mencubit salah satu pipi Omar dengan gemas. "Ngomong-ngomong Mami sama Papi kamu kemana?" tanyanya lagi.

Tak seperti biasanya, tadi setelah menemani Omar turun ke lantai bawah Ihsan langsung buru-buru naik lagi dan menitipkan pengawasan Omar pada Akbar dan Reza.

"Papi bilang, Mami tapek. Maci bobok," jawab Omar. "Tadi malam Omal latihan bobok tendili di kamal Om Ian, ditemani mami campe bobok telus ditinggal. Tapi Omal nda nangit, kata Papi Omal hebat!"

Omar bercerita dengan antusias pada kedua Omnya. Reza dan Akbar saling pandang sejenak, lalu menyadari sesuatu.

"Pantesan aja Koh Kevin capek. Tadi malam Omar diungsiin di kamar Mas Rian ternyata," batin Akbar.

"Bisaan deh tuh Bang Ihsan, anaknya sendiri dikerjain," batin Reza.

"Omal nda hebat ya Om?" tanya Omar lagi dengan wajah sedih melihat bagaimana reaksi kedua Omnya.

"Eh, enggak kok. Omar hebat sekali! Udah berani bobok sendiri lho, Wah keren," ucap Akbar kemudian. Reza hanya mengangguk antusias lalu mengangkat tubuh Omar ke udara sambil berkata, "Omar Keren" beberapa kali.

Hingga beberapa saat kemudian Ihsan turun dari lantai atas diikuti dengan Kevin di belakangnya dengan ekspresi yang masih terlihat mengantuk meski sudah mandi, karena rambutnya masih sedikit basah.

"Ini dia tersangkanya," celetuk Reza.

"Apaan sih lo tersangka-tersangka," balas Kevin.

"Tersangka yang ngungsiin anak ke kamar Mas Rian biar bisa iya-iya," cibir Akbar sembari meletakkan sepiring telur dadar gulung dan tumis brokoli di meja makan.

Kevin mendelik kaget, sementara Ihsan setelah sempat terdiam, cuma tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya kiku.

"Selamat pagi semuanya! Dedek Rinov disini, eh, ngapain pada bengong disini deh?" tanyanya memecah kecanggungan dengan sapaannya.

Reza, Akbar dan Ihsan seketika tertawa bersamaan tanpa dikomando, sedangkan Kevin tampak meghembuskan napas lega.

"Nggak ada apa-apa. Anak kecil mah udah duduk aja situ sebelah Omar, gue ambilin susu punya lo. Buruan sarapan terus berangkat ke kampus," ucap Akbar kemudian kembali dari dapur dengan segelas susu coklat dan teh hangat. Meletakkan cangkir teh di depan Reza dan susu coklat di depan Rinov. 

Sedangkan Omar sudah sibuk dengan biskuit susu yang dia celupkan pada gelas susu miliknya, sampai belepotan kemana-mana.

"Hari ini udah persiapan wisuda kan Nov?" tanya Reza setelah menyelesaikan sarapannya. Sekarang sedang menikmati segelas teh dan buah apel yang sudah dipotong-potong oleh Akbar.

Deuxieme Chance -FajRi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang