Bagian 15 : Sepintas Cerita Lalu

2.3K 286 263
                                    


Warning! Flashback yang kalian tunggu dan tanyakan dari awal cerita tersaji di chapter ini. Hanya dari cerita Hadiyat jadi sedikit lompat-lompat timelinenya. Semoga kalian puas walaupun makin bingung. Lebih banyak dialog. Sediakan banyak cemilan manis saat membaca karena chapter ini sangat panjang dan kalian mungkin bosan. Dan jauhkan benda tajam dari sekitar kalian, Untuk menghindari benda-benda tajam itu melayang ke kamar saya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Fajar muda sangatlah bandel, bahkan sampai waktu kuliah. Dia suka seenaknya mengurangi jumlah mata kuliahnya hingga membuat Tuan marah. Dia bilang dia malas cepat-cepat lulus karena masa depannya sudah ditentukan, meneruskan perusahaan ayahnya. Tidak sesuai dengan cita-citanya yang ingin jadi pemain badminton. Satu-satunya yang membuat dia bertahan dan mau berangkat kuliah adalah UKM bulutangkis yang dia ikuti."

"Jar, berangkat kuliah sana. Anak kuliahan kok jam segini masih nongkrong di depan TV," sapa Hadiyat pada Fajar yang masih bergelung di sofa menonton televisi sambil sesekali memakan gorengan di depannya.

Fajar hanya nyengir.

"Males ah, kang. Mata kuliah hari ini dosennya galak. Nanti sore aja ke kampus pas latihan badminton sama anak-anak."

"Gimana mau lulus lo! Ke kampus bukan kuliah malahan cuma buat latihan badminton," ucap Hadiyat geleng-geleng.

"Lo ngapain ke sini jam segini? Ketahuan papah diomelin lho"

"Orang Papah lo yang nyuruh kok. Di suruh ngambil dokumen yang ketinggalan di ruang kerja papah lo"

Fajar be-Oh dan kembali mengfokuskan perhatiannya ke televisi saat melihat Hadiyat berjalan menuju ruang kerja sang ayah. 

Hadiyat adalah teman semasa kecil Fajar yang sudah seperti kakak baginya, karena usia mereka yang terpaut 4 tahun. Selepas menyelesaikan kuliahnya, Hadiyat bekerja sebagai salah satu asisten ayah Fajar di perusahaannya. Membuat mereka tak terpisahkan layaknya saudara.

"Buruan di kelarin itu kuliah, udah mau tiga tahun kuliah kok masih gitu-gitu aja sih Jar. Itu si Devin temen seangkatan lo aja udah mulai magang di perusahaan papah lo," ucap Hadiyat menepuk main-main kepala Fajar.

"Halah, biarin. Mau cepet lulus, mau lama lulus, nggak ngaruh sama masa depan gue ini. Ujung-ujungnya juga di suruh papah ngurusin perusahaan juga."

"Ck, ngeles aja lo"

"Nunggu ada yang nyemangatin kang," jawab Fajar dengan cengiran lebar.

"Mana ada yang mau sama lo yang kuliahnya aja nggak bener."

Fajar hanya tertawa mendengarnya. Mengiringi kepergian Hadiyat kembali ke kantor.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Lalu diawal semester ketujuhnya memasuki masa kuliah, Fajar tiba-tiba berubah. Dia mulai rajin berangkat kuliah, bahkan mengambil lebih banyak mata kuliah dari biasanya. Kami semua heran melihatnya. Sampai akhirnya kami nggak tahan buat nanya ke dia."

"Sekarang lo ngomong deh sama gue. Lo nggak lagi kesambet kan?"

"Apaan dah kang. Siapa juga yang kesambet? Orang gue sehat wal afiat gini," jawab Fajar sambil menaikkan tangannya dengan pose menunjukkan otot lengannya.

"Terus kenapa sekarang jadi rajin kuliah? Gue juga denger lo sekarang selalu berangkat pagi pulang sore, seharian di kampus. Gimana gue nggak curiga lo kesambet?"

Fajar tergelak mendengar dugaan Hadiyat terhadap perubahan perilakunya. Setelah puas tertawa, Fajar mulai menunjukkan ekspresi lain yang menarik perhatian Hadiyat. Fajar tampak berseri dan sedikit malu-malu, bahkan terlihat sedikit semburat merah di pipinya.

Deuxieme Chance -FajRi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang