Bagian 8 : Berdamai dengan Takdir

2.5K 301 62
                                    


Kevin menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang yang baru saja di ganti sepreinya oleh Rian. Merasa nyaman dan karena sudah kelelahan, mata Kevin terasa memberat. Hampir saja dia tertidur jika saja tidak ditegur oleh Rian.

"Elah si Kokoh, malah merem piye sih. Mandi dulu kek, ganti baju, cuci muka gitu biar seger. Jorok ih, buruan bangun."

"Capek Yan"

"Nggak peduli. Buruan ah, emang badannya nggak lengket apa. Mana bau asem lagi"

Kevin otomatis langsung duduk ketika mendengar kata-kata 'bau asem', lalu membaui badannya sendiri. Dia sangat anti dengan bau badan dan Rian tahu benar hal itu, hingga bisa memakainya sebagai senjata untuk memaksa Kevin mandi.

"Enggak bau asem ya. Lo ngarang aja"

"Makanya buruan mandi dulu sana biar nggak keburu bau asem beneran"

Kevin beranjak dan mengambil baju tidur di salah satu kopernya lalu masuk ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Rian geleng-geleng heran, Kokohnya itu benar-benar nggak berubah sejak dulu. Rian membawa seprei kotor ke ruang cuci di lantai bawah lalu menghampiri Ihsan yang masih minum kopi sambil menonton televisi. Meski jam digital pada tembok telah menunjukkan pukul 22.48. 

"Nggak tidur bang?" tanya Rian.

"Belom ngantuk"

"Bang Ihsan marah ya gue ngajak Koh Kevin kesini?"

Ihsan menggeleng. "Gue nggak ngrasa ada yang salah sih sebenernya, dia temen lo wajar banget lo pengen bantu dia. Cuma gue masih belum bisa lupa aja sama kejadian dulu."

"Coba deh bang diomongin. Kayaknya Koh Kevin sendiri malah ngerasa nggak pernah ada salah sama Bang Ihsan."

"Gue pikirin dulu" jawab Ihsan terkesan tidak serius.

"Ya udah, gue tidur dulu bang" pamit Rian yang hanya dibalas anggukan.

Tanpa mereka sadari, Kevin mendengarkan percakapan mereka dari ujung tangga. Membuatnya jadi berfikir lagi, benarkah dia memang tak pernah menyinggung perasaan Ihsan? Tapi jika memang pernah terjadi sesuatu yang membuat Ihsan sakit hati padanya, maka dia pasti melakukannya tanpa sengaja. Saat melihat Rian mulai beranjak dari samping Ihsan, Kevin buru-buru kembali ke kamarnya dan berbaring di ranjang.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi pertama Kevin di rumah itu dimulai saat Rian membangunkannya jam 7 pagi untuk sarapan. Seperti biasanya, Akbar yang merupakan penguasa wilayah dapur sedang memasak nasi goreng untuk semua penghuni. Minus Ihsan yang selepas subuh kembali tidur dan baru akan bangun sehabis dzuhur. 

"Hari minggu itu lazy day di rumah ini koh. Jadi terserah mau ngapa-ngapain aja" kata Rinov setelah perkenalan singkatnya dengan Kevin tadi.

"Gue masih harus nyerahin laporan sama balikin mobil ke bos gue ya ngomong-ngomong. Lazy day dari mananya?" kata Rian sewot.

"Itu sih derita lo Mas!" balas Rinov heboh. Memunculkan tawa Reza dan Akbar. Rian yang kesal melempar serbet di depannya pada Rinov.

"Lah terus yang nganterin gue cari kosan atau apart siapa? Gue belom dapet tempat tinggal nih, nggak enak dong gue numpang disini lama-lama"

"Loh, kirain koh Kevin yang bakal nempatin kamar atas." Rinov menyuarakan pikirannya.

"Gue juga sebenernya suka disini. Mana ada temen-temen yang udah gue kenal, tapi emangnya boleh sama Ihsan?" tanya Kevin balik pada Rinov.

Reza dan Akbar yang hanya tahu Ihsan tak suka kehadiran Kevin tanpa tahu penyebabnya memilih diam. Sedangkan Rian meski tahu alasan dibalik ketidaksukaan Ihsan pada Kevin merasa tak berhak mengatakan alasan itu. 

Deuxieme Chance -FajRi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang