Bagian 26 : Rutinitas Baru

3.1K 273 223
                                    


Teruntuk evildee8894 termaso. Sepertinya aksi mewek-mewekmu harus ditunda dulu. Setelah di revisi kaka, akhirnya diputuskan part San-Vin ketemu Kokoh Tajir akan ada di chapter selanjutnya.


Suasana bandara internasional terbesar di Indonesia pagi itu terlihat sangat ramai. Terminal kedatangan luar negeri tampak dijejali banyak orang yang datang menjemput sanak saudara atau tamu mereka dari luar negeri. Baru saja, dalam waktu yang cukup berdekatan telah mendarat dua buah pesawat dari eropa, kontan saja suasana menjadi semakin ramai.

Kevin dan Rinov tampak berdiri mondar mandir kesana kemari sambil memperhatikan ke arah pintu keluar kedatangan, mencari-cari orang yang sedang mereka jemput. Sementara Ihsan dan Rian hanya bisa menggeleng, tak habis pikir dengan tingkah kedua orang itu yang mirip anak kecil menunggu kepulangan orangtuanya agar mendapat oleh-oleh.

"Kalian tuh nggak capek apa, dari tadi mondar mandir enggak jelas? Udah setengah jam loh, nggak pegel itu kaki?" tanya Rian mulai pusing dengan tingkah mereka.

"Justru itu Mas, ini udah setengah jam sejak pesawat mereka landing. Tapi dari tadi nggak keluar-keluar. Jangan-jangan mereka ketiduran di dalem pesawat. Gimana kalau mereka kebawa ke Belanda lagi karena nggak dibangunin?" 

Analisis Rinov seketika memunculkan tawa kencang Ihsan.

"Khayalan lo tuh gilak ya Nov. Kenapa nggak jadi penulis novel aja lo?" komentar Ihsan disela tawanya.

"Rinov tuh bener San, aku biasanya setelah landing sampai keluar nggak sampai selama ini lho. Nungguin koper juga paling lama 15 menit," protes Kevin mendukung pendapat Rinov.

Ihsan makin terbahak mendengarnya, ada-ada saja duo mami-anak bungsu di depannya ini. Sedangkan Rian hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum kecil.

Sampai akhirnya siluet orang yang mereka kenal nampak terlihat dari kejauhan, membuat tawa Ihsan terhenti.

"Tuh mereka yang kita tungguin," tunjuk Ihsan pada dua orang yang menyeret dua koper besar dan dua koper kecil serta beberapa tas jinjing ukuran sedang.

Senyum Rian, Kevin dan Rinov otomatis terkembang saat melihat bahwa benar orang yang ditunjuk Ihsan adalah orang yang mereka tunggu. Reza dan Akbar.

Senyum mereka makin lebar saat Akbar melambai heboh pada mereka saat berjalan mengantri untuk keluar. Saat berhasil, Akbar langsung menubruk tubuh Rian dan Kevin yang berdiri bersebelahan.

"Kangen," gumamnya.

"Kita juga kangen sama lo," jawab Kevin tampak emosional, matanya mulai berkaca-kaca.

"Udah kangen-kangenannya lanjut di rumah yuk. Kalian dan koper kalian yang segede badan Rinov ini ngalangin jalan," tegur Ihsan.

Rinov yang namanya dibawa-bawa mencebik.

"Emang badan Rinov kenapa sih Pi, baik-baik aja. Kalo gue endut berarti Papi sama Mami sukses mengasuh anak bungsu kalian ini."

Kevin membuat gestur seolah muntah.

"Anak siapa lo? Siapa yang lo panggil mami?" omel Kevin sambil menjewer telinga Rinov.

"Ampun mami!" teriak Rinov memegangi telinganya yang ditarik Kevin.

Ihsan dan Rian tertawa melihat itu. Kevin menolak dipanggil Mami tapi sikapnya benar-benar mencerminkan seorang ibu yang memperlakukan anaknya saat sedang nakal.

Akbar dan Reza saling berhadapan sejenak lalu mulai ikut tertawa. Ternyata mereka merindukan suasana seperti ini. Merekapun berjalan mengikuti Kevin yang menarik Rinov menuju mobil mereka terparkir. Rian dan Ihsan membantu membawa koper kecil mereka yang tampak kesusahan membawanya sendiri.

Deuxieme Chance -FajRi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang