Bagian 28 : Mencoba Bahagia

3.1K 255 591
                                    


Gaes, siapin cemilan manis sama permen yak, karena seperti biasa Deux selalu nano-nano. Saat kalian ketemu sweet, makan cemilan asin biar ga diabet. Dan saat ketemu yang pait, kalian bisa emut permen. #ApadehGaPenting


Kevin menatap wajah tidur Omar dengan seksama. Balita berusia dua tahun itu selalu tampak damai dan meningkat kadar imutnya saat tidur, itu menurut Kevin sendiri sih. Dia membelai sayang rambut hitam bocah yang sudah sangat dia sayangi itu dengan hati-hati takut membangunkan. 

Hari itu jumat pagi adalah waktu yang dijanjikan oleh Kakak Ihsan pulang dari Jepang dan akan menjemput Omar. Artinya malam ini adalah malam terakhir dia bisa memandangi wajah imut dengan pipi memerah gembil itu. Besok dia akan kembali pada kehidupan lamanya, tidur sendirian di kamarnya. Kevin mengambil ponselnya dan mulai mengambil beberapa foto balita yang sudah pulas tertidur itu. Kevin sendiri tak ingin cepat tidur karena takut saat bangun nanti dia harus langsung berpisah dengan Omar.

Akhirnya Kevin menarik Omar ke dalam pelukannya karena tak mampu menahan rasa sedih membayangkan mereka akan berpisah besok. Beruntung balita itu sama sekali tak terganggu, malah balas menelusupkan wajahnya pada dada Kevin lalu tidur makin nyenyak. 

"Mami Kevin sayang sekali pada Omar. Semoga setelah ini kita bisa ketemu lagi ya, Omar sayang," gumamnya  lalu mengecup lama pipi kiri balita itu. Kemudian mulai ikut masuk ke alam tidur.

Keesokan paginya, Ihsan pergi menjemput kakaknya di bandara, sedangkan Kevin memilih menunggu di rumah. Berusaha menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan Omar.

Namun waktu adalah satu-satunya yang tidak bisa manusia lawan. Saatnya orangtua Omar menjemput balita itu akhirnya datang.

Dua jam setelah Ihsan berangkat, akhirnya dia kembali bersama kakak dan kakak iparnya.

"Omar sayang!" teriak kakak ipar Ihsan saat memasuki rumah.

Omar yang semula sedang bermain puzzle bersama Kevin di ruang televisi seketika berlari saat mendengar suara ibunya.

"Undaaaaa!" balas Omar masih dalam keadaan berlari kearah ibunya. Sepertinya berlarian adalah salah satu hobi anak itu.

"Uh. Bunda kangen banget sama Omar. Omar kangen nggak sama Bunda?"

"Tanen unda."

Jawaban balita itu membuat ibunya gemas sendiri hingga menghujaninya dengan ciuman.

Kevin menatap pemandangan itu dengan senyum di bibirnya. Meski dalam hati tak rela perhatian Omar teralih darinya.

"Terima Kasih sudah jaga Omar selama kami pergi ya," ujar Rio, Kakak Ihsan.

"Iya, makasih banget ya. Omar nggak ngerepotin kan?" tanya Dini, kakak ipar Ihsan.

"Nggak kok, Mbak. Omar anak yang lucu, penurut kok, gemesin lagi. Saya seneng bisa punya kesempatan jagain dia," jawab Kevin dengan mata tak lepas menatap Omar yang sudah berada dalam gendongan ibunya.

Tiba-tiba saja Omar mengarahkan tangannya pada Kevin, meminta gendong.

"Ndong Mami!"

Kevin dengan tergesa segera menangkap tubuh Omar yang setengah melompat dari pelukan ibunya.

Orangtua Omar di depannya saling berpandangan mendengar bagaimana Omar memanggil Kevin. Mereka terheran saat melihat Omar malah sibuk mengoceh dalam gendongan Kevin padahal mereka baru saja bertemu.

"Mereka emang udah akrab banget Mbak, jangan kaget. Bahkan Omar aja manggil Kevin Mami-"

"Papi Can!" teriak Omar sambil melambaikan tangannya pada Ihsan. Ihsan membalas lambaian itu dengan senyuman.

Deuxieme Chance -FajRi-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang