Part 8

4.4K 136 0
                                    

Zikri menarik nafasnya,ia sangat gugup.tapi dia akan memberanikan diri memperjuangkan masa depannya.

"Fatwa,seperti yang sudah abi saya katakan,maksud kedatangan saya kesini beserta keluarga,saya ingin mengkhitbahmu dan meminta restu kepada kedua orang tuamu.saya tidak punya apapun untuk saya banggakan.saya pun masih sangat awam memahami ilmu agama,saya juga tidak punya harta yang berlimpah, tapi jika kamu bersedia,saya ingin belajar bersamamu,meraih ridha-Nya Allah swt. apakah kamu bersedia?" zikri mengucapkannya dengan penuh keyakinan.

Fatwa yang masih menunduk meneteskan air mata karena ia masih tidak percaya.Fatwa mendongakan kkepalanya melihat kearah ayahnya,seolah bertanya ' bagaimana?' ayahnya yang mengerti pun mengatakan.

"Ayah terserah fatwa saja,keputusannya ada dihati kecil fatwa..."ucap ayahnya fatwa sambil mengusap kepala fatwa.

kemudian aira melirik bundanya.bunda ikut tersenyum sambil mengatakkan "ikuti kata hatimu saayang,bunda yakin keputusan fatwa yang diberikan itu yang terbaik buatmu sayang" ucap bunda sambil tersenyum.

Zikri sangat tegang,ia melihat fatwa seperti ragu-ragu ingin menerimanya. 

Hening..membuat semua orang yang ada di tempat tersebut merasa sangat tegang, terutama zikri.dan...beberapa detik kemudian fatwa menganggukkan kepalanya "ya insya Allah fatwa bersedia."ucap fatwa diselingi senyum manisnya

Zikri yang merasa lega menurunkan bahunya yang sedari tadi sudah sangat tegang dan menghebusakan nafas yang di tahannya,zikri pun membalas senyum dari fatwa.

"Alhamdulillah,akhirnya kita jadi besan juga yah azis?" ucap abi zikri mengubah bahasa yang tdinya formal menjadi bahasa sehari-hari kepada ayahnya fatwa.karena sudah sejak lama mereka bersahabat dan menjadi rekan bisnis.

"iya,dan rencana kita untuk menjodohkan anak kita berjalan dengan lancar, dan mereka menerimanya dengan suka rela tanpa membuat anak terpaksa dan tertekan." jawab ayahnya fatwa.

Ayahnya fatwa memang tidak pernah memaksakan apapun,keheda anaknya.dia selalu memberikan kebebasan untuk anaknya.

walaupun ayahnya memberikan kebebasan dan pilihan,tidak membuat fatwa menyalahgunakan kebebasan dan kepercayaan ayahnya. justru membuat fatwa lebih belajar memilih yang terbaik dalam hal apapn.

"iya benar adi,oh iya kita nentuin tanggal pernikahannya sekalian.pihak perempuannya siapnya kapan?"  tanya abinya zikri.

"sepertinya kami kapanpun juga siap,lebih baik dari pihak lelaki saja yang menentukannya" jawab ayahnya fatwa.

"kalau menurut zikri sih lebih cepat lebih baik, jadi kalau tidak ada yang keberatan pernikahannya akan diadakan 2 minggu lagi." ujar zikri.semua mengangguk setuju sambil tersenyum.

"semua persiapannya biar diurus sama umi dan bundanya fatwa, iyakan aliyah?"  tanya uminya zikri. bundanya fatwa pun mengangguk sebagai jawabannya.

"pernikahannya biar diadakan di rumah saja,karena fatwa ingin yang sederhana tetapi tetap mengandung kekeluargaan dan fatwa mau maharnya surah Ar-rahman" ucap fatwa. dan mereka pun kembali  mengangguk setuju.

"kalaubegitu kami pamit pulang duu azis,nanti soal persiapan dan ini itu biar uminya zikri langssung menghubungi bundanya fatwa." kemudian mereka semua beranjak dari duduknya dan menuju pintu utama.

"fatwwa umi boleh peluk kamu ngk?" ucap uminya zikri.

fatwa mengangguk lalu mendekati uminya zikri dan memeluknya.

lalu mereka meninggalkan kediaman keluarga azis.

setelah mereka pulang,fatwa dan ayah bundanya duduk di ruang keluarga.

                                                               *******

My Imam DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang