Bad Girl

Chapter 2

Happy Reading….

Baby mucul dari dalam air setelah berenang. Rambut panjangnya yang basah ia sibak ke belakang. Melangkah ke tepi sungai hingga tubuh seksinya yang hanya berbalut sepasang baju dalam senada keluar dari air tanpa memperhatikan di sekitarnya bahkan sepasang mata yang melihatnya. Gadis itu tidak perduli, ia hanya menyibak dan mengibas rambutnya agar tidak terlalu basah lagi.

“Tunggu tato itu … bukankah itu tato yang kubuat dulu? Jangan-jangan dia….” Pria itu melihat tato di pinggul depan tepatnya batas atas celana dalam yang ia kenakan Baby, tato yang berinisial ‘J’.

Baby melangkah santai, menghampiri tempat ia melepaskan bajunya tadi, kemudian memakainya kembali. Mata pria itu menatapnya tidak percaya sampai Baby menghampirinya.

“Hey tuan, maaf sudah membuatmu menunggu,” ujar Baby, mengambil jaket yang ia taruh di atas motor pria itu. Rasa penasaran pria itu, hingga ia ingin menanyakan dari mana gadis itu mendapatkan tato yang ia lihat tadi.

“Dari mana kau menda--”

Tiitt…tiitt.. klakson mobil sport hitam membuat ucapan pria itu terhenti, dan keduanya menoleh. Baby tersenyum singkat, kemudian kembali menatap pria di depannya.

“Mobilku sudah datang,” ucapnya tersenyum, Baby melangkah tepat di depan pria itu, berjinjit dan membari kecupan basah di pipi kanan pria yang bersamanya sejak tadi. Sontak pria itu terkejut dan menoleh ke arahnya.

“Terimah kasih tumpangannya tuan tampan,” Baby mengerling satu matanya menggoda. Melangkah santai, dan mengambil kunci mobil yang diberikan pengawal. Belum lebih semenit Baby mengemudi mobil sportnya dengan cepat meninggalkan mereka.

Pria itu tidak habis pikir dengan kelakuan Baby sedari tadi, ia hanya mengehembus napas berat, menyisir rambutnya dengan kelima jari ke belakang, berkacak pinggang dan menggigit bibir bawahnya, “dia benar-benar gadis gila,” gumamnya. Pengawal tadi menghampirinya.

“Tuan Park, Tuan besar sudah menunggu anda di kantornya.” Ucapnya, Pria itu mengangguk paham. Sang pengawalpun sedikit membungkuk saat pria itu menaiki motornya dan pergi.

Sang pengawal hanya melongo ditinggal oleh tuannya sendiri, “Nasibku ditinggal oleh mereka,” keluhnya bergumam
.
.
.
Dalam perjalanan menemui Boss besarnya, pria bermarga Park itu terus mengingat apa yang ia lihat tadi, dan membuatnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri sampai di depan pintu ruangan Boss-nya.

“Bagaimana, apa dia berhasil?” Tanya pria tinggi tegap yang sudah berumur 40 tahunan itu, ia berdiri dari kursi kebesarannya dan menghampiri pria yang duduk di sofa panjang.

“Yah Appa, dia berhasil mendapatkan berlian itu.” Jawabnya. Pria setengah paru bayah itu tersenyum.

“Terima kasih Jim. Kau sudah mengawasi putriku … sekarang kita bisa melanjutkan pada rencana selanjutnya, agar aku dengan mudah mengendalikannya tanpa dia harus melawanku lagi.” Pria itu merentangkan kedua tangannya di sandaran sofa dan senyum kemenangan.

“Tapi Appa Kim … aku rasa itu akan sulit,” Jimin menoleh ke arah Tn. Kim

“Tidak Jim, aku tau apa kelemahan putriku yang bisa membuatnya menuruti keinginanku. Dan itu sudah seharusnya aku lakukan dari dulu tapi sayangnya itu bukan waktu yang tepat,” Menghembus napas gusar, tapi sedetik kemudian ia tersenyum ke arah Jimin. “Bersiaplah untuk besok … heum?”

“Ne, Appa.” Jimin mengangguk paham.
.
.
.
.
Kim Namjoon ketua Mafia Korea meski dia usia yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi, tapi ketampanannya membuatnya terlihat awet muda. Senyum ramah yang ia berikan pada setiap orang mau pun pegawainya saat ia melangkah memasuki lobi kantornya. Kim Namjoon adalah ketua Mafia pemimpin penjahat yang memberantas penjahat. Mafia yang bekerja sama dengan pihak keamanan Negara, berbeda dengan mafia lain, di dunia kejahatan mereka menakuti sosoknya sebagai pembunuh dan pemusnah. Julukan itu masih melekat padanya meskipun ia sudah menikah dengan Kim Namris istrinya yang merubah setengah atau hampir seluruh hidupnya untuk menjadi lebih baik, berhenti menjadi pembunuh, penjahat dan beralih menjadi mafia pemberantas penjahat.
.
.
“Tuan, Nona muda sudah menunggu anda di ruangannya.” Sekretaris Jung menyambutnya di depan pintu.