(3) Arsandy

2.2K 280 5
                                    


Gue membaca ulang pesan line yang gue kirim ke Adis, cuma dibaca. Mungkin dia udah tidur, tadi juga mukanya keliatan banget kalau dia capek. Soal 'pekerjaan' baru gue sebagai guru privat Adis, gue sama sekali gak keberatan, sekalian menggali ilmu lama yang udah gak pernah dipelajarin lagi.

Perihal bayaran, sebenarnya gue masih bingung, karena gue gak pernah kasih les privat jadi gue gak tau harga standarnya berapa dan juga alasan lainnya, lagipula ini adeknya sahabat gue. Terserah Joshua mau kasih gue berapa, atau mungkin nanti gue bisa tanya ke temen gue yang sampingannya ngajar les.

Sesi serius kami selesai, kini buku dan laptop yang menjadi pusat perhatian masing masing sejak tadi telah disingkirkan dan berubah menjadi sesi ngawur. Yuda si biang rusuh yang sejak tadi diam mulai melontarkan cerita konyolnya.

"Eh, lo tau kan maba pada terpesona sama gue, kan. Terus gue isengin, mereka lagi ngomongin gue dan gue nongol tiba – tiba di belakang mereka. Mereka kaget, dong. Dan yang lucunya lagi, salah satu dari mereka ada yang lagi minum jadi keselek minumannya gitu gara – gara kaget." Cerita Yuda sambil tertawa keras.

"Wah parah lo, Yud. Anak orang diisengin sampe kayak gitu. Terus mereka gimana?" tanya Dimitri antusias.

Yuda berhenti tertawa, "Ya... kaget. Sambil nahan malu karena ketauan ngomongin gue."

'Ih kak Yuda ngagetin aja deh'

'Kak Yuda iseng banget sih'

Yuda mencontohkan ucapan para gadis itu dengan suara melengking, yang berhasil membuat gue dan yang lainnya tertawa karena.... ekspresinya sangat mendukung sampai pengen rasanya gue foto trus jadi meme.

Sesi ngawur berlanjut hingga pagi entah jam berapa, yang jelas sampah kulit kacang dan minuman kaleng yang menumpuk menandakan sesi ini memakan waktu yang lama. Awalnya kami semua berniat pindah kamar, pada akhirnya semua tertidur di ruang tengah dengan posisi yang gak jelas. Termasuk gue yang akhirnya terbangun karena rasa sakit menyerang leher gue karena tertidur dengan posisi duduk, dan paha kurus Joshua menjadi bantalan.

Secara otomatis tangan gue mencari ponsel yang sejak tadi berbunyi karena alarm. Setengah sadar gue melihat jam menunjukan pukul setengah 6, dan manusia di sekeliling gue masih terlelap.

Walaupun masih setengah sadar, gue memaksakan untuk bangun dan merapihkan kekacauan yang kami buat dan membuangnya di tempat sampah dapur. Di bagian belakang rumah terdapat kolam renang ukuran sedang yang kata Josh itu adalah daerah teritorial Adis. Namun karena letaknya dekat dengan dapur dan ada jendela mengarah ke luar, gue bisa melihat jelas riak air terus bergerak.

Rasa penasaran akhirnya menggiring gue ke kolam renang, dan sesuai dugaan gue kalau riak air gak tenang berarti ada orang di kolam, dan benar mata gue menangkap sosok Adis yang bergerak dengan bebas di dalam air. Terbayang di benak gue dinginnya air di jam sekarang dan Adis terlihat gak masalah dengan suhu air yang dingin.

Entah berapa lama gue berdiri memperhatikan dari jauh hingga Adis berhenti setelah bolak balik tanpa jeda selama 30 menit dan menemukan gue yang berdiri memperhatikannya. "Kak? Ngapain di situ?"

Ini masih pagi, jadi gue bisa mendengar jelas suaranya walaupun jarak gue agak jauh dari kolam renang. Gue melangkah mendekat tapi tidak terlalu dekat, setidaknya cukup dekat untuk berbicara. "Oh, sorry. Tadi gue lagi buang sampah terus penasaran ngeliat ke belakang sini. Gue gak ganggu, kan?" tanya gue.

Adis menggeleng pelan, "Gak kok santai aja."

"Btw, renang lo bagus." Puji gue. air muka Adis terlihat biasa aja.

"Kalo ke arena lomba banyak kok yang lebih jago dari gue, kak." ujar Adis sambil mengusap tengkuknya.

"Gue... cabut duluan ya, kak." lanjutnya.

ME, YOU AND USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang