(5) Les pertama

1.9K 237 2
                                    

Adistya

Gue benci upacara hari senin. Bukan cuma gue aja sih, siswa lain pasti ada yang kayak gue. alasannya pasti sama.... panas! Ditambah gue ngantuk pake banget. Berkat tidur siang yang panjang, gue baru bisa tidur jam 2 pagi dan tetap harus bangun lagi jam 5. Itulah alasan kenapa gue gak suka tidur siang walaupun sebenarnya masih dalam masa pertumbuhan.

Gue berharap sesi pidato kepala sekolah cepat selesai karena pidato kepala sekolah kami itu kurang lebih isinya sama setiap upacara, sampai gue hapal poin poin yang akan disampaikan cuma urutannya aja kadang diubah ubah.

"Kaki gue pegel," Kata Rana yang berbaris disamping gue.

"Gue laper." Lanjut Rani, saudara kembarnya Rana

"Gue ngantuk." Sambung gue.

Akhirnya kita cekikikan sendiri karena saling menyambung keluhan satu sama lain. untung gak ada guru yang jaga di dekat barisan siswa perempuan. Hanya ada 1 guru dan itupun wali kelas gue, beliau santai sih. Gue yakin dia tau kalau dari tadi kami ngobrol tapi gak ada teguran. Perbandingan guru yang jaga lebih banyak di bagian laki - laki, karena mereka itu kalau berisik keliatan banget, jadi sering ditegur.

"Nanti istirahat makan mie, yuk. Lagi pengen banget nih gue." Ajak gue. Nara mengangguk setuju.

Padahal biasanya di rumah gue dilarang makan mie instan, cuma di sekolah gue bisa bebas makan mie tanpa ketahuan. Tapi gue masih sadar diri, jadi gak sampai setiap hari, kadang gue selingin sama makanan lain seperti ketoprak dan yang lainnya.

Nanti malam belajar perdana gue sama kak Sandy. Semalam kak Sandy gak bilang malam jam berapa, apa perlu gue tanya? Nanti deh kalau udah selesai upacara. Pikiran gue sekarang adalah upacara selesai dan gue mau tidur. Jangan dicontoh ya, gue adalah contoh yang buruk, tapi untuk sekarang tidur lebih menarik dari pada pelajaran sosiologi nanti. Lagipula bisa liat catatan temen sebangku gue.

Pertanda penutupan upacara sudah terdengar ketika istirahat di tempat yang dipimpin oleh pemimpin upacara, mendadak gue yang sebelumnya lemas kembali bersemangat buat bubar.

"Adis!" Panggil Raikan, orang yang tadi menjadi pemimpin upacara begitu barisan sudah bubar. Gue yang tadinya mengikuti arus yang bubar jadi berhenti. Menunggu Raikan yang meneriakkan nama gue dari kejauhan. Oh iya, Raikan ini juga ketua Osis.

"Kenapa Rai?" Tanya gue begitu Raikan berdiri di depan gue.

"Gue butuh bantuan lo, nanti siang ikut rapat osis ya. Surat izin gue yang atur."

Wih, rapat osis? Osis adalah ranah yang gak mungkin gue capai. Ya... karena gue gak ada waktu buat osis. Padahal dulu gue pengen banget jadi anggota osis, tapi rutinitas gue sangat tidak memungkinkan ikut osis.

"Lah? Ngapain gue? kan gue bukan anak osis." Ujar gue heran.

"Ih bawel, udah nanti ikut aja. Apa perlu gue yang seret lo dari kelas?" Raikan melipat tangan di depan dadanya.

"Gak usah sih. Nanti para penggemar ketua osis pada ngiri." Cibir gue.

"Heh apaan sih. Penggemar darimana." Raikan berdecak kesal dan menarik kunciran rambut gue, dia paling gak suka kalau gue godain soal fansnya yang memang benar benar ada tapi dia denial.

"Ih, kasar ya sama cewek. Heran gue lo bisa kepilih jadi ketua." Gue mendengus kesal, duh Raikan ini mirip sama kak Josh, gak ada lemah lembutnya sama gue.

"Oh, cewek toh? Baru tau. Garang sih lo. Udah ah, nanti siang ya." Baru aja gue mau protes, Raikan udah cabut duluan. Untung temen.

Raikan itu... cinta monyet gue di SMA. Memang dasarnya Raikan itu baik ke semua orang. Waktu masa orientasi gue terpesona dengan kebaikannya. Sepanjang semester 1 kelas 10 gue selalu senyum senyum sendiri tiap kali ada Raikan. Tapi sayangnya begitu tau itu memang sifat dasarnya, gue mencoba move on. Untungnya dia gak pernah tau kalau gue suka. Pasalnya, saat itu bukan cuma gue yang suka Raikan, banyak yang suka sama dia. Sampai sekarang pun masih begitu.

ME, YOU AND USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang