Adistya
Kegiatan hari minggu gue sangat berbeda dengan hari lainnya. Senin sampai sabtu gue sangat produktif, tetapi khusus hari minggu, gue bangun lebih siang dan cenderung gak produktif karena hari minggu adalah hari istirahat. tetapi, hari ini sepertinya gue gak bisa melakukan rutinitas hari minggu gue karena seseorang."Dek, bangun. Cuci muka terus sikat gigi." kak Josh udah nepuk nepuk pipi gue supaya gue bangun. Ini namanya pemaksaan. Gue membuka mata dengan malas.
"Kak, masih ngantuk." Ujar gue dengan suara serak.
"Jangan males, yuk. Anak anak udah nungguin dibawah." Kata Kak Josh sambil narik gue supaya duduk.
"Yaudah, sama mereka aja. Kenapa harus ngajak gue." protes gue sambil berusaha tidur tapi ditahan sama kak Josh.
"Ikut aja. Daripada gak berguna lo di rumah. Mending keluar sama kita." Bujuk kak Josh. Gue menatap kak Josh dengan setengah kesadaran gue.
"Gak mau. Capek gue kak semalem abis nambah jam latihan gara - gara ada lomba." Balas gue.
"Hah? Lo mau ada lomba? Kenapa gak bilang?" tanya kak Josh kaget.
"Lupa. Udah ah sana pergi aja. Kenapa ngajak ngajak gue sih." Gue mendorong kak Josh, tapi itu orang gak nyerah bikin gue ikut. Dia narik gue pelan pelan sampai berdiri dan ngarahin gue ke kamar mandi.
"Cepetan ganti baju. Jangan kelamaan. Keburu jalannya ditutup." Kak Josh menutup pintu kamar mandi sementara gue di dalam ngomel sendiri karena dipaksa ikut.
Gue dengan asal mengambil yang ditemui mata gue, hoodie dan celana legging. Gak lupa gue ambil kacamata dan masker. Kacamata gue sebenernya jarang dipake, kalau lagi belajar dan lagi males pakai softlens gue selalu pakai kacamata.
Di bawah, kak Josh dan anak enam hari sedang ngobrol. Ada yang beda sama kak Wara, gak biasanya dia pake kacamata. Kak Josh yang melihat gue turun langsung mengambil kunci mobil di meja deket yang ada di dekatnya. "Lama deh lo." Cibir kak Josh.
"Hih. Dia yang maksa, dia yang ngomel." Gerutu gue. sepertinya di sini hanya gue yang berpenampilan "tidak layak" atau bisa jadi mereka yang terlalu rapih.
"Kak Wara, sejak kapan pake kacamata?" tanya gue, kak Wara terkekeh pelan.
"Udah lama kok. Minus 8,5. Gue jawab sebelum lo nanya" Jawab kak Wara yang membuat gue kaget. Pantesan keliatan banget tebelnya, gue yang minus tiga aja udah burem, gimana kak Wara?
"Kuy jalan." Ajak kak Josh. Gue dan yang lainnya ngikut keluar. Sejujurnya gue masih berusaha ngumpulin nyawa, jadi harap maklum kalau diajak ngomong suka lieur. Habis ini gue mau lanjut tidur di mobil. gue mengambil bangku paling belakang dan masuk lebih dulu, sementara itu empat orang yang lainnya sedang ribut masalah tempat duduk.
"Gue sama Dimitri di tengah ya." Ucap kak Wara.
"Gue depan." Ujar kak Yuda.
Kak Josh mengangguk, "Yaudah. Sandy sama Adis di belakang." Begitu mereka masuk satu per satu gue mengeluarin earphone biar lagu menyumbat telinga gue. satu mobil sama manusia yang berisik pasti bakal bikin gue gagal tidur.
"Ngantuk banget Dis?" Tanya kak Sandy yang sudah duduk manis di samping gue.
"Ssstt, gue mau tidur lagi. Jangan ajak ngobrol." Ucap gue memperingatkan. Kak Sandy ketawa lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela.
Arsandy
Kepala Adis yang terus berbenturan dengan jendela mobil membuat gue menoleh. Gadis itu sepertinya tidur pulas sampai gak kebangun bahkan ketika beradu dengan benda keras seperti itu. Perlahan gue menarik lengan Adis hingga tubuhnya tertarik ke sisi gue, secara otomatis membuat kepalanya bersandar di pundak gue. Nah, lebih baik gini, lehernya pun juga gak jadi sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU AND US
Fanfiction"Oh... Ya udah. i'm ok, sih. Tapi balik lagi ke anaknya, mau gak kalau gue yang ngajar?" -Arsandy "Lain kali lebih teliti dong. Lo gak mungkin nanya ke gue kalo lo ujian." -Arsandy "Jadi orang tuh jangan galak, nanti gak ada yang mau deket baru tau...