(8) Konflik

1.4K 201 4
                                    

Bunyi bel istirahat adalah hal yang gue tunggu sejak setengah jam yang lalu, melihat deretan soal beserta rumus membuat kepala gue penuh dan ingin segera mengakhiri sesi kelas matematika, tapi kali ini agak berbeda  karena gue merasa sedikit 'nyambung' dengan materi yang diberikan, sepertinya gue harus berterima kasih ke kak Sandy.

"Dis, kantin yuk!" ucap Kelvan yang menepuk bahu gue. Riri sepertinya sedang sibuk dengan urusan osis, jadi dia langsung izin tidak ikut makan siang bersama gue dan Kelvan. 

"Kel, kenal kak Sandy darimana?" tanya gue.

Kelvan tersenyum jenaka, "Cie, mau tau banget atau mau tau aja?" goda Kelvan yang langsung gue balas dengan cubitan kecil di pinggangnya.

"Aduh! Galak banget ni cewek buset deh," rintih Kelvan.

Sebelum bercerita, gue dan Kelvan berbagi tugas. Kelvan memesan makanan dan gue mencari tempat. Sepertinya belum semua kelas selesai, karena masih banyak bangku kosong. Kalau tidak diduduki dari sekarang, bisa dipastikan akan sulit memilih bangku. 

"Jadi gimana ceritanya?" Pinta gue dengan senyum semanis mungkin.

"Gak usah senyum gitu. Geli gue." Kelvan menjepit hidung gue dengan kedua jarinya, otomatis gue teriak minta tolong, tapi gak tau minta tolong sama siapa. Siapa tau ada yang mau nolong. Pasti hidung gue abis ini merah.

"Yuda tuh abang sepupu gue. Jadi gue tau temen temennya." Ujar Kelvan. 

Dahi gue mengerut, tangan gue bergerak membuka instagram dan membuka profil kak Yuda. Mata gue bergerak bergantian menatap Kelvan dan ponsel gue. Mereka berdua serupa tapi tak sama. "lah... mirip." Ujar gue.

"Iya, pada bilang gitu. Ayah dan om gue kembar identik. mungkin karena itu jadi mirip." kata Yuda yang menduga duga. Gue juga gak terlalu paham perihal gen dan yang lainnya, tapi kalau dipikir pakai logika ya masuk akal juga.

"Dis, nanti sebelum latihan ada waktu gak? Temenin gue cari kado buat nyokap, bisa gak?" Tanya Kelvan.

Seingat gue, tadi pagi coach bilang di grup latihan hari ini diundur jadi jam 5. Gue kembali menatap Kelvan dan mengunci ponsel, "Bisa. latihan gue mundur 1 jam. Nanti kita abis beli kado pulang dulu ya. Bawa helm dua gak lo?" ujar gue.

"Kalo gak bawa helm lebih, gue gak mungkin ajak lo, wahai siluman air." Balas Kelvan setengah jengkel. 

"Oiya bener jug.... HEH BAKSO GUE!"

**

Kelvan sepertinya hari ini beruntung, jam terakhir pelajaran ditiadakan karena semua guru rapat. Gue seneng juga sih bisa pulang cepet, jadi gue dan Kelvan gak perlu buru buru membeli kado. Tempat tujuan gue adalah kokas. Kata Kelvan supaya lebih dekat ke rumah gue. Secepat kilat gue dan Kelvan keluar dari kelas dan motor Kelvan meluncur ke tempat tujuan kita.

"budget lo berapa?" Tanya gue begitu memasuki area mall. Hembusan dingin AC menyapa gue dan Kelvan yang merasa gerah karena panasnya matahari.

"Maksimal setengah juta. Gue belom kepikiran mau kasih apa, siapa tau nanti gue kepikiran pas lewat." kata Kelvan. gue jalan lebih dulu, Kelvan dibelakang gue jalan sambil rapihin rambutnya yang masih berantakan karena habis buka helm. Biasanya kalau jalan sama Kelvan ujung ujungnya bakal jajan. Kita liat nanti.

"Kalau baju aja, gimana?" tawar gue.

Kelvan berpikir sejenak, "Tapi gue gak tau nyokap gue sukanya yang model apa." ujarnya.

"Lo ada foto nyokap kalo lagi jalan jalan ga?"

"Ada! Bentar." Kelvan kini sudah sibuk mencari foto sedangkan gue melirik ke semua brand toko baju yang ada di sekitar gue. Selesai mencari, Kelvan menunjukan foto tante Ana. Dari yang gue perhatikan tante Ana gayanya simpel dan warna bajunya cenderung banyak warna gelap.

ME, YOU AND USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang