Angga sudah duduk manis di ruang tengah sejak 10 menit yang lalu. Tolong catat kedatangan Angga ini sangat mendadak karena kakak kelas Adis itu baru mengabari kalau ia sudah di depan pagar dan Adis dalam kondisi yang tidak bagus untuk menyambut tamu dadakan.
Yang pertama kali Adis ketika membuka pintu adalah Angga dengan cengiran lebar, tangan kirinya mengangkat plastik martabak.
"Udah malem, ngapain sih ke sini." Kata Adis pertama kali 'menyambut' Angga.
"Udah dibawain martabak malah gini disambutnya, gue bawa balik deh." Balas Angga.
"Eh jangan! Ayo masuk." Ajak Adis yang sudah menyambar plastik dari tangan Angga. sekarang Angga malah sibuk sendiri sementara Adis mulai mengambil potongan martabak, tidak menawarkan orang yang membawa makanan itu. Toh, kalau mau nanti Angga juga akan ambil sendiri.
"Gue lagi deket sama junior gue." Adis mengangguk, memberikan tanda agar Angga melanjutkan ceritanya. Rupanya Angga butuh teman cerita.
"Dia... Satu tingkat dibawah gue. Pertama kali liat dia pas lagi minta tanda tangan ke senior. Gue lagi jalan mau ke gedung tiba - tiba ada cewek pake atribut minta tanda tangan gue."
"Terus?"
"Ya langsung gue kasih. Mukanya udah capek banget, kayak udah muter dari tadi tapi gue liat kertasnya masih dikit tanda tangannya."
"Terus?"
"Yaudah, gue panggilin anak - anak. Lo tau kan gue circlenya banyak, yaudah gak lama kertas dia penuh deh. Masih inget gue ekspresi dia pas bilang terima kasih ke gue." Cerita Angga dengan senyum mengembang.
"Terus abis itu?"
Angga geram mendengar respon Adis. "Respon lo gak ada yang lain apa? Ah elah."
"Lah kan gue berusaha jadi pendengar yang baik. Abis itu kalian kenalan?" Balas Adis sewot
"Gak langsung sih. Baru beberapa bulan belakangan berani nyapa. Itu juga gara - gara gue bantuin dia bawa buku ke ruangan dosen. Drama banget gak sih?"
Adis tertawa keras. Angga dan kehidupan penuh dramanya memang selalu berhasil menghibur Adis. Cerita Angga agak mirip dengan genre novel remaja, tapi ini versi dunia nyata.
"Yaudah, pepet terus. Jangan gak jadi lagi. Udah tua jangan suka ngegantungin anak orang. Gak dapet jodoh baru tau rasa." Ujar Adis antara memberi dorongan dan ejekan. Atau mungkin keduanya.
"Eh, kata Kelvan lo lagi deket sama cowok. Sama siapa sih?" Ucap Angga dengan senyum miring.
"H-hah? Siapa? Gak ada."
"Masa? Waktu itu dia ngeliat lo jalan berdua juga. Apanya yang gak ada?"
Adis menghela napas berat. Kelvan dan lambenya.... Adis tak menjawab, memilih minum.
"Jangan bilang lo deket sama tutor lo yang temennya Joshua itu?"
Seketika Adis tersedak. Rasa menyengat karena air yang masuk ke saluran pernapasannya membuat Adis tak berhenti batuk hingga keseluruhan wajahnya memerah. Angga membantu menepuk nepuk punggung Adis hingga batuk gadis itu reda.
"Kenapa jadi ke dia? Dibilang gak ada." Elak Adis.
Senyum Angga kembali muncul, "Kok ngegas? Jangan bilang bener?"
"Gak ya."
"You can't lie in front of me"
"Beneran enggak, kak. Cuma guru les doang."
"Menurut lo dia gimana?"
"Baik, gant... Eh pinter maksudnya."
Skak mat. Adis hampir keceplosan. Namun, Angga sudah menangkap lebih dulu maksud ucapan Adis yang mana membuatnya kini tersenyum jail menatap Adis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU AND US
Fanfiction"Oh... Ya udah. i'm ok, sih. Tapi balik lagi ke anaknya, mau gak kalau gue yang ngajar?" -Arsandy "Lain kali lebih teliti dong. Lo gak mungkin nanya ke gue kalo lo ujian." -Arsandy "Jadi orang tuh jangan galak, nanti gak ada yang mau deket baru tau...