Satu minggu menjelang lomba dan Adis malah jatuh sakit. Karena latihan dan kegiatan sekolah yang semakin padat, tubuh Adis menyerah. Semua berawal dari dua hari yang lalu, awalnya Adis merasa baik - baik aja hingga Joshua yang biasa menjemputnya dari GOR memegang dahinya.
"Ebuset, panas banget badan lo. Kenapa gak bilang?" kata Joshua saat itu. Adis selama ini selalu tetap latihan walaupun ia merasakan tanda tubuhnya kurang sehat, karena biasanya setelah latihan tubuhnya kembali sehat. Ternyata kali ini bukannya sembuh, malah makin parah.
Terhitung ini hari keempat Adis istirahat total. Semua kegiatannya berhenti total bahkan ketika tadi pagi Adis mau latihan di rumah, mamanya melarang keras dan menyuruhnya istirahat, padahal suhu tubuhnya hari ini sudah turun jika dibandingnkan dengan hari pertama sakit dan tubuhnya sudah bisa dibawa beraktivitas setelah dua hari menghabiskan waktu di tempat tidur.
Pada dasarnya Adis anak kinestetik yang tidak bisa diam, karena itu 3 hari belakangan ia mengeluh ingin turun dari kasur untuk sekedar ambil minum tapi dilarang keras dan akhirnya hari ini tubuhnya mau bekerja sama walaupun suhu badannya masih hangat.
Arsandy is calling....
"Halo?"
"Dis."
"Kenapa kak?"
"Besok kita gak usah les dulu ya. biar lo bisa istirahat."
"Gue udah mendingan kak. Ini udah bisa jalan jalan muterin rumah.."
"Nanti dikira gue nyiksa anak orang buat belajar. Banyak istirahat dis. Biar cepet sembuh. Bentar lagi lomba kan?"
"Bawel. Sama aja lo kayak kak Josh. Iya nih. Tapi santai sih. Paling besok panasnya udah ilang. Lagi di studio ya kak? Gue denger suara kak Yuda."
"Iya. Lagi latihan. Kelar dari sini kita mau ke rumah. Mau nitip makanan gak?"
"Apaan ya. kalo gue minta makaroni pedes pasti gak boleh deh."
"kalo itu sih cari mati. Yang lain?"
"Martabak manis yang spesial deh. Biar gue tambah manis."
"Dis..." Suara Sandy terdengar jengkel.
"Canda elah. Dah ah itu pesenan Adis. Pesanan saya sesuai di aplikasi ya mas."
"Kalo gak inget lo lagi sakit pengen gue getok kepala lo Dis. Yaudah. Gue mau latihan dulu, bye."
Adis tertawa puas setelah matiin telepon. Kadang Sandy juga jadi sasaran keisengan Adis, entah dari tutur kata atau perbuatan hingga Sandy menatapnya jengkel dan menggeleng pelan melihat kelakuannya. Bukan cuma Sandy, anak enam hari yang lain juga jadi korban Adis.
Adis berdiri, menyelesaikan kegiatan duduk di kolam renang sambil main game di ponselnya, karena ponselnya mulai kehabisan baterai. Adis memasuki kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur, sembari jemarinya menyalakan laptop, menonton drama yang tadi pagi belum selesai ditonton.
Adis menoleh ke pintu begitu mendengar suara ketukan dari luar, kenop bergerak dan ternyata mamanya yang masuk, "Dek, udah minum obat?" tanya mamanya.
"Udah tadi."
"Di luar ada temen kamu jenguk." Alis Adis terpaut, seingatnya gak ada kabar kalau ada yang mau jenguk dia. Adis mengesampingkan laptop dan berdiri berjalan keluar, dilihatnya Riri, Kelvan, Gina dan Raikan yang masih ngobrol dan gak sadar akan kehadiran Adis.
"Mau kesini gak ngabarin ya. bagus banget." Ujar Adis.
Riri yang sadar langsung menghampiri Adis dan telapak tangannya menyentuh dahi Adis, "Guys, beneran sakit ternyata. Gue kira dia boong." Ucap Riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU AND US
Fanfiction"Oh... Ya udah. i'm ok, sih. Tapi balik lagi ke anaknya, mau gak kalau gue yang ngajar?" -Arsandy "Lain kali lebih teliti dong. Lo gak mungkin nanya ke gue kalo lo ujian." -Arsandy "Jadi orang tuh jangan galak, nanti gak ada yang mau deket baru tau...