(14) Ketika Wara deg - degan

1.1K 166 5
                                    

Kalau ditanya, apa Wara pernah punya momen spesial dengan Adis, Wara akan menjawab ada dan Wara berharap momen spesial yang sedang terjadi saat ini berlangsung lama, karena saat ini Wara dihadapkan dengan Adis yang berkutat dengan soal ekonomi.

Pertemuan kali ini gak direncanain kok. Kebetulan Wara yang bosan karena enam hari sibuk semua, kecuali Joshua. Karena itu dia bertamu ke rumah Joshua untuk sekedar ada teman yang bisa diajak ngobrol. Pada dasarnya Wara itu cerewet, sering nyengir menunjukan gigi putihnya dan suka beradu argumen dengan Joshua.

"War, gue mau mandi, lo lanjutin sendiri dulu nanti gue tambahin." Kata Joshua.

Wara mengangguk dan kembali terfokus dengan kertas yang sudah dicoret coret dan penuh dengan tulisan. Iya, sekarang Wara dan Joshua sedang membuat lagu. Seengaknya gabutnya Wara berguna. Fokusnya buyar kala melihat Adis yang keluar dari kamarnya membawa buku di tangannya.

"Kak Wara." Panggil Adis.

"Apa?" Tanya Wara tanpa menoleh, masih berpikir keras walaupun kehadiran Adis sudah menjadi distraksi fokusnya.

"Bantuin dong. Pusing." Wara baru mengangkat kepalanya dan melihat Adis yang menyodorkan buku paketnya, Wara segera mengambil buku paket itu dan melihat halaman yang dimaksud Adis.

Adis kini sudah menempatkan dirinya disamping Wara, tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Cukup dekat untuk meminta penjelasan Wara. Alis Wara terangkat melihat jawaban Adis yang baru terisi sedikit. Bab jurnal.

"Yang bingung mana?" tanya Wara.

"fungsi dari jurnal pembelian adalah..." baca Wara setelah Adis menunjuk soal.

"Udah bolak balik cari jawabannya gak ketemu." Kata Adis sambil menekuk muka, Wara gak bisa menahan kekehannya melihat Adis yang udah nyerah.

"Kalo gue yang nyari ketemu, lo berani kasih gue apa?" Tantang Wara dengan senyum menantang, kini jemarinya bergerak ke halaman sebelumnya, mencari jawaban dari pertanyaan itu.

"Katanya waktu itu ada yang bilang mau bantuin, terus sekarang minta imbalan, gak ikhlas emang." Gerutu Adis.

Wara mengabaikan gerutuan Adis karena matanya dan pikirannya sibuk mencari kata 'jurnal pembelian'. Jarinya berhenti bergerak, menunjuk kata yang dicarinya dan mencondongkan tubuhnya mendekati Adis. "Nih. Ketemu." Ujar Wara.

"Eh... iya. Ada ya... hehe makasih kak." Adis yang tadinya menunduk melihat buku kini mengangkat kepalanya memberikan cengiran lebar, tapi Wara segera sadar jarak mereka terlampau dekat. Mendadak Wara merasa jantungnya berdegup lebih cepat, ia buru buru kembali membuat jarak, berusaha menetralkan degup jantungnya kembali ke semula, tentu Adis gak tau.

"Y-yaudah. Lain kali tuh dibaca yang bener. Jangan males baca Dis." Ujar Wara memberikan saran.

"Makasih kak." Ucap Adis berterimakasih.

Wara tersenyum, "Gih pergi, gue mau lanjutin ini. Tinggal baca doang kok. Belom ada angkanya." Suruh Wara yang mengusir Adis.

Adis berdecak sebal, "Hih, yang punya rumah siapa, yang ngusir siapa. Lagi bikin lagu ya?"

Adis berusaha mengintip kertas yang dipegang Wara, tapi dia dengan cepat menyembunyikan kertas dibalik punggungnya, "Gak boleh liat! Masih acak acakan." Wara mendorong dahi Adis dengan telunjuknya.

"Dih pelit." Adis mendengus kesal.

"Udah sana belajar lagi. Kepo banget sih jadi manusia." Balas Wara gak mau kalah, diikuti dengan tawanya.

Sekali lagi, Adis mendengus dan berdiri menjauh dari Wara, berjalan masuk ke kamarnya. Sementara itu Wara yang kini gak bisa berhenti tersenyum melihat tingkah laku Adis. Sebuah rangkaian kata tiba - tiba terpikirkan di kepalanya, ia segera menuliskan kata yang terngiang di kepalanya ke lembar kertas.

Berkat Adis, ide mengalir deras di kepala Wara.




I know this chapter too short BUT full of uwu feeling.

ME, YOU AND USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang