"Jadi sebenernya lo suka sama adek gue atau enggak?"Sandy tak menyangkal asumsi Joshua. Pertanyaan temannya yang merangkap sebagai kakak Adis itu pun dijawab dengan lirikan matanya, belum menemukan jawaban yang tepat. dan karena ucapan Joshua, Sandy menemukan pencerahan baru.
Pasalnya, memang betul Sandy menemukan rasa nyaman selalu datang ketika ada Adis di sekitarnya, seakan seluruh atensi dan rasa penasarannya terpusat pada Adis, walaupun tidak secara gamblang karena mengingat masih ada anak enam hari, matanya yang berkata demikian.
"Gue nyaman kalo ada Adis. Tapi...."
Bukan Sandy yang terlambat menyadari, tapi Sandy takut rasa nyamannya ini layaknya antara Yuda dan Adis, bukan sebagai antar dua manusia yang saling jatuh hati.
Alis Joshua terangkat sebelah, menuntut lanjutan pembicaraan Sandy. "Gue takut ini cuma sekedar rasa nyaman sebagaimana kakak ke adiknya, tuh kayak Yuda." Lanjut Sandy.
"Yang boleh kayak gitu cuma gue doang. Lo sokap? Abangnya juga bukan" ujar Joshua sinis.
"Najis. Posesif."
"SMA bukan anak kecil lagi, San. Gak masalah kok, jarak lo berdua juga gak terlalu jauh. Yang beda status kalian aja. Yang satu pelajar, satu lagi mahasiswa."
"Kenapa lo seakan akan jadi ngedorong gue buat deketin Adis, sih?"
"Karena gue tau lo orang baik. Gue bisa titip Adek gue ke orang yang tepat. Lo gak usah gue dorong lama - lama juga deket sendiri." Ucap Joshua sambil cekikikan di akhir ucapannya.
"Eh, pertanyaan gue belom dijawab. Jadi lo suka atau enggak sama adek gue?" Tanya Joshua ulang.
"Gue jawab pake tindakan aja, ya. Soalnya gue talk less do more. Udah ah, gue balik!" Jawab Sandy yang segera ngacir. Sementara Joshua tertawa keras mendengar jawaban Sandy.
**
Waktu berjalan cepat, tak terasa sudah memasuki hari minggu lagi, rasanya seperti baru kemarin Adis pergi ke GBK, ternyata sudah genap seminggu yang lalu ia memenangkan medali yang kini tergantung rapih di meja belajarnya.
Adis belum bangun dari tempat tidurnya, padahal jam sudah menunjukan pukul 9. Lebih tepatnya setengah jam yang lalu Adis terbangun karena suara alarm ponselnya. Padahal ia berniat untuk tidur lebih lama, tapi tubuhnya berkata tidak demikian. Hari ini Adis tak ada kegiatan, malah rencananya hari ini adalah tidur.
Tok tok tok
Mendengar ketukan pintu kamarnya, Adis memilih mengabaikan ketukan pintu itu supaya orang di luar menganggap kalau si pemilik kamar masih tidur. Tak lama suara ketukan itu hilang, berganti dengan suara Joshua yang jengkel.
"Dek! Bangun woi! Udah siang. Gue masuk, nih."
Kenop pintu bergerak, disusul dengan sosok jangkung Joshua berjalan mendekat. Adis kembali menarik selimutnya, berpura pura tidur. "heh. Kebo lu. Bangun, gak."
"Kalo gak bangun gue ketekin nih."
Ancaman Joshua membuat Adis membuka selimutnya, semerbak bau keringat menusuk indra penciumannya. Joshua yang masih penuh keringat duduk di kasurnya, dan Adis benci hal itu. "Kak, bau. Keluar lo, ah." Usir Adis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU AND US
Fanfiction"Oh... Ya udah. i'm ok, sih. Tapi balik lagi ke anaknya, mau gak kalau gue yang ngajar?" -Arsandy "Lain kali lebih teliti dong. Lo gak mungkin nanya ke gue kalo lo ujian." -Arsandy "Jadi orang tuh jangan galak, nanti gak ada yang mau deket baru tau...