Berkat perut gue yang bunyi, akhirnya motor kak Sandy melipir ke Plaza Festival yang posisinya deket dari Gor Soemantri. Daerah kuningan itu, makin malem malah makin rame. Inilah kenapa gue ngerasa aman aman aja pulang malem, ya selain karena selalu dijemput, kalau daerah rame gini gak terlalu serem lah.
Sebenernya, gue rada malu ketika perut gue bunyi, keras pake banget. Kak Sandy yang biasanya mukanya flat aja sampe ketawa. Begitu masuk area parkir gue melepas helm.
"Mau makan apa?" tanya kak Sandy begitu kita memasuki area plaza festival. Gue menoleh ke sekitar, enaknya di sini semua restoran berkumpul jadi satu di tempat ini, jadi banyak pilihan. Kak Josh suka banget nongkrong di sini, terutama mcd.
"Kak Sandy mau apa? Aku ngikut aja, eh gue maksudnya." Jawab gue yang buru buru mengganti embel embel 'aku'. Duh, ketularan kak Sandy kemarin nih.
"Mau nasi, atau burger?" Kak Sandy agak menahan tawa mendegar ucapan gue, tapi setelah itu dia kembali ke ekspresi biasanya yang se datar talenan.
"Nasi. Ke Hokben aja." Gue jalan duluan menuju Hokben yang letaknya beberapa meter di depan gue. kak Sandy mengekor di belakang gue. Untungnya antrian gak terlalu rame, jadi cepet.
"Kak, mau apa? Biar sekalian." Tawar gue sambil bolak balik antara melihat menu dan kak Sandy. Sembari tangan gue memberikan nampan.
"yang paket A aja." Ujar kak Sandy.
"Berapa orang?" tanya pegawai yang bertugas di bagian nasi. Gue mengangkat dua jari gue untuk memberikan tanda 'dua orang'. Setelah mengambil nasi, ke bagian menunya.
"Paket A 1, paket B 1 sama pudding 1" ucap gue.
"Semua totalnya jadi 95 ribu rupiah." Gue mengangguk, gue mengedepankan tas gue mau ambil dompet, kak Sandy lebih dulu memberikan uang ke kasir. Mau gue tahan, tapi uangnya udah diambil.
"Pake uang gue dulu, biar cepet." Kata Kak Sandy yang setelah itu mengambil kembaliannya.
"Oke, thanks kak, ingetin gue buat ngasih uang ke lo ya, kak." Ucap gue. Kak Sandy mengangguk dan jalan mendahului gue. dia berhenti di meja yang lagi dibersihin petugas, setelah petugasnya selesai, kak Sandy ngucapin terima kasih.
Gue gak ngomong apa – apa, bukan karena gak punya bahan omongan, eh tapi itu sih alasan nomor 2. Alasan pertama adalah gue udah laper, jadinya gue sibuk sama makanan gue sendiri. kak Sandy yang duduk di seberang gue pun begitu.
Gue gak se-awkward itu juga sih. Karena pada dasarnya gue itu berisik, 11 12 sama kak Josh, Kakak gue itu tapi lebih social butterfly daripada gue. bahkan dia bisa ngobrol panjang sama orang yang baru dia kenal, beda dengan gue yang butuh waktu untuk bisa seperti ngoceh panjang seperti dia.
"Lo udah sering begitu?" tanya kak Sandy. Gue mengangkat kepala gue dengan alis yang juga naik.
"Apanya?" gue balik nanya karena bingung.
"Tadi. Kaki lo," ah! Gue baru ngerti. Ternyata dia ngomongin kaki gue yang kram pas latihan tadi.
"Kalau pemanasan gak bener, ya jadinya kram gitu. Tapi itu hal biasa kok." Ujar gue. Rasanya kram itu.... ngilu ngilu sedap. Mendadak kaki bakal kaku dan sakit banget untuk digerakkin. Caranya ya tadi, gue tiduran dan kaki gue dilurusin ke atas, lalu telapak kaki gue diteken dan pergelangan kaki diputer biar sakitnya berkurang.
Kak Sandy mengangguk, "Gue pernah liat video lo pas lomba." Ujar kak Sandy yang membuat gue agak kaget.
"Liat dimana?" Tanya gue.
"Laptop Joshua." Jawab kak Sandy sambil menyuap kembali makanannya.
"Dia mah jadi fans gue kalau lagi lomba, dia teriak 'AYO ADIS' sampe gue bisa denger suara dia dari bawah. Selain itu ya... jadi tom and jerry lagi." Cerita gue. Kak Sandy mengulum senyum sambil mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, YOU AND US
Fanfiction"Oh... Ya udah. i'm ok, sih. Tapi balik lagi ke anaknya, mau gak kalau gue yang ngajar?" -Arsandy "Lain kali lebih teliti dong. Lo gak mungkin nanya ke gue kalo lo ujian." -Arsandy "Jadi orang tuh jangan galak, nanti gak ada yang mau deket baru tau...