Bau tak sedap memenuhi indera penciumanku, tapi aku berusaha untuk tak memperlihatkannya secara gamblang—rasa mualku.
Ruangan yang biasa digunakan Dokter Dalton masih sama, tidak banyak yang berubah. Beberapa peralatan berat di setiap sisinya memenuhi ruangan, membuat orang-orang yang tak mengerti—seperti aku—menganggap benda-benda yang pasti berharga itu terlihat seperti sampah yang menumpuk. Meja autopsi yang sengaja diletakkan di tengah ruangan masih menampung beberapa bagian tubuh yang dapat membuat semua orang muntah. Dua buah potongan tangan, kaki, serta beberapa bagian tubuh yang entah diambil dari bagian mana seolah sengaja diletakkan Dokter Dalton sebagai pengganti vas bunga.
Tentu, aku yang telah terbiasa dengan pemandangan seperti itu—walaupun tidak selalu hasil mutilasi—merasa tidak memiliki masalah perut dalam menanggapinya. Namun, kurasa untuk beberapa tahun pertamaku ketika masuk ke bagian pembunuhan, ada kala di mana perutku tak dapat menerima makanan akibat pemandangan mengerikan yang harus kuperhatikan dengan saksama—tentu saja bau daging yang sudah membusuk merupakan pengecualian.
Sebelumnya, Dokter Dalton telah kuberitahu untuk tak menungguku. Halim yang masih berada di dalam ruang interogasi tentu tak dapat kubiarkan—aku tak tahu berapa lama percakapanku dengan Dokter Dalton akan berakhir. Jadi, kuprioritaskan mahasiswa itu untuk memberikanku berbagai macam informasi, biarpun pada akhirnya aku tak dapat menanyakan hal-hal terkait dunia kuliah padanya—tabungan agar Loka mendapatkan gambaran yang jelas.
Informasi yang kudapatkan masih sama seperti sebelumnya. Halim melihat Sheila atau Shelly keluar dari kamarnya, mengunci pintu, kemudian tak pernah dapat dihubungi lagi setelah itu. Kecurigaan karena interaksi yang terjadi antara mereka dan Halim membuatnya berpikir bahwa salah satu di antara saudari itu dengan keji membunuh saudari kembarnya, memotongnya menjadi beberapa bagian dan entah dengan motivasi apa, membuat salah satu di antara mereka—yang membunuh—menyimpan mayat saudarinya sendiri di tengah ruangan.
Gila, cerita horor macam apa itu?
Tak dapat kusangkal, cerita seperti itu memang mungkin terjadi walaupun terdengar sangat tolol dan penuh keanehan. Namun, siapa yang tahu, kan?
Untungnya, Dokter Dalton dapat memberikan bantahan yang cukup kuat jika dugaan yang diberikan oleh Halim tidaklah benar.
Segera setelahnya, aku segera menuju ruang autopsi, menemukan Wijaya dan Dokter Dalton yang tengah menungguku, tak sabar untuk memberikan hal yang akan mengejutkanku.
Ah, ya, Wijaya sendiri telah selesai dengan pekerjaannya, lebih cepat dariku, membuatnya sampai ke tempat ini lebih dulu.
Kemudian, segera setelah aku menanyakan apa yang Dokter Dalton dapatkan, tanpa basa-basi ia berkata, "Korban mutilasi ada dua orang."
Aku tidak terlalu terperangah sampai Dokter Dalton memberikan kalimat tambahan yang sengaja ditahannya, seolah-olah akan mengeluarkan bagian klimaks untuk membuatku pingsan karena tak siap menghadapi lontaran kalimatnya.
"Saya rasa saudara kembar. Saya—kami, maksudku—hampir luput memeriksanya karena terlalu fokus pada keanehan alat mutilasinya, sampai kami sadar bahwa beberapa potongan tubuh ini berasal dari dua orang."
Dokter Dalton hampir selalu mengucapkan kata 'kami' setelah selesai melakukan pekerjaan. Walaupun jujur, aku tak pernah tahu dengan siapa dia bekerja dan ke mana orang-orang itu pergi setelah selesai melakukan pekerjaannya. Mungkin dia menghubungi aku dan Wijaya setelah semua orang pergi, tapi siapa yang tahu?
Lalu, seperti yang kukatakan, aku cukup terkejut. Suatu informasi yang tak pernah kuduga, apalagi sebelumnya seseorang sempat menuduh bahwa salah satu di antara mereka adalah pelaku pembunuhannya. Namun, seperti yang kukatakan, bukti yang lebih kuat—hasil yang didapatkan Dokter Dalton—membantah semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Roy : Anomali Jeli [Selesai]
Mystery / ThrillerSebuah pembunuhan kembali terjadi di kota Bandung. Bagian gilanya, sang pembunuh menggunakan jeli sebagai alat yang ia gunakan! Dengan jejak seadanya, Roy dan Wijaya dipaksa untuk melacak keberadaan sang pembunuh. Buku 4 Serial Detektif Roy Seluruh...