9. True Detective

3K 438 23
                                    

Loka masih sibuk dengan laptopnya ketika handuk putih tak bercorak mengelilingi perutku.

Sekarang adalah hari kedua untuk Loka semenjak ia mendapatkan 'mainan' barunya itu, tetapi tampaknya rasa bosan tak akan segera menghantuinya. Sama seperti malam sebelumnya, tubuh panjangnya ia baringkan ke atas kasur beserta. Selain itu, kedua betisnya sengaja diacungkan ke atas, menghindari rasa pegal menyisipi kaki-kakinya.

Layar yang didominasi warna hitam itu memenuhi seluruh pandangan Loka, berulang kali jarinya menari di atas track pad yang masih bersih. Kedua matanya menatap dengan serius, pupilnya bergerak ke atas hingga ke bawah. Bahkan, Loka tak menyadari jika aku tengah memperhatikannya sekarang ini.

Demi apapun, aku tak berniat untuk mengganggunya, tetapi aku benar-benar ingin melepaskan penat akibat hari yang telah kulalui. Jadi, aku mengenakan pakaian terlebih dahulu, kaos polo yang bisa dibeli di mana saja, kemudian mengenakan celana pendek hitam. Kusisir rambutku agar tak berantakan, menggantungkan kembali handuk pada tempatnya agar cepat kering. Semua itu membutuhkan waktu kurang dari sepuluh menit.

Dalam interval waktu yang kuhabiskan untuk merapikan diri, Loka belum berpindah dari posisi sebelumnya. Kemudian, sekali lagi, dia tak menyadari bahwa aku memperhatikannya untuk yang kedua kali. Tak ada sapaan darinya, hanya gerakan betis yang ia tarik dan dorong secara berirama.

Aku mendekatinya, kemudian bertanya, "Lagi buka apa?"

Akhirnya, Loka memberikan tatapan matanya itu padaku walaupun hanya sekilas sebelum ia kembalikan kedua matanya untuk dipersembahkan pada layar radiasi.

"Forum," tukasnya, tanpa penjelasan lebih lanjut.

Kutarik diriku untuk melihat apa yang dikerjakannya, membuatku merasa seperti orang tua kolot yang selalu ingin mencari tahu tindakan yang dilakukan anaknya—tipe orang tua yang sering dianggap menyebalkan oleh banyak orang. Jadi, aku berusaha menahan diri untuk tak terlihat terlalu menekan Loka dengan berbagai pertanyaan.

Aku membaca sekilas tampilan yang tengah Loka perhatikan. Layar hitam dengan tulisan yang didominasi putih. Berbagai emoji muncul di antaranya. Loka menarik scroll halaman lebih cepat dari kecepatan membacaku, membuatku kewalahan untuk mengetahui tulisan apa yang sedang ia baca tanpa perlu bertanya padanya.

"Itu forum tentang apa?" Akhirnya aku tak dapat menahan diri. Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, kuusahakan untuk mengatur cara bicaraku sedemikian sehingga tak menimbulkan kesan menyebalkan.

"Forum alay, Pak," balasnya, yang tentu saja keluar dari dugaanku.

"Hah?"

Loka malah tertawa cekikikan sebelum ia menjelaskan lebih lanjut.

"Detektif-detektifan."

"Detektif-detektifan?"

Ketika keraguanku muncul, Loka segera menarik scroll-nya ke atas, menampakkan nama forum yang ia sebutkan sebelumnya. Sebuah banner muncul dengan jelas di hadapanku, menggambarkan peta Indonesia. Kemudian, seperti yang Loka katakan sebelumnya, aku dapat melihat kata 'detektif' muncul sebagai embel-embel nama forum ini, yang tentu saja bukannya membuatku segera menyelesaikan percakapan ini, melainkan ingin melakukan investigasi lebih jauh mengenai hobi baru Loka itu.

"Kenapa harus lihat-lihat forum itu kalau kamu bisa nanya bapak?" tanyaku. Maksudku ... aku kan sudah tinggal bersamanya selama ini, dia tahu aku polisi. Kalau ada sesuatu yang ingin ia ketahui dari 'detektif' itu, sewajarnya Loka bertanya padaku, kan?

"Kan udah Loka bilang forum alay, Pak." Loka kembali tertawa kecil. Tenggorokannya seolah tersendat ketika aku masih belum puas dengan jawabannya.

Detektif Roy : Anomali Jeli [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang