Tepat jam 07.15 Prilly sudah berada di halaman sekolah. Untungnya gerbang tinggi itu belum tertutup. Dengan nafas yang ngos-ngosan dia berlari lagi menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Dengan suasana yang sepi karena semua siswa sudah berada di dalam kelasnya masing-masing duduk manis di tempatnya dan mungkin saja para guru sudah siap mulai ngajar- mengajar."Duh mati aku, kenapa sampai telat banget sih hari ini." Gumamnya sendiri.
Gadis itu sedang kesal hari ini, mamanya yang biasanya membangunkannya sekarang tidak membangunkannya karena katanya dia harus meeting dadakan.
Papanya apalagi orang super sibuk. Oh iya kalau kalian tanya, kan ada si mbok? jawabannya si mbok nya lagi pulang kampung jadi rumah besar itu sepi dan sunyi, dan hanya dia sendiri di rumah, namanya juga anak tunggal jadi ya gak punya temen main di rumah.
Berjalan dengan cepat dibarengi dengan kekesalan dan ketakutan akhirnya gadis itu sudah berada di depan kelas nya, memandang pintu yang berwarna coklat dengan ketakutan, takut dihukum. Hari ini adalah pelajarannya Pak Markus, guru kimia yang super galak. Menarik nafas dan membuangnya itu saja yang dilakukan Prilly sekarang karena harus menetralkan detak jantungnya yang bekerja lebih cepat dari biasanya dan karena tadi lari-larian ditambah lagi nahan takut.
"Huh." Buangan nafas itu seolah-olah dapat menenangkannya.
Baru saja tangan mungilnya hendak mengetuk pintu kelas tapi tiba-tiba
"Dasar ya lu jadi anak males banget jam segini malah baru nyampe, ngapain aja lu di rumah?"
Suara dengan nada ketus nya mampu membuat Prilly membalikan badannya karena kaget melihat Ali yang sedang berdiri di hadapannya sekarang dengan setumpuk buku di tangannya, mungkin habis dari kantor.
"Ngapain lu ngeliatin gue?" Tanya laki-laki itu dengan ketusnya lagi.
"Hah, hmm Ali habis dari mana?" Seperti tersadar dari lamunannya Prilly bertanya.
"Lu kenapa baru datang jam segini?" Tanya Ali lagi karena tadi tidak dijawab oleh Prilly.
"Tadi aku kesiangan." Jawab Prilly dengan kepala menunduk karena sedari tadi Ali terus menatapnya dengan mata yang melotot marah.
"Mama lu kemana?" Tanya laki-laki itu lagi.
Walaupun Prilly siswa yang mungkin kurang dalam pelajaran, tapi anak ini rajin. Selalu on time kalau masuk kelas, jadi wajar kalau Ali terus bertanya karena keheranannya pada gadis itu.
"Mama pagi-pagi banget udah pergi ke kantor, jadi aku nggak ada yang bangunin." Jelas gadis itu lagi.
Sepertinya sudah cukup Ali introgasi tentang ketelatan Prilly hari ini. Lagian tangannya sudah pegal karena dari tadi mengangkat setumpuk buku.
"Ya udah cepetan masuk." Titah Ali pada Prilly, Prilly pun dengan segera membuka pintu kelasnya diikuti Ali yang ada di belakangnya.
Ternyata suasana kelas masih ramai karena Pak Markus belum memasuki kelasnya.
"Ciee Ali sama Prilly jalan barengan." Seru teman sekelasnya dengan nada yang menggoda
"Cieee."
Dan sekarang semuanya menyoraki Prilly dan Ali membuat mereka berdua menatap heran semuanya tapi dengan pipi yang merah, terlebih Prilly sih.
"Prill semalam Ali ngucapin ultah lu gak? Tanya Cindy teman sebangku Prilly, Prilly pun dengan polosnya hanya menggelengkan kepalanya saja sebagai jawaban.
"Wah parah lu Li masa pacarnya ultah gak diucapin sih." Lanjut Randy yang sekarang angkat bicara hanya sekedar ingin menggoda kedua sahabatnya saja, spontan ucapan Randy membuat semua teman-temannya yang ada di kelas menatapnya.
"Lah ngapain sekarang kalian natap gue gitu banget." Tanya Randy karena sadar dia ditatap dengan begitu herannya.
"Ran, emang mereka berdua udah pacaran ya?" Tanya Anya kepada Randy karena penasaran.
"Yaa belum sih cuma biar Ali nya aja yang peka sama perasaan Prilly, soalnya kasihan sama Prilly nya digantung mulu." Jelas Randy yang setelah itu dilanjutkan dengan suara tertawa dari semua teman-temannya.
Prilly yang mendengarnya langsung berlari ke arah Randy, memukul pelan bahu Randy membuat Randy tertawa dengan ngakak nya. Sedangkan Ali yang melihatnya hanya bisa menatap dingin kedua orang yang masih menjadi objeknya.
"Selamat pagi anak-anak." Suara pak Markus terdengar galak di telinga semua murid yang ada di kelas itu.
Berjalan menuju meja guru, Ali langsung saja menaruh setumpuk buku itu di meja dan duduk manis di bangkunya. Dia sempat memandang punggung Prilly dengan tatapannya yang tidak tajam lagi sekarang tetapi lebih kepada tatapan sendu nya dan itu dilihat oleh Randy sembari tersenyum misteri.
"Gue tau Li, lu suka sama Prilly tapi ego lu lebih besar dari rasa suka itu. Dan gue harap ego itu gak akan lama lagi menghilang agar lu bisa hidup bersama Prilly karena gue yakin bahagia kalian ya dengan kalian bersama selamanya." Ucap batin Randy masih dengan menatap Ali. Setelah itu dia mendengarkan suara Pak Markus yang sedang mengajar.
Tangerang, 05 Januari 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eskrim Man
أدب المراهقين"Ali itu ibaratkan eskrim, biarpun dingin tapi manis, biarpun dingin tapi banyak yang suka, dan biarpun dingin tapi bisa bikin semua orang bahagia..walaupun sikap dinginnya itu terkadang bisa membuat orang terganggu" ___Prilly Radinka...