Premises 14

3.9K 438 19
                                        


Seluruh siswa dan siswi yang mengikuti study tour ke Bali kini sudah memasuki kabin pesawat. Prilly berjalan beriringan dengan Cindy, sedangkan Randy berjalan bersampingan dengan Ali di belakang Prilly. Setelah menemukan kursi yang kosong mereka pun segera menempatinya.

Prilly yang tadi nya berniat duduk bersama Cindy ternyata tidak diperbolehkan oleh guru, mereka harus duduk bersama dengan teman sebangkunya di bus tadi. Dan otomatis dia melihat Ali yang sudah duduk di pojok dekat jendela, dia segera menduduki kursi disamping lelaki itu.

Beberapa menit kemudian, terdengar pemberitahuan bahwa pesawat akan segera lepas landas. Prilly merasa takut jika pesawat bergerak cepat sebelum melayang di udara. Rasanya mengerikan, bunyinya yang bising membuat telinganya berdengung kencang.

Prilly harap-harap cemas saat ini, tangannya mulai berkeringat dingin, segala do'a ia panjatkan di dalam hati agar mereka selamat sampai tujuan, matanya ia pejamkan dengan mulut yang terus berkomat-kamit.

Ali sedari tadi hanya melirik Prilly dengan diam nya. Dia tau saat ini Prilly sedang dalam masa tenggangnya dan dia dengan pengecut nya hanya bisa diam menatapnya saja. Dia memang pengecut batin Ali membodohi diri sendiri.

"Prill, lu kenapa?" Tanya Cindy yang saat ini sedang menatap Prilly cemas di bangku pesawat yang bersebrangan dengan bangku Ali dan Prilly.

Prilly yang tak ingin membuat Cindy cemas pun menggeleng kan kepalanya saja dengan mata yang masih terpejam.

"Lu yakin gak papa?" Tanya Cindy sekali lagi.

"Iya." Jawab Prilly singkat. Suaranya terdengar jelas sangat bergetar dan itu membuat Ali sadar atau tidak langsung menggenggam tangan gadis itu menenangkan.

Prilly yang kaget pun langsung menoleh ke arah Ali dengan diam. Sedangkan Ali yang ditatap juga sama diamnya, dan ketika Prilly berniat akan melepaskan tangan nya dari Ali, Ali malah semakin erat menggenggam nya.

"Biarin kayak gini aja." Ucap Ali dingin dan Prilly hanya bisa menurutinya saja.

Tak terasa pesawat sudah terbang tinggi sejajar dengan awan. Perlahan-lahan Prilly membuka matanya. Setidaknya dia sudah merasa tenang sekarang, dan apa mungkin alasannya karena genggaman erat tangan Ali? Prilly pun tidak tau.

Satu jam berlalu. Pesawat masih melintasi langit terang Indonesia. Prilly sudah larut dalam mimpi indah nya dengan kepala yang menyandar di bahu milik Ali. Rupanya lelaki itu sengaja menaruh kepala Prilly di bahunya dan jangan lupakan genggaman tangan meraka. Ali tidak melepaskan genggaman itu, justru malah semakin ia genggam erat tangan mungil gadis yang sedang tertidur itu. Ali fokus dengan buku yang ada di tangannya terlihat Cindy juga sedang terlelap sedangkan Randy yang ada di sebelah Cindy sibuk dengan permainan yang ada di ponselnya.


* * *

Bali merupakan primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal dengan keindahan alam, terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budaya nya yang unik serta menarik.

Setelah menaruh barang-barang bawaan di tempat penginapan, peserta study tour akan melanjutkan perjalanan mereka mengelilingi destinasi menarik yang ada di Bali sekaligus belajar tentang sejarah yang ada.

"Akhirnya makan!" Seru Cindy dengan mata berbinar di ikuti Prilly yang sedang tersenyum di samping kiri Cindy, sedangkan disamping kanan Cindy ada Randy dan disamping Randy ada Ali yang disamping Ali ada Prilly. Jadi meja ini berbentuk bundar dan hanya terisi oleh empat orang saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 20:00 tentunya perut mereka sudah meminta untuk isi. Apalagi tadi mereka habis berkeliling ke berbagai tempat, jadi wajar saja kalau mereka sekarang kelaparan. Prilly melahap ayam betutu super pedas, serombotan, dan sate lilit yang menjadi menu andalan untuk makan malam.

"Prill sumpah ayamnya pedes banget, hah." Ucap Cindy disela-sela makannya.

Prilly hanya bisa menganggukkan kepalanya saja, gadis itu terlalu fokus pada makanannya tidak berniat untuk menjawab apa yang Cindy ucapkan tadi. Saking pedasnya, mukanya sudah memerah, keringat mulai bercucuran dari dahinya, dan mulut yang sudah huhah-huhah menahan pedas. Randy yang melihatnya hanya bisa terkekeh saja sedangkan Ali sudah menatap tajam gadis mungil itu.

"Cin, makannya jangan pedes-pedes nanti lu sakit perut." Ucap Ali mengingatkan Cindy dengan suara datarnya tapi matanya terus menatap kearah Prilly. Prilly sih biasa saja, asik dengan makanannya yang super pedas itu soalnya lelaki dingin itu tidak menegurnya.

"Lah gue sih selaw aja mau makan pedes segimana juga soalnya gue gak punya riwayat penyakit maag." Jawab Cindy enteng.

"Aelah Li, Li, kalau mau ngomong ya ngomong aja kali ke dianya sendiri jangan bawa-bawa Cindy." Randy memang cowok yang sangat peka terhadap apapun. Ali yang tau akan digoda pun diam saja.


* * *

Aku next nih malem malem bela-belain buat kalian yg minta dilanjut,, like sama coment terus ya 😍jangan lupa di follow juga akun wattpad nya.... Seenggaknya hargai karya penulis jangan cuma numpang lewat doang di lapak saya 😂😂😂😂

Semoga kalian puas sama alur ceritanya ya walaupun sedikit... Tapi semoga sukaaa

😉😉

Tangerang, 11 Februari 2019

Eskrim ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang