Prilly terbaring di brangkar UKS dengan posisi miring sembari memegangi perutnya yang masih terasa sakit pedahal sudah minum obat tadi. Ia beberapa kali meringis kesakitan."Masih sakit Prill?" Tanya Cindy.
Memang sedari tadi gadis itu dengan setia menemaninya di dalam UKS rela meninggalkan satu jam pelajaran demi menemani prilly.
Sebagai jawaban Prilly hanya bisa mengangguk lemas."Duh gimana ya,kita pulang yuk abis itu ke rumah sakit, lu kayaknya harus diperiksa dokter nih." Ajak Cindy dengan sedikit paksaan karena Prilly sedari tadi terus meringis kesakitan.
'Pedahal perutnya tadi sudah terisi bubur dan sudah minum obat juga, tapi kok masih sakit?' Heran Cindy.
"Ayo Prill." Ajak Cindy lagi.
"Aku gak kuat jalannya Cin, Emang kamu mau gendong aku? Engga kan?" Tanya Prilly.
Cklek
Mendengar suara pintu terbuka membuat Prilly dan Cindy menoleh kearah pintu melihat siapa yang datang.
Ternyata si lelaki dingin itu yang datang. Lelaki itu berjalan dengan pelan mendekati brangkar yang Prilly tempati dan berdiri disamping Cindy.
"Lu belum pulang?" Entah untuk siapa pertanyaan itu yang jelas Ali masih menatap gadis yang ada didepannya dengan posisi terbaring membelakangi nya, Prilly.
"Ya lu mikir lah kalau kita udah pulang, ngapain masih ada disini." Ucap Cindy dengan sengitnya.
Dia masih kesal dengan Ali yang dengan seenaknya membentak Prilly didepan orang-orang.
"Ya selow dong lu jawabnya, lagian gue nanya juga kenapa kalian masih disini bukannya pulang terus ke rumah sakit kalau perutnya nih bocah masih sakit."
'Dih sekarang siapa yang gak selow ngomongnya gue apa dia, gak mikir kali nih orang.' Kesal Cindy dalam hati dengan tatapan kesal kearah Ali.
Cklek
Suara pintu terbuka pun terdengar lagi dan ternyata sekarang Randy yang datang denha senyuman yang mengembang menatap Ali. Dia pikir Ali tidak akan datang menemui Prilly melihat sikap datarnya tadi.
"Ngapain lu seyum kayak gitu ke gue?" Tanya Ali dengan heran nya menatap Randy yang sekarang susah berada di dekatnya.
"Gak papa, selow dong lu mukanya." Jawab Randy sembari merauk wajah Ali dengan tangannya.
"Tangan lu bau tapir." Dengusan Ali membuat Randy dan Cindy tertawa. Lucu saja melihat muka jijian Ali.
"Eh Prill masih sakit ya?" Setelah tawa kedua orang itu sudah mereda, Randy mulai mengalihkan matanya menatap Prilly yang masih terbaring dengan lemas nya, sesekali meringis sembari memejamkan matanya. Prilly hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa gak diajak pulang aja Prilly nya Cin?" Tanya Randy.
"Tadi udah gue ajak eh kata dia, dia gak kuat jalan soalnya dari tadi perutnya sakit terus gak berenti-berenti." Jelas Cindy dibalas anggukan paham oleh Randy.
Ali, lelaki itu hanya bisa terdiam mendengarnya.
"Yaudah Li, cepet gendong Prilly nya." Titah Randy yang membuat Ali menatap tajam kearahnya.
"Kenapa harus gue?" Tanya Ali.
"Aku gak mau digendong sama dia Randy. Aku takut bikin dia repot. Kamu mau kan aku repotin hari ini sebentar aja, nanti aku janji gak bakalan ngerepotin kamu lagi." Ujar Prilly dengan lemah tentu saja membuat Ali terdiam untuk sesaat mendengarnya.
Ternyata sampai detik ini Prilly masih memikirkan ucapan Ali yang menohok hatinya, merasa selalu merepotkan Ali dan berjanji tidak akan merepotkan nya lagi justru membuat Ali merasa sedih mendengar nya. Randy dan Cindy pun sama-sama terdiam mendengar ucapan Prilly barusan.
"Ali ngomong gitu gak beneran kok Prill, dia mah becanda jadi jangan dimasukin ke hati ya." Ucap Randy berusaha menghalau pikiran Prilly tentang semua perkataan Ali tadi siang.
"Iya Prill lu jangan dengerin omongan Ali itu yah." Tambah Cindy menenangkan hati Prilly.
Ali hanya diam saja, jujur saja dihatinya yang paling dalam Ali juga merasa bersalah terhadap Prilly karena telah mengatakan hal seperti itu.
Prilly hanya mengangguk kan kepalanya saja.
"Nah jadi sekarang, Ali yah Prill yang gendong lu soalnya tadi gue abis boker, tangan gue tadi pake cebok takut masih bau 😄😄😄." Jelas Randy dengan diakhiri cengiran malunya.
"Iiihhh Randy lu jorok banget sihh." Cindy mendadak menjauh dari Randy.
"Ohh pantes ya lu tadi ngerauk muka gue pake tangan lu yang bau itu, ternyata lu abis cebok terus lu megang muka gue." Ucap Ali dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Randy hanya menampilkan cengiran nya saja. Melihat itu semua Prilly sedikit tersenyum menahan rasa sakitnya.
"Udah buru lu gendong Prilly sana, langsung bawa ke rumah sakit aja, kasian dia." Titah Randy.
Dengan perasaan canggung Ali mulai menggendong Prilly ala bridal style, refleks Prilly langsing mengalungkan tangannya ke leher Ali.
Sekolah sudah cukup sepi karena hari sudah semakin sore. Setelah sampai di parkiran motor Ali langsung menduduki Prilly di jok belakang dan di ikuti dengan Ali yang sudah siap mengendarai motornya itu.
"Nih pake." Ucap Ali sembari memberikan jaket tebalnya ke belakang memerintahkan Prilly agar memakai jaket nya.
"Gak usah." Tolak Prilly.
"Pake, jangan bandel."
"Aku gak papa, jadi gak usah pake jaket segala." Tolak Prilly lagi.
"Ck." Decakan Ali mulai keluar dari mulutnya
Dengan segera Ali turun dari motornya dan memasang kan jaket itu ke tubuh mungil Prilly. Sedangkan Prilly memandangnya dengan heran. Setelah selesai Ali pun menaiki motornya lagi dan melajukan motor itu ke arah rumah sakit dengan laju pelan.
Tangerang, 12 Januari 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Eskrim Man
Fiksi Remaja"Ali itu ibaratkan eskrim, biarpun dingin tapi manis, biarpun dingin tapi banyak yang suka, dan biarpun dingin tapi bisa bikin semua orang bahagia..walaupun sikap dinginnya itu terkadang bisa membuat orang terganggu" ___Prilly Radinka...