Part 3

154 41 8
                                    

"Lo bisa maen mulus gak sih? Curang mulu!" geram Arfa saat Ethan dengan sengaja menyenggol-nyenggol lengannya.

Ethan terkekeh. Sudah lama sekali ia tidak bermain PS bersama teman semasa SMAnya itu. Dan kali ini, ia dan Arfa berinisiatif untuk mengulang kembali masa-masa SMA itu, salah satunya bermain PS. Hanya saja kali ini mereka tidak bermain PS di kamar Ethan, namun di ruang kerja Arfa.

"Noh kan, gue kalah lagi." desis Arfa.

"Ini cuma game. Maen lagi aja kali." cibir Ethan.

Arfa menghela napas panjang, sedangkan Ethan hanya terkekeh seraya mengambil cangkir kopi di samping sofa nya.

Arfa menoleh kesamping dan mengambil sesuatu dari atas paha Ethan. "Sini, mana stick lo?"

Byurrr

"Anjir, panas!" keluh Ethan saat kopinya menumpahi kemeja yang dipakainya.

Arfa mendekat. "Sorry sorry. Gue gak sengaja nyenggol lo."

Ethan bangkit dari duduknya dan menyimpan kembali cangkir kopi yang hanya tinggal seperempat lagi. "Lo gak liat kalau gue lagi megang kopi hah?" semprot Ethan.

Arfa berdiri dan mendekat. "Gak sengaja sumpah!" lalu Arfa pun terkekeh geli melihat raut wajah Ethan yang kesal.

Ethan membuka satu persatu kancing bajunya, sedangkan Arfa membantu membersihkan sebagian tumpahan kopi itu di kaki Ethan yang hanya mengenakan boxer.

"Gue pinjem baju lo," ucap Ethan seraya melepaskan kemeja dari tubuhnya.

"Iya. Nanti gue piㅡ"

"Arifah, kata bibi lo harus ke bawah, makanannya udahㅡ" Sheryl tidak melanjutkan ucapannya karena ia terkejut atas apa yang dilihatnya. Sontak Sheryl membulatkan kedua matanya.

"ASTAGFIRULLAH, KALIAN BERDUA LAGI NGAPAIN?!"

Ethan dan Arfa menoleh ke arah suara dengan mata yang membulat sempurna. Dengan cepat, Arfa bangkit dari posisinya yang masih membersihkan tumpahan kopi itu di kaki Ethan.

Ethan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo salah paham. Kita gak laㅡ"

"Gue gak nyangka. Ternyata kalianㅡ Oh My God!" ucap Sheryl dramatis seraya menutup mulutnya.

Arfa mendelik. "Alay lo. Gue gak sengaja tumpahin kopi ke bajunya. Makanya ini lagi gue bersihin."

Sheryl menyipitkan matanya. "Awas aja kalau kalian ternyata bukan cowok tulen. Idih amit-amit gue punya kakak sama guru les yangㅡ Ewh." Sheryl bergidik ngeri.

Arfa dan Ethan sama-sama melipat tangannya di depan dada. Seolah-olah mereka siap untuk meringkus Sheryl jika gadis itu terus mengatakan hal yang tidak-tidak.

Sheryl berdehem, "Kata bi Ela, makan malam udah siap." ucapnya seraya meninggalkan ruang kerja Arfa dengan tergesa-gesa.

***

Suasana makan malam didominasi dengan gurauan ringan dan pembicaraan perihal masa depan Sheryl. Topik lainnya adalah ledekan Sheryl mengenai kejadian di ruang kerja Arfa. Dan selama itu semua dibahas, Ethan lebih banyak tersenyum tipis karena penglihatannya tak pernah lepas dari wajah cantik Sheryl yang sangat ceria.

"Gue rasa lo bakal betah ngajarin bocah tengil itu." ledek Arfa, saat ia tak sengaja melihat tatapan Ethan yang begitu intens kearah adiknya.

Ethan menoleh. "Ngarang lo. Baru sehari aja otak gue udah keram pengen cepet-cepet beres ngajarin dia."

Bohong. Sebenarnya Ethan sama sekali tidak ingin mengucapkan kalimat seperti itu. Ia terlalu gengsi jika harus mengatakan bahwa dirinya 'sedikit' tertarik dengan putri keluarga Ganeva tersebut.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang