Part 18

105 29 3
                                    

"Hallo, Tan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hallo, Tan."

"Ngapain nelpon gue pagi-pagi?" ketus Ethan.

"Semalem Sheryl gak tidur, tapi dia maksain buat ikutan—"

"Gue gak peduli. Apa urusannya sama gue? Lo bisa gak kalo mulai sekarang lo gak perlu lagi laporin apapun yang dia kerjain. Disini lo yang kakaknya bukan gue."

"Dia maksa ikutan ospek dan gu—"

"Arfa!" bentak Ethan, tak kuat lagi menahan emosinya.

"Gue takut dia sakit, Than!" ucap Arfa di seberang sana.

Ethan menghela napas kesal seraya mempererat genggamannya pada benda pipih yang berada di sebelah telinganya.

"Gue tau lo suka sama dia, Than. Gue juga tau apa yang lo alami selama lo jauh dari adik gue. Setidaknya jangan siksa diri lo sendiri sama cara ini. Tindakan lo saat ini salah, lo seharusnya bisa ngerasain hal yang lo rasain."

"Jangan bahas tentang rasa kalo lo belum pernah ngerasain hal yang pernah gue rasain." jelas Ethan, kali ini nada suaranya tidak seketus sebelumnya.

"Oke. Lo bener kalo gue belum pernah ngerasain hal yang pernah lo rasain, hal yang mungkin gak akan lo lupain seumur hidup lo. Tapi, lo tau apa itu hidup? Lo seorang dokter, Than, dan pekerjaan lo adalah ngobatin orang, walaupun lo itu hanya sebagai perantaranya. Udah berapa pasien yang lo tangani? Apa mereka dateng ke rumah sakit cuma mau ketemu lo doang? Gak, Than. Mereka dateng ke rumah sakit karna pengen sembuh, dan itu semua bukan tanpa sebab, melainkan mereka masih punya cita-cita, masih punya cinta, bahkan mereka merelakan uang berpuluh-puluh juta hanya demi kesembuhannya agar mereka bisa nemenin seseorang yang mereka cintai. Gak ada yang namanya cinta tapi rela meninggalkan. Cinta itu di kejar, di lindungi, di—"

"Gue sibuk. Nanti sore gue ke rumah lo." ucap Ethan pada akhirnya.

Ethan menghembuskan napasnya perlahan sesaat setelah sambungan telponnya terputus. Pikirannya dipenuhi kembali oleh wajah dari gadis cantik yang belakangan ini mengusiknya.

Ethan sadar, jika selama ini dirinya terlalu mengekang gadis itu, selalu memaksanya sesuai dengan keinginannya sendiri. Sudah beberapa kali Ethan menepis perasaan aneh pada dirinya terhadap Sheryl. Ia tak mau jika perasaan itulah yang muncul. Semua tak akan pernah terjadi untuk yang kedua kalinya.

Dengan keyakinannya, Ethan memutuskan untuk meminta maaf kepada gadis itu agar keadaannya saat ini bisa lebih baik. Ya, sepulang kerja nanti, Ethan akan mengunjungi rumah gadis itu.

***

Ethan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan standar. Sesekali, pria tampan itu melirik sekilas arloji yang melingkar di tangannya. Jam menunjukan pukul tujuh malam, itu artinya Sheryl seharusnya sudah pulang sejak satu jam yang lalu.

Tak butuh waktu lama bagi Ethan untuk sampai di kediaman keluarga Ganeva. Dengan cepat, pria itu memarkirkan mobilnya di antara jajaran mobil mewah milik Arfa dan juga keluarganya. Tak lama kemudian, pandangannya beralih kearah mobil hitam yang baru saja memasuki area halaman rumah tersebut. Tampaklah seorang pria yang mengenakan setelah jas yang dipadukan dengan dasi bermotif bunga keluar dari mobil yang tak asing itu. Arfa.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang