Part 1

364 49 12
                                    

"Lho, kok malah tiduran gitu? Guru les lo gak masuk?" Arfa bertanya kepada gadis yang kini sibuk dengan dunianya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lho, kok malah tiduran gitu? Guru les lo gak masuk?" Arfa bertanya kepada gadis yang kini sibuk dengan dunianya sendiri.

"Tadi pagi dia ngundurin diri. Alesannya cuma satu. Gue terlalu pinter buat diajarin rumus-rumus yang dia kasih," jawab gadis itu, menatap malas wajah kakaknya yang tiba-tiba masuk ke ruang belajarnya.

"Jangan becanda, Sheryl!" tegas Arfa, ia berjalan kearah adiknya dan merampas sebuah novel fantasy yang menjadi mainan adiknya itu.

Sheryl mendengus. "Dia ngundurin diri. Dan lo juga pasti tau alesannya."

Arfa menghela napas panjang seraya memijat pelipisnya. "Bisa gak lo belajar yang serius. Udah belasan guru les yang ngajar lo itu selalu ngundurin diri. Dan jangan lupa panggil gue dengan sopan. Bagaimana pun gue tetep kakak lo."

Sheryl mendongkak. "Gue capek. Otak gue gak kaya otak lo, Arfa. Jangan paksa gue supaya bisa kayak lo, gue gak bisa. Dan jangan salahin gue kalo setiap guru les yang lo kirim selalu kabur. Mereka terlalu serius, gak bisa diajak main-main." tutur Sheryl, ia mengabaikan perintah Arfa untuk memanggilnya dengan sopan. Ya. Arfa sudah beberapa kali menegur Sheryl untuk memanggilnya dengan sebutan 'Kakak' namun Sheryl terus saja mengabaikan perintah tersebut dan hanya akan memanggil Arfa dengan embel-embel kakak ketika sedang bersama orang tuanya. Karena menurut Sheryl, Arfa tidak pantas untuk disebut kakak dengan muka baby facenya yang menggemaskan.

Arfa menghela napas lelah. Dalam hati ia menggeram karena memiliki adik yang tidak bisa diatur. Sudah puluhan kali ia mengirim guru les untuk adiknya, namun puluhan kali pula ia menerima kabar bahwa guru les yang mengajari adiknya mengundurkan diri. Bagaimana tidak? Sheryl seringkali mengusili setiap guru les yang datang ke rumahnya, entah itu memasukan garam ke dalam minumannya, atau menempeli kursi duduk guru lesnya dengan ampas permen karet.

"Besok lo harus ikut TO di Universitas yang udah gue pilihin. Gak ada bantahan!" jelas Arfa, menatap tajam adiknya.

Sheryl beranjak dari sofa, lantas ia berjalan gontai meninggalkan kakaknya.

"Besok jam 6 pagi lo harus bangun!" teriak kakaknya seraya menyimpan asal-asalan novel milik adiknya itu.

***

Sheryl menata rambutnya dengan sangat rapi, ia juga memoleskan sedikit lip balm di bibirnya. Natural. Walaupun begitu, Sheryl tetap saja terlihat sangat cantik. Pagi ini ia mengenakan kaos putih berlengan pendek dan juga celana jeans berwarna biru dongker, tak lupa juga ia mengenakan sneakers andalannya.

"ASTAGA! Ini udah jam 8 dan lo masih senyum-senyum depan kaca?" semprot Arfa ketika melihat adiknya masih berdiri di depan meja riasnya.

"Sewot amat. Harusnya lo bersyukur punya adek yang suka ngaca, berarti adeknya sering tau diri," Sahut Sheryl tersenyum kembali di depan meja riasnya.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang