Part 13

130 31 7
                                    

Note : Direkomendasikan untuk memutar musik diatas saat membaca part ini. 👆👆👆

"Lepasin gue, Ethan!" teriak Sheryl seraya memaksa Ethan untuk melepaskan cekalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepasin gue, Ethan!" teriak Sheryl seraya memaksa Ethan untuk melepaskan cekalannya.

Ethan menghempas kasar tangan Sheryl. "Lo pikir lo cantik, heh? Genit banget jadi cewek yang sukanya nyosor duluan."

Sheryl melotot. "Bisa gak sih lo gausah ngatain gue? Gue kesini cuma mau bilang makasih secara langsung sama lo yang udah ngajarin gue sampe gue lulus SBMPTN. Tapi sayang, sekarang gue nyesel."

Ethan menatap remeh Sheryl. "Lo pikir gue mau nerima ucapan terimakasih lo? Gue ngajarin lo bukan karna niat gue, tapi karna paksaan dari kakak lo!" ucapnya.

Jleb

Sheryl merasakan hatinya ngilu saat mendengar pernyataan Ethan padanya. Kedua matanya memanas seiring dengan air matanya yang keluar. "Gue benci lo, Ethan!" tegas Sheryl, sedetik kemudian gadis itu berlari meninggalkan ruangan Ethan yang berada di Fakultas Kedokteran.

Ethan mengacak rambutnya frustasi. "Lo bego, Than, lo bego!"

***

"Sheryl!!! Buka pintunya!!! Ini udah waktunya makan malem," teriak Arfa yang kini berada didepan kamar Sheryl.

Sebelumnya, Arfa memang sudah mengetahui bahwa Sheryl dan Ethan mengalami percekcokan tadi pagi karena Ethan sendiri yang telah memberitahu Arfa melalui telponnya. Sejak pulang dari kampus Ethan, Sheryl juga menjadi irit bicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya didalam kamar.

Clek

Pintu kamar Sheryl terbuka. Bukan karena Sheryl sendiri yang membukanya, melainkan karena Arfa yang memiliki kunci cadangan disetiap kamar rumah itu.

Dengan cepat, Arfa melangkahkan kakinya memasuki kamar Sheryl dan nampaklah Sheryl yang kini sedang terbaring membelakanginya.

"Ayo turun! lo belum makan dari tadi siang," titah Arfa, ia kini duduk ditepi ranjang Sheryl.

"Gue gak laper," gumam Sheryl.

Arfa menghembuskan napasnya pelan. "Sekarang kita makan atau gue telpon Ethan supaya di—"

"Fine!" potong Sheryl, sedetik kemudian ia berlari kearah kamar mandi.

"Gue tunggu dibawah!" teriak Arfa.

***

Sheyl menatap tajam Arfa yang duduk didekatnya. Ia cemberut karena ternyata bukan hanya Arfa yang berada dimeja makan itu, tetapi Ethan pun ikut bergabung dan duduk didepannya.

Ethan tertawa dalam hati melihat wajah Sheryl yang sedang memendam emosi itu. Malam ini Sheryl terlihat seperti remaja berusia lima belas tahun, ia mengenakan piyama coklat berkarakter cony dengan kakinya yang terbalut kaos kaki berwarna senada.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang