Chapter 8

2.6K 222 0
                                    

Selamat membaca...📖😄

Baekhyun_G
arahime_






"Aku tidak butuh bantuan paman, jika paman tidak ingin. Aku yang akan membantu mereka sendiri!" Putus Ming Xia setelah lama menunggu jawaban Guangli.

"Mari ikut saya!" ujar Ming Xia memimpin jalan kembali ke rumahnya.

Guangli terkejut sebelum akhirnya hanya bisa menggeleng-gelangkan kepalanya dengan tingkah nonanya yang mengambil keputusan sepihak. Semoga saja apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.

Guangli memandang kepergian mereka yang semakin menjauh, jujur saja Guangli merasakan hatinya amat sakit dan sesak. Ia nampak begitu jahat, seakan-akan ia tak memiliki hati untuk menolong sesama. Hanya saja Guangli memikirkan hal apa yang akan terjadi kedepannya, namun lagi-lagi nonanya mengambil langkah yang ceroboh dan membahayakan.

Guangli menghela nafas berat, ia masih di tempatnya berpijak tanpa niat untuk menyusul. Kepalanya terasa berat karna terlalu memikirkan hal apa yang akan terjadi kedepannya.

Untuk sekian kalinya helaan nafas kembali Guangli keluarkan, seharusnya ia percaya pada nonanya. Mereka tidak akan mudah mengenali keduanya terlebih waktu sudah berlalu dua tahun lamanya, kejadian naas itu seiring waktu akan hilang terkikis oleh waktu yang terus berputar. Yang menjadi masalah sekarang adalah nonanya yang nampak amat kesal dan marah padanya.

"Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan maafnya?" Erang Guangli yang kini menjambak rambutnya kuat.

"Argghhttt!"

Guangli melepas jambakannya, seketika sebuah ide muncul dalam benaknya. Ia lantas berbalik kebelakang dan mendapati mayat beruang hitam liar yang terbujur kaku di atas tanah yang bercambur bebatuan.

"Nona pasti memaafkanku jika aku memberikannya jubah kulit beruang!" Ucap Guangli dengan raut wajah penuh suka cita.

.
.
.
.
.

Guangli mengambil belati kecilnya yang selalu ia simpan dibalik jubahnya, ia mencabut belati itu dari sarungnya sebelum perlahan mendekati beruang liar berwarna hitam kecoklatan itu untuk ia kuliti.

Butuh beberapa jam sebelum Guangli berhasil mengambil kulit berbulu tebal beruang itu. Setelah berhasil Guangli membawa bulu beruang itu menuju sungai untuk ia bersihkan sebelum ia keringkan keesokan harinya.

Disela-sela membersihkan, Guangli juga menyempatkan diri untuk membersihkan tubuhnya yang kotor. Tak lupa ia juga menangkap banyak ikan untuk makan malam mereka, mengingat untuk waktu yang tidak bisa di tentukan mereka tidak akan berdua lagi di kediamannya melainkan berenam.

Setelah semuanya selesai, Guangli memasukan belatinya kembali pada sarungnya. Ia segera membereskan diri dan bergegas pulang. Guangli tahu sekeras apapun nonanya, semarah apapun ia, Ming Xia akan selalu saja menekan harga dirinya untuk meminta bantuannya. Ming Xia tidak bisa melakukan hal yang lebih berat tanpa bantuannya karna selama ini nonanya masih bergantung padanya.

.
.
.
.
.

Li Zhang sepanjang perjalanan tidak pernah ada henti-hentinya bertanya kepada Ming Xia mengenai jarak yang akan mereka tempuh, ia tidak akan mudah begitu saja percaya kepada orang asing yang berjalan di hadapannya dan sedari tadi mengatakan jarak rumahnya tidak jauh lagi. Li Zhang jelas tidak percaya karna sedari tadi mereka terus berjalan  dan menghabiskan banyak waktu tapi mereka masih saja berada dihutan yang sangat mengerikan ketika malam. Mereka tetap memasang sikap waspada terlebih tidak adanya penerangan, mereka hanya bermodalkan cahaya rembulan yang sinarnya tidak seberapa dikarnakan pepohonan di hutan cukup rindang dan subur.

"Hei pemuda, kau sedang tidak mengerjai kami bukan?" Tanya Li Zhang untuk yang kesekian kalinya.

Ming Xia berhenti melangkah, hal itu jelas membuat Li Zhang dan kedua prajuritnya pun ikut berhenti dengan sikap siap melawan apabila Ming Xia tiba-tiba menyerang mereka.

Ming Xia berbalik kebelakang dan menghadap mereka dengan wajah kesal.

"Berhentilah menaruh curiga padaku!" Geram Ming Xia

"Aku hanya berniat menolong kalian, lagi pula apa untungnya aku mengerjai kalian?" Tanya Ming Xia

"Mungkin saja kau ingin berniat jahat pada kami" jawab salah satu prajurit Li Zhang

"Terlebih saat ini kami sangat tidak berdaya. Mungkin saja kau akan memanfaatkan hal itu!" Tambah Li Zhang

"Ck" Ming Xia berdecak kesal

"AKU TIDAK SEDANG BERCANDA! AKU TIDAK PUNYA BANYAK WAKTU HANYA UNTUK MEMBODOHI ATAU MEMPERMAIKAN KALIAN. BERHENTILAH MENCURIGAIKU, AKU HANYA INGIN MEMBANTU KALIAN. APA SUSAHNYA KALIAN PERCAYA PADAKU?" teriak Ming Xia

"JIKA KALIAN MASIH INGIN TUAN KALIAN SELAMAT, MAKA IKUT AKU TANPA PROTES!" tegas Ming Xia yang kini kembali melangkah menuju kediamannya  dengan kaki yang di hentak.

"I-ikuti sa--ja dia" kata kaisar Zhi Feng yang ada di punggung Li Zhang.

Li Zhang hendak ingin protes dengan keputusan kaisar Zhi Feng, ia tidak habis pikir mengapa kaisar Zhi Feng begitu amat percaya dengan pemuda tersebut tanpa menaruh curiga. Saat ia hendak ingin mengatakan protesnya, kaisar Zhi Feng lebih dulu memotong kalimat protes yang hendak keluar dari mulutnya.

"La-kukan saja. Ikuti dia, ini perintah!" Titah kaisar Zhi Feng.

_bersambung_

Destiny of Ming Xia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang