Ming Xia merasakan sakit dan nyeri di perutnya, ia memegang perutnya dimana darah segar mulai merembes dari luka sayatan yang di berikan Yang Chin.
Entah bagaimana ceritanya, semuanya terlalu cepat hingga tiba-tiba saja Yang Chin berlari kepadanya dan melukainya. Saat ini kepala Ming Xia terasa berat, ia merasa pening dengan penglihatan yang mulai berkunang-kunang.
Disisa kesadarannya, Ming Xia jatuh tertidur di atas tanah yang dingin. Tangan kirinya yang menekan luka terlepas sehingga darah kembali keluar dari lukanya.
"Whahaha. Tak masalah aku tidak bisa mengalahkan kalian berdua, yang terpenting aku bisa melukai salah satu dari kalian dan mengambil surat dari kaisar terdahulu" kata Yang Chin.
Yang Chin kembali tertawa penuh kemenangan melihat Ming Xia terluka dan nampak sekarat. Yang Chin yang juga mendapat beberapa luka sayatan dari Guangli mulai mencari surat peninggalan kaisar terdahulu. Setelah mendapatkannya ia pun pergi meninggalkan tempat pertempuran mereka dengan langkah tertatih.
* * * * *
Guangli menarik tali kekang dengan tangan kanannya, ia memacu kuda dengan cepat agar segera sampai di istana dan memeriksa luka Ming Xia yang saat ini ia tekan dengan tangan kirinya.
Guangli melarikan kudanya seperti orang kesetanan. Ia tak peduli berapa banyak kemarahan dan makian yang di lontarkan penduduk yang berlalu lalang karna aksi gilanya, ia bahkan tidak peduli dengan bukti yang seharusnya di berikan kepada kaisar Zhi Feng yang telah hilang di curi Yang Chin. Saat ini yang menjadi perioritas utamanya adalah keselamatan Ming Xia yang kini tidak sadarkan diri.
Saat pintu gerbang utama hanya berjarak dua Chi, Guangli mulai berteriak agar prajurit penjaga segera memberinya jalan.
"MENYINGKIR. BIARKAN AKU LEWAT, NONAKU SEDANG TERLUKA!!!" teriak Guangli
Jendral Li Zhang menyadari kehadiran Guangli yang nampak terburu-buru mulai menaiki kudanya dan memberi perintah.
"BUKA GERBANG DAN BERI JALAN, ORANG ITU ADALAH TAMU YANG MULIA KAISAR!" Perintah jendral Li Zhang juga berteriak.
Pintu gerbang utama dibuka. Guangli dengan cepat menorobos masuk di ikuti jendral Li Zhang yang berada tepat di belakangnya dengan beberapa prajurit yang juga ikut menyusul di belakang.
Saat kuda jendral Li Zhang sejajar dengan kuda Guangli, ia nampak terkejut saat menyadari ada gadis yang terluka tengah di bawa Guangli saat ini. Ingin rasanya jendral Li Zhang mengajukan banyak pertanyaan mengenai siapa gadis terluka itu? Mengapa bersama dengannya dan dimana Ming Wu? Tapi mengingat kondisi Guangli yang nampak amat panik, jendral Li Zhang mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Saat di perjalanan tadi, ikat rambut Ming Xia terlepas sehingga rambut panjangnya terurai dan menutup sebagian wajahnya yang pucat. Guangli bersyukur rambut Ming Xia menutup sebagian wajahnya, sehingga jendral Li Zhang tak mampu mengenali identitas Ming Xia. Serta ia juga bersyukur pasalnya jendral Li Zhang nampaknya melupakan perkataan Guangli barusan yang kecoplosan karna terlalu panik. Ia baru saja menguak sedikit identitas orang yang dibawanya saat ini, namun nampaknya jendral Li Zhang menganggapnya seperti angin lalu.
* * * * *
Jendral Li Zhang membawa Guangli di sebuah pavilium yang dekat dengan istana emas miliki kaisar Zhi Feng. Setelah membantu Guangli, ia lantas pergi melapor setelah menyuruh salah satu prajurit memanggil tabib kerajaan namun Guangli menahannya.
"Tidak perlu memanggil Tabib kerajaan, jendral besar Li Zang. Aku sendiri yang akan mengobatinya, aku takut. Tidak menutup kemungkin ada orang yang kembali melukainya" kata Guangli
"Tapi-"
"Kumohon" pinta Guanli.
Jendral Li Zhang menghela nafas lelah "Baiklah" jawabnya.
"Jika kau menginginkan sesuatu, maka katakanlah. Wakil jendralku akan berada di luar menjaga kalian" kata Jendral Li Zhang.
"Untuk sementara ini, aku tidak menginginkan sesuatu. Hanya saja bisakah kalian segera keluar aku ingin segera memeriksanya" pinta Guangli.
Jendral Li Zhang mengangguk dan membawa para prajuritnya keluar. Ia menutup pintu dan kini berbalik menghadap para prajuritnya.
"Pastikan kalian menjaga pavilium ini dengan ketat, jangan pernah lengah. Orang yang berada di dalam merupakan orang yang menyelamatkan nyawa kaisar Zhi Feng, perlakukan mereka dengan baik dan hormat. Sebelumnya aku akan pergi melapor pada yang mulia kaisar" jelas jendral Li Zhang.
"Kalian mengerti?" Tanya jendral Li Zhang.
"Kami mengerti!" Jawab mereka serempak.
"Baiklah, sekarang berdiri di posisi kalian masing-masing" perintah jendral Li Zhang
Setelah memastikan para prajuritnya berada di posisi masing-masing, jendral Li Zhang pun lantas segera pergi seraya melapor pada kaisar Zhi Feng.
Setibanya jendral Li Zhang di istana emas, ia segera masuk di ruangan kerja kaisar Zhi Feng.
"Yang mulia"
"Ada apa jendral Li Zhang?" Tanya kaisar Zhi Feng yang tengah fokus membaca gulungan di tangannya.
"Tuan Li Dao telah datang, tapi---" kata jendral Li Zhang mengantungkan kalimatnya.
Kaisar Zhi Feng yang penasaran pun mendongak dari gulungan yang di bacanya.
"Tapi?" Beo kaisar Zhi Feng.
Jendral Li Zhang menghela nafas berat sebelum melanjutkan perkataannya "ia datang persama seorang nona yang sedang terluka" lanjut jendral Li Zhang yang membuat kaisar Zhi Feng terkejut.
"A-Apa? Nona? Maksudmu seorang gadis?" Tanya kaisar Zhi Feng terkejut.
Jendral Li Zhang mengangguk sebagai jawaban.
"Apa yang terjadi? Bukankah ia akan datang bersama Ming Wu?" Tanya kaisar Zhi Feng.
"Hamba tidak melihat tuan Ming Wu datang bersama tuan Li Dao, tuan Li Dao hanya datang bersama seorang gadis muda. Seingat hamba saat di pintu gerbang utama tuan Li Dao berteriak agar gerbang dibuka, jika tidak salah ia mengatakan gadis yang dibawanya adalah nonanya" jelas jendral Li Zhang.
"Nonanya?" Tanya kaisar Zhi Feng ulang yang di balas anggukan oleh jendral Li Zhang.
"Kurasa ada hal yang mencurigakan yang di sembunyikan oleh tuan Li Dao, kita harus menemuinya sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Ming Xia [COMPLETE]
FantasySebuah karya kolaborasi penulis genre fantasy antara @arahime dan @Baekhyun_G Destiny of Ming Xia Amarah dan dendam yang terpendam membuatnya tumbuh menjadi sosok gadis yang kuat, tangguh, dingin dan tak tersentuh. Setiap hari ia terus berlatih memp...