Destiny of Ming Xia [COMPLETE]

Chapter 18

Bab ini di tulis oleh kak Baekhyun_G
Ikuti terus ya kelanjutannya...
Jangan lupa komentarnya...

Selamat membaca... 😊💞🤗📖
be enjoy...😘❤️

Baekhyun_G
arahime_

Li Zhang baru saja bertemu para prajurit kerajaan Shuliang setelah menejer Lao pengelolah penginapan Wu Xia membantunya bertemu dengan para anak buahnya saat ia selesai memberikan uang sewa penginapan pada Guangli yang mereka kenal sebagai Li Dao.

Setelah mengatur strategi pertahanan dan mendiskusikan jalan yang akan mereka lalui ketika pulang nanti, kini Li Zhang berserta para prajurit kerajaan Shuliang setelah bersiap melakukan perjalanan pulang menuju kerajaan Shuliang setelah melakukan kunjungan ke kerajaan Xuiling untuk meluruskan keberadaan mereka yang berada di perbatasan kerajaan tepatnya di kota Xianning agar tidak adanya timbul kesalah pahaman nantinya yang berujung dengan pertumpahan darah.

Saat ini mereka memilih titik aman dari pada harus berperang, sebab saat ini mereka tidak memiliki waktu menguras tenaga hanya karna masalah kecil tersebut yang bisa di bereskan tanpa harusnya ada pertarungan antara dua kerajaan.

Para prajurit kerajaan Shuliang memilih menyimpan tenaga dan fokus untuk membasmi dan membabat habis musuh kaisar Zhi Feng yang masih belum menampakan wujudnya, walaupun sering kali mulai menampakan taringnya dengan menyerang mereka dengan serangan yang kadang tidak pernah di duga sebelumnya.

Dilihat dari seringnya sang musuh menyerang di tempat-tempat pribadi kaisar Zhi Feng sudah memberi mereka sedikit jawab dari sosok misterius yang masih bersembunyi di belakang layar bahwa sanya ia adalah orang terdekat kaisar Zhi Feng yang tau setiap jadwal apa saja dan kemana saja kaisar Zhi Feng akan pergi.

Kaisar Zhi Feng dan Li Zhang ketika sampai di kerajaan Shuliang harus memutar otak mereka sebab terlalu banyak kandidat yang bisa saja salah satunya merupakan musuh kaisar Zhi Feng, kaisar Zhi Feng akui musuhnya kali ini betul-betul sosok yang amat licin hingga jejaknya saja sampai saat ini kaisar Zhi Feng belum dapat menemukannya.

"Apakah kalian akan pergi sekarang?" Tanya Guangli yang membuyarkan lamunan mereka.

Li Zhang lantas menoleh menatap kaisar Zhi Feng seraya meminta jawaban, kaisar Zhi Feng lantas mengangguk menandakan ia telah siap pulang walaupan ada sedikit rasa ketidak relaan yang ia rasakan.

Sebelum pergi meninggalkan kediaman Guangli dan Ming Xia, Kaisar Zhi Feng sempat menoleh dan menatap Ming Xia yang berdiri disamping Guangli dengan raut wajah yang amat kaisar Zhi Feng sulit baca.

"Entah hanya perasaanku, melihatmu mengingatkanku dengan seseorang yang kurindukan" gumam kaisar Zhi Feng yang masih mampu di dengar oleh Guangli, Ming Xia dan juga Li Zhang.

Deg.

Lagi. Jantung Ming Xia kembali berdebar, untuk kesekian kalinya jantungnya berhasil mengila hanya karna orang yang sama. Orang yang ia cintai namun harus mati-matian ia hindari karna saat ini takdir seakan mengujinya. Menguji cinta, menguji kepercayaan, dan menguji kesetiaan keduanya.

Setelah kaisar Zhi Feng bergumam, ia lantas memasuki kereta yang telah menunggunya diluar gerbang kediaman Guangli dan Ming Xia.

Ingin rasanya Ming Xia lari dan memeluk tubuh kekar kaisar Zhi Feng dari belakang dan mengatakan bahwa kaisar Zhi Feng tidaklah salah mengenal dirinya, sayang Ming Xia harus menekan keinginan dan jeritan hatinya tersebut. Yang dapat Ming Xia lakukan saat ini hanya memandang punggung kaisar Zhi Feng yang semakin jauh semakin mengecil dan hilang dari pandangan mata Ming Xia yang kini matanya mulai berkaca-kaca.

"Kau begitu dekat namun sangat sulit untuk kugapai" lirih Ming Xia

Guangli yang mendengar hal itu turut merasa sedih, ia tau sangat tau bagaimana masa kecil Ming Xia dan kaisar Zhi Feng yang penuh akan kenangan. Kenangan dan kebersamaan mereka itulah yang menumbuhkan rasa nyaman dan benih cinta, namun saat ini mereka harus berpisah jarak dan berusaha bersembunyi serta terus menghindar. Takdir saat ini tengah mempermainkan keduanya dalam penderitaan, Guangli hanya berharap semoga pada akhirnya nonanya akan mendapat kebahagiaannya.

"Ini hanya masalah waktu!"

~bersambung