Jendral Li Zhang kini tengah menunggu di gerbang utama dengan beberapa prajurit kerajaan. Jendral Li Zhang masih duduk di atas kudanya dan sesekali melirik pada prajurit penjaga gerbang yang tengah memeriksa identitas orang-orang yang hendak memasuki istana terlebih dahulu.
Biasanya para prajurit tidak akan begitu memperketat pemeriksaan identitas orang-orang yang hendak masuk kedalam istana. Tapi malam ini berbeda sebab ada jendral besar Li Zhang yang akan selalu mengawasi mereka.
Saat seorang saudagar hendak masuk melewati gerbang utama istana, orang tersebut nampak mencurigakan. Ia tidak memperlihatkan identitasnya tapi malah berbisik pada prajurit penjaga gerbang serta memberikan beberapa koin perak secara sembunyi-sembunyi.
Sayang segala gerak gerik mencurigan keduanya bahkan tidak lepas dari tatapan elang jendral Li Zhang. Rahang jendral Li Zhang mengetat saat prajurit penjaga mengangguk tanda setuju dan mengizinkan saudagar itu masuk.
Tapi belum sempat saudagar itu melangkah melewati gerbang. Suara jendral Li Zhang yang terdengar mengerikan menghentikan langkahnya dan orang-orang yang berada di sekitar.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN! TANGKAP SAUDAGAR DAN JUGA PRAJURIT PENJAGA YANG MENGIZINKANNYA LEWAT DAN BAWA KE HADAPANKU SEGERA!" Teriak jendral Li Zhang yang langsung di patuhi para prajuritnya.
Saudagar itu hendak melarikan diri, sayangnya ia kalah cepat oleh para prajurit peringkat tiga yang mengejarnya.
Prajurit penjaga dan saudagar itu kini sudah didudukan di hadapan jendral Li Zhang yang sudah turun dari kudanya. Aura gelap kini mendominasi jendral Li Zhang yang menatap keduanya dengan tatapan nyalang.
"Periksa keduanya!" Perintah jendral Li Zhang dingin.
* * * * *
Mentri Tao Li telah menerima pesan dari Yang Chin. Wajah tuanya nampak suram saat mengetahui Guangli dan putri Di mentri Wu berhasil melarikan diri.
Mentri Tao Li mengebrek meja yang ada di depannya. Rahangnya mengeras, nafasnya terdengar berhembus kasar. Setiap orang yang berada di ruangan itu nampak ketakutan di bawa aura mengintimidasi serta tatapan dingin mentri Tao Li.
"TIDAK BECUS!" geram mentri Tao Li
"CEPAT KUMPULKAN PARA PENGIKUTKU, KU RASA RENCANA PEMBERONTAKAN AKAN DI MAJUKAN!" perintah mentri Tao Li
"Tapi tuan, jika anda memajuka jadwal pemberontakan dari rencana sebelumnya itu akan berdampak sangat buruk. Terlebih apa yang akan mereka (para pengikut) katakan jika rencana yang telah disusun matang di majukan? Hamba khawatir mereka akan menentang. Tolong anda pikirkan baik-baik" kata pelayan pribadi mentri Tao Li mengingatkan.
Mentri Tao Li menatap kesal pelayannya. Ia tak peduli akan resiko yang akan mereka hadapi sebab masalah terbesar mereka saat ini telah memasuki kerajaan Shuliang. Jika rencana mereka tidak di majukan, hanya tinggal menunggu waktu merekalah yang akan di musnahkan. Maka sebelum itu terjadi, merekalah yang harus menjadi orang pertama yang akan menyerang dan melumpuhkan.
"TIDAK PEDULI HAL ITU. SEGERA LAKSANAKAN PERINTAHKU ATAU KAU KU BUNUH" Ancam mentri Tao Li yang membuat pelayan pribadinya menghela nafas berat.
Percuma saja mengingatkan tuannya. Sebab mentri Tao Li tetap saja keras kepala dan selalu berdiri atas kehendaknya. Pelayan itu pun pamit undur diri dan melaksanakan perintah.
Tak berselang berapa lama kepergian pelayannya, Yang Chin baru saja datang dan sedikit ngos-ngosan.
Mentri Tao Li menatap Yang Chin sekilas.
"AKU MEMBERIMU SATU KESEMPATAN YANG CHIN. PERGI DAN BUNUH NONA MUDA WU DAN PENGAWALNYA JIKA KAU INGIN AKU MAAFKAN ATAS KECEROBAHANMU BEBERAPA WAKTU LALU!" Ucap mentri Tao Li dingin.
Yang Chin mengangguk "Terimakasih atas kemurahatian anda tuan Tao Li," ucap Yang Chin sebelum undur diri
"Pastikan kau mendapatkannya. Jika tidak, jangan harap setelah kau kembali kau masih bisa bernafas," gumam mentri Tao Li setelah kepergian Yang Chin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Ming Xia [COMPLETE]
FantasySebuah karya kolaborasi penulis genre fantasy antara @arahime dan @Baekhyun_G Destiny of Ming Xia Amarah dan dendam yang terpendam membuatnya tumbuh menjadi sosok gadis yang kuat, tangguh, dingin dan tak tersentuh. Setiap hari ia terus berlatih memp...