Hari ini adalah hari pertama Abrisam Bryan Alvaro menjadi seorang General Manager di sebuah kantor besar di kotanya. Dia sedang menghabiskan makan siangnya sambil memegang sebuah buku diary di tanganya. Mebacanya lagi, berulang kali. Dan ini entah untuk yang keberapa. Dia ingat gadis itu saat memberikanya sambil tersenyum lega.
"hari ini aku lulus dari sekolahku, aku mau pergi biar nggak ketemu kamu lagi. Kamu terlalu ganteng buat aku lupain. Susah bener lupain kamu, karena waktu sekolah aku di ajari buat mengingat dan menghafal bukan melupakan." Bryan menatap datar bocah yang terpaut 5 tahun di bawahnya itu datar. Dia belum mengerti kenapa gadis ini tiba-tiba berlari ke rumahnya dan membuat keributan.
"nih! aku kasih buku ini buat kamu, di simpen ya. Jangan di buang apalagi di bakar. Kalo perlu kamu kelonin juga nggak papa. Jangan nangis ya bacanya, ngenes semua soalnya isinya, kayak aku. Yang ngenes banget ngejar kamu tapi yang di kejar selalu lari."
"tapi inget aku bukan berhenti, aku cuman capek mau istirahat. Ngejar kamu tuh kayak ngejar ayam dengan kaki ke iket. Susah, dan bikin capek."
"terus kenapa kamu nggak berhenti, kalo kamu tau itu bakal sia-sia dan buang tenaga?" gadis itu tersenyum tenang.
"karena nggak ada yang namanya hasil yang hianatin usaha. Akan tiba saatnya aku akan benar-benar berhenti, tapi bukan sekarang. Aku belum punya alasan soalnya. Hehehe, oh ya! Langgeng ya sama mbak Zahra. Aku pergi dulu. Jangan kangen, jangan kebanyakan mikirin aku. Ntar aku nggak bisa makan gara-gara keselek. Dah dah!!" gadis itu tertawa sambil melambai ke arah Bryan. Berlari meninggalkanya.
Bryan membuka buku diary itu, halaman pertama. Ada fotonya, yang di ambil secara diam-diam.
Itu foto tetangga paling ganteng. Yang aku taksir sejak.. kapan ya? hehehe ini diary khusus aku tulis buat ngungkapin perasaan aku ke tetangga paling nyebelin, gemesin, dan yang paling penting susah buat di benci. Suatu saat nanti aku bakal kasihin ini ke dia buat di baca, biar dia yang nggak ada peka-pekanya itu bisa ngerti apa yang aku rasain. Gimana sakitnya saat aku berusaha buat meluk rasa itu tanpa harus terluka.
#Abrisam Bryan Alvaro
"hai bro! Makan sendiri aja lu. Ngelamunin cewek itu lagi? Udah berapa tahun sih masih lo lamunin mulu?" Bryan tersenyum menatap Chokky sahabatnya di kantor.
"mungkin udah 8 tahun mungkin?"
"gue kangen sama dia bro, dia tuh anaknya lucu gemesin parah! Ceria banget anaknya, sayang bro.. gimana kabar dia sekarang ya? Penasaran gue."
"nggak tau, lo aja kangen apa lagi gue?"
"lo sih! Sia-siain dia.. jadi orang jangan dingi-dingin amat kenapa? Apa ruginya sih kalo jadi orang nggak serius-serius amat? Eh ngomongin serius nih, Zahra nyariin lo, katanya mau di ajak serius."
"serius ngajak main kucing tikus maksudnya?" Chokky tergelak, temanya sungguh sudah salah pilih dan berujung pada penyesalanya hingga sekarang.
"mungkin? Kenapa? Ada rencana buat nyemilin baygon?"
"nggak deh, mending gue saranin aja ke dia buat minum."
"minum?"
"iya, minum obat kutu biar nggak ganggu hidup gue mulu kayak serangga."
"dih?! Gitu amat lo sama mantan." Bryan tertawa, dia benar-benar tidak nyaman dengan Zahra. Kejadian itu membuka mata dan hatinya.
"gue jadi inget, dia pernah bilang ke gue, jatuh cinta boleh tapi goblok jangan."
"siapa nih? Dianya yang dia? Apa dia nya yang itu?"
"itu?" Chokky tersenyum mengejek, lalu mengisyaratkan Bryan bahwa ada Zahra yang berjalan di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
RomansMengenalmu, mencintaimu, berjalan bersama mu mengajarkanku banyak hal. Termasuk bagaimana caranya aku membencimu. Aku pikir dengan membencimu aku akan dengan cepat kehilangan semua rasa rinduku bersama mu. Tapi ternyata tidak, aku terjebak dalam a...