PART 19

321 21 1
                                    


Bryan mengacak rambutnya frustasi. Dia kelepasan lagi. Kenapa hal seperti ini harus terjadi saat istrinya tengah mengandung anaknya?! Apa dia salah tadi menegur istrinya? Bryan memejamkan matanya lalu duduk di kursinya. Merenungkan sikapnya barusan.

"By? hiks." Bryan membuka matanya menatap datar ke arah Chris.

"sebaiknya kamu cari apartemen sendiri Chris. Atau aku bisa memutasimu ke cabang. Terserah kamu mau aku mutasi ke mana. Asal tidak di sini, aku nggak mau istriku salah paham denganku."

"nggak, nggak bisa By.. aku cuman punya kamu.. papa tidak mempedulikanku lagi.. mama membenciku.. aku sudah tidak memiliki siapapun lagi untuk peduli dengan keadaanku.. nggak ada yang peduli By.."

"aku yakin kamu wanita tangguh, hal seperti ini seharusnya bisa membuatmu menjadi lebih dewasa dan lebih bijak dalam menghadapi sesuatu. Kata-kata yang keluarkan tadi juga tidak seharusnya kamu keluarkan pada istriku."

"apa? Yang mana? Kenyataan bahwa istri kamu suka di goda lelaki lain di hadapan suami sendiri?"

"istriku tidak seperti itu."

Bisa buktikan bahwa istri kamu lebih baik dari aku?"

Bryan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mendadak udara di sekitarnya menjadi sesak. Apa yang harus dia lakukan?

"apa mau kamu sebenarnya Chris?"

"aku mau kamu melihat aku sebagai seorang wanita By.. bukan hanya sekedar seorang saudara."

Bryan menegang. Dia hampir mengumpat dengan kalimat yang di lontarkan Chris.

"hentikan Chris kamu sepupuku dan aku sudah memiliki istri. Aku mencintainya, tak peduli sesempurna apa kamu."

Chris menangis lagi, menunjukkan kerapuhanya di depan Bryan berharap lelaki itu mau melihatnya.

"kalo kamu menangis untuk di kasihani, berarti kamu sudah menunjukkan bahwa ada satu point yang menunjukkan bahwa Qilla memang lebih baik dari kamu. setidaknya dia tidak pernah menangis untuk di kasihani."

Chris menggeleng masih dengan sesenggukan. Sampai Bryan pun iba melihatnya. Bagaimanapun Chris adalah saudaranya. Dan dia tetap saja tidak tega melihat seorang gadis menangis karenanya.

"sudah, jangan menangis lagi." Kata Bryan sambil mendekap tubuh rapuh Chris.

"sudah jangan menangis."

"aku mencintaimu.. ku mohon.."

"aku tidak bisa Chris.. maafkan aku.."

Chris mencengkram erat baju Bryan. Berharap lelaki itu tidak pergi dan melepas dekapan hangat itu. dia sama sekali tidak peduli dengan status Bryan, bahkan dia sama sekali tidak memikirkan kandungan yang di kandung Qilla. Dia hanya menginginkan Bryan hanya untuk dirinya sendiri.

---

Qilla di tuntun Chokky ke keluar dari kantor Bryan. Ia menatap Qilla yang masih saja menangis. Dia tidak tega melihat Qilla yang selalu saja menangis karena Bryan. Dia tidak habis pikir kenapa Bryan dari dulu tidak pernah berubah? Selalu saja idiot saat jatuh cinta.

"Qill?"

Qilla dan Chokky berhenti saat ada suara memanggil nama Qilla.

"Aldo?"

"siapa Qill?" tanya Chokky.

Aldo melihat kedekatan Chokky dengan Qilla. Lalu memandang Qilla lagi penuh tanya.

"dia Aldo, temen SMA aku. apa kabar Do?" aldo tersenyum hangat ke arah Qilla.

"baik Qill, ini suami kamu?" Qilla memandang Chokky dengan mata sembabnya. Lalu beralih ke arah Aldo. Menggeleng.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang