PART 3

715 45 2
                                    


Bryan mendongak menatap jam kerja yang sudah hampir habis. Pekerjaanya juga sudah selesai, ia pun segera merapikan barang-barangnya. Setelah selesai dia pun beranjak keluar dari ruanganya dan tak sengaja bertemu dengan Chokky.

"By ngopi yok! Udah lama nggak ngopi kita. Makan malam dulu." Bryan mengangguk.

Mereka berjalan ke arah parkiran, tapi ketika Bryan hendak membuka handle mobil. Suara zahra menghentikanya.

"Bryan, mau pulang ya? Sibuk nggak? bisa tolong anterin aku ke mall nggak?"

"kamu ajak Sinta aja, aku mau makan malam bareng Chokky. Terus mau langsung pulang, capek banget soalnya."

"oh gitu ya? Lain kali makan bareng aku ya?"

"iya."

---

Bryan dan Chokky makan dengan tenang. Sesekali mereka membicarakan hal-hal ringan hingga mereka sama-sama selesai makan. Bryan menyesap kopinya sambil membuka diary milik Qilla. Lembar ke tiga dan ke empat.

"diary nya Qilla?" Bryan tersenyum mengangguk.

"bacain dong!"

"oke"

Pertemuan kita bagaikan siang dan malam yang terus bergulir. Tingkah sikapmu yang kasar tak dapat membuatku merasa terusir. Meski terkadang aku merasa kecil, dengan apa yang aku miliki. Aku sedih, tapi tak pernah bersuara meski lirih. Untukmu aku bisa menangis, tapi aku nggak mau, nanti akan terlihat tragis. Aku masih menahan, masih tersenyum sumringah penuh harapan. Aku menyukaimu, lebih dalam saat aku melihatmu. Aku menyukaimu, lebih tinggi saat aku menggapaimu. Aku menyukaimu, lebih dan lebih alay dari apa yang kamu sebut lebay. Aku menyukaimu, tapi aku belum menjadi bodoh.

#kitadanaku

"kita dan aku? Maksudnya apa?" bryan menghela nafas.

"lo tau kan dulu gue mati-matian banget ngehindar dari dia, dia sering banget gue sebut anak aneh, anak lebay, dia itu urakan dan nggak ada jaim-jaimnya jadi cewek. Lo tau tipe gue itu gimana, yang pasti anaknya kalem. Bukan yang kayak gitu."

"jadi??" mana korelasinya?

"dia selalu anggap dia sama gue itu satu, tapi secara bersamaan dia ragu sama dirinya sendiri, sampe merasa dia jatuh sendiri. Itu kisah kita, tapi rasa itu punya dia, sendiri." Bryan menunduk, merasa bersalah lagi. Dia merindukan gadis itu, semua keanehan dan keajaibanya. Semua yang ada pada gadis itu.

Bryan mulai membacakanya lagi.

Aku nggak pernah lari mengejarmu, tapi kenapa kamu selalu lari menghindariku? Tanpa aku kejar kamu lari, apalagi kalo aku lari mengejar? Kamu mau bunuh diri? Aku mengagumimu, sudah berapa kali aku katakan? Aku mengagumimu. Nggak perlu lari, kumohon. Jangan menjauh, karena saat kamu jauh aku bingung harus gimana? Tapi kamu tau? Aku ingin seperti air, yang meski bumi terus memisahkanya dengan laut, tapi air tetap memeluk bumi dengan kesejukanya. Aku ingin seperti angin, yang tetap memberi nafas meski hembusanya selalu di salahkan saat daun berguguran karnanya. Karena angin tau, daun tua pun rela berguguran demi menjadi pupuk untuk daun muda. Tapi aku nggak akan berharap, aku pergi meski pun itu demi kebahagiaanmu.

#janganlari.

Bryan menatap Chokky yang memandangnya serius. Chokky tau, gimana sikap Bryan kepada gadis kecil itu. Chokky ingat waktu dimana dia melihat sendiri siapa sosok Qilla itu.

Bryan dan Chokky baru pulang dari kantor. Chokky mampir ke rumah Bryan, dan dia cukup terkejut melihat ada sosok gadis remaja yang sedang tertawa bersama adik sahabatnya itu.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang