PART 7

386 22 1
                                    


Bryan mengegas mobilnya ke arah jalanan menuju bandara. Chokky sudah menyiapkan penerbanganya menggunakan jet pribadi yang akan landas di bandara Juanda Surabaya, dan akan di lanjutkan perjalanan darat selama 1 jam perjalanan.

Selama perjalanan semua perkataan papa Wardana seakan menjadi momok untuk Bryan. Bukan soal masalah burung atau pantatnya. Tapi ke arah bagaimana jika Qilla sekarang sudah memiliki suami atau yang lebih parah dia bahkan sudah mengandung. Dan yang menjadi mimpi buruk bagi Bryan adalah, bagaimana jika Qilla ternyata bahkan sudah memiliki seorang anak.

Apa iya Bryan akan gigit jari dan menangis di ketiak ibunya?

Bryan tak langsung menuju kediaman keluarga mama Riana, dia masih harus menunggu di villa yang ia punya di daerah dekat dengan kampung inggris Pare. Hari sudah larut saat dia sampai di kota tahu itu, tidak mungkin ia bertandang larut malam ke rumah calon mertua, atau mungkin hanya sekedar mantan tetangga? Ah.. memikirkanya membuat Bryan ingin meledak sekarang juga. Dia akhirnya memilih untuk membuka diary milik Qilla.

Lara itu nama tengahku. Dan seharusnya aku sudah terbiasa dengan rasa itu. tapi meskipun begitu tetap saja menyakitkan. Patah hati tak pernah sesakit ini sebelumnya. Melihat kamu memilih orang lain dan memamerkan semua di hadapanku. Setelah aku di lambungkan dengan segala sikap manis itu, aku di hempaskan begitu kejamnya. Apa cinta bisa sekejam itu? kenapa rasanya terlalu menyakitkan? Apa boleh sekarang aku menangisimu? Tenang saja, kamu nggak akan melihatnya. Kamu nggak akan merasa risih atau jijik karena aku menangis di hadapan malam. Aku memeluk kedinginan itu, mendekap semua rasa sakit itu. berharap reda. Dan kamu bisa melihatku.

#patahmas

Bryan tersenyum getir, mungkin itu di saat dia benar-benar merasa di puncak perasaan dan egonya. Hingga dia tidak sadar bahwa dia sudah terlalu menyakiti perempuan itu. Bryan membalik lagi halaman berikutnya.

Dia tidak akan pernah lupa dimana itu dia menjadi dekat dengan Qilla. Tapi pada akhirnya dia menghancurkan semuanya. Dengan semua pransangka yang ia tanamkan dalam pikiranya. Itu menjadi hari dimana dia sangat menyesal. Dia melihat titik terendah dimana Qilla menangisinya. Dia melihat kesakitan dalam mata Qilla. Kelemahan Qilla yang selama ini dia sembunyikan dari dunia. Tapi dengan bodohnya Bryan memalingkan wajahnya. Tidak peduli. Meski hati terus berontak, pikiranya menang lagi.

Saat itu Bryan sedang sibuk mendampingi ayahnya yang menjadi seorang CEO. Bryan di latih secara langsung oleh papa Wardana untuk menjalankan bisnis dari posisi terendah. Papa wardana masih belum tau hubungan Bryan dan Qilla karena kesibukanya menangani masalah perusahaan cabang Singapura.

Sepulangnya Bryan dari ia langsung menuju rumahnya. Saat mobil sudah memasuki garasi rumah, Bryan bisa melihat ada Qilla yang tengah mengobrol bersama temanya Aldo. Dia tidak bisa mendengar apapun dari jarak itu, tapi dia jelas menunjukan kemarahan yang teramat.

Dia teringat bagaimana penghianatan yang di lakukan Zahra padanya. Papa Wardana terlihat heran apa yang terjadi pada putranya. Kenapa dia tidak langsung masuk, padahal putranya selama berada di Singapura selalu bertanya kapan bisa pulang. Papa Wardana menatap ke arah yang sama, dan bertepatan di saat Qilla di tarik ke dekapan Aldo.

Rahang Bryan mengeras, dengan langkah lebarnya Bryan menarik lengan Qilla secara kasar.

"jadi ini yang kamu lakukan selama saya berada jauh dari kamu Qill?"

"mas Bryan? Kapan pulang?" Qilla tentu saja terkejut, pertemuan mereka sungguh tidak tepat waktu. Mereka teat berpacaran selama 2 bulan. Dan selama satu minggu ini mereka terpisah oleh jarak dan waktu. Tidak sama sekali berhubungan meskipun itu lewat via ponsel sekalipun. Qilla sibuk dengan persiapan ujian nasionalnya dan Bryan sibuk dengan pekerjaanya.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang