Bryan akhirnya memilih keluar dari tangga darurat. Berjalan tergesa mengampiri Chokky yang sudah keluar terlebih dahulu. Lalu tanpa Bryan duga, Zahra memeluknya dari belakang, sesaat setelah Bryan berhasil keluar. Tidak peduli orang kantor menatap mereka, Zahra tetap memeluk Bryan erat.
Bryan sudah akan melepaskan pelukan Zahra, namun matanya menangkap sosok Qilla. Jadi Bryan hanya berbalik membalas pelukan Zahra sama eratnya. Chokky yang melihat itu mengernyitkan dahi, lalu pandanganya tertuju ke arah Qilla yang ternyata berdiri di depan loby, melihat semuanya.
Air mata Qilla jatuh kembali. Sudah berkali-kali Qilla merasakan hatinya di tikam. Sakit saat melihat orang yang kamu sayangi pergi meninggalkanmu dengan sebuah kesalah pahaman. Qilla memilih mundur, pergi dari tempat itu. dia akan memberitahukan kelulusanya dan rencananya pergi ke Singapura nanti saja saat Bryan pulang ke rumah. Tempat dimana Qilla tidak akan melihat adegan seperti itu lagi di depan matanya.
Zahra tersenyum dalam pelukan Bryan, dia melihat punggung gadis itu yang pergi menjauh. Berhasil, rencananya berhasil. Dia tidak tau apa hubungan gadis kecil itu dengan Bryan, tapi Zahra merasa gadis itu adalah ancaman baginya untuk mendapatkan Bryan kembali.
Merasa sudah cukup Bryan melepas pelukan Zahra. Menatap dingin ke arah Zahra.
"tapi aku nggak bisa nerima kamu lagi Ra. Cukup. Itu tadi adalah pelukan perpisahan kita." Kata Bryan berlalu pergi dari hadapan Zahra.
---
Bryan lelah, dia telah kembali dari kantor. Dia sedang mengistirahatkan diri di sofa ruang tamu. Menutup matanya dengan sebelah tangan, berharap semua beban pikiranya pergi meskipun hanya sejenak. Namun itu tak lama, dia mendengar suara bel rumah berbunyi. Tak cukup sampai di situ gerbang rumahnya pun di gedor-gedor.
Bryan menghela nafas, adik papa dan mamanya sedang ada di Bandung. Dia pun akhirnya memilih untuk keluar melihat siapa yang datang. Seketika hatinya kembali terasa sesak melihat gadis itu sedang tersenyum ceria ke arahnya.
"hari ini aku lulus dari sekolahku, aku mau pergi biar nggak ketemu kamu lagi. Kamu terlalu ganteng buat aku lupain. Susah bener lupain kamu, karena waktu sekolah aku di ajari buat mengingat dan menghafal bukan melupakan." Bryan menatap datar bocah yang terpaut 5 tahun di bawahnya itu datar. Dia belum mengerti kenapa gadis ini tiba-tiba berlari ke rumahnya dan membuat keributan.
"nih! aku kasih buku ini buat kamu, di simpen ya. Jangan di buang apalagi di bakar. Kalo perlu kamu kelonin juga nggak papa. Jangan nangis ya bacanya, ngenes semua soalnya isinya, kayak aku. Yang ngenes banget ngejar kamu tapi yang di kejar selalu lari."
"tapi inget aku bukan berhenti, aku cuman capek mau istirahat. Ngejar kamu tuh kayak ngejar ayam dengan kaki ke iket. Susah, dan bikin capek."
"terus kenapa kamu nggak berhenti, kalo kamu tau itu bakal sia-sia dan buang tenaga?" gadis itu tersenyum tenang.
"karena nggak ada yang namanya hasil yang hianatin usaha. Akan tiba saatnya aku akan benar-benar berhenti, tapi bukan sekarang. Aku belum punya alasan soalnya. Hehehe, oh ya! Langgeng ya sama mbak Zahra. Aku pergi dulu. Jangan kangen, jangan kebanyakan mikirin aku. Ntar aku nggak bisa makan gara-gara keselek. Dah dah!!" gadis itu tertawa sambil melambai ke arah Bryan. Berlari meninggalkanya.
Yaps! Itu hari di mana Qilla memberikan diary-nya kepada Bryan. Bryan kembali masuk kedalam rumahnya. Menatap diary itu, ingin membukanya tapi pikiranya menolak. Akhirnya Bryan hanya meletakkan diary itu di atas nakas kamarnya. Lalu ia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi membersihkan badanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
RomanceMengenalmu, mencintaimu, berjalan bersama mu mengajarkanku banyak hal. Termasuk bagaimana caranya aku membencimu. Aku pikir dengan membencimu aku akan dengan cepat kehilangan semua rasa rinduku bersama mu. Tapi ternyata tidak, aku terjebak dalam a...