PART 17

327 13 0
                                    

Qilla membekap mulutnya melihat Bryan yang tengah memunggunginya duduk di tepi ranjang kamar mereka. Tengah menunduk memegang diary yang pernah Qilla berikan 8 tahun yang lalu. Qilla ingin menghampiri tapi hatinya seakan masih belum bisa menerima. Dan mungkin anaknya juga sependapat. Ikut kecewa dengan ayahnya.

"Qill, kamu memang seberharga itu untukku.. kamu udah jadi hujan untukku Qilla.. dan tetaplah menjadi hujan.. yang aku butuhkan untuk diriku sendiri. Jangan jadi badai yang akan memporak porandakanku.." gumam Bryan lirih.

Qilla semakin sesak, tapi dia akan mual jika melihat wajah Bryan. Qilla memilih melangkah ke kamar tamu dan menyandarkan badanya di kepala ranjang. Mengusap pelan perutya.

"dek.. jangan gitu sama papa.. papa nggak mungkin sengaja ngelakuin itu dek.. lihat papa tadi sedih gara-gara kamu nolak papa.."

Huek!

Qilla menahan mulutnya, ia kembali mual. Dia pun berlari ke arah kamar mandi dan kembali memuntahkan makananya hingga membuatnya lemas. Qilla merasakan usapan dan pijatan di tengkuknya tanpa menoleh Qilla tau siapa yang ada di baliknya.

"maafin aku Qill.. sungguh. Aku nggak bakalan sanggup.. tadi aku beneran nggak-"

"tangan kamu." potong qilla sambil mengulurkan tanganya ke belakang tanpa membalik badan.

"kenapa?"

Tak menjawab, Qilla pun meraih tangan Bryan. Dan melingkarkan ke perutnya. Mengerti maksud Qilla, Bryan pun tersenyum lalu mengeratkan pelukanya dari belakang.

"aku mau ke kamar." Bryan mengangguk lalu menggendong Qilla menuju kamar.

Qilla tak melihat wajah Bryan, dia langsung membenamkan wajahnya ke dada bidang Bryan. Sesampainya di kamar Bryan menurunkan Qilla di ranjang. Lalu langsung memeluk Qilla dari belakang. Qilla menyandarkan tubuhnya yang lemas ke dada bidang Bryan. Sedangkan Bryan menumpukan kepalanya di pucuk kepala Qilla.

"aku buatin susu ya.. kamu pasti laper.. ini udah larut banget.. atau kamu pengen sesuatu?" qilla hnya diam tidak membalas. Dia sudah sangat lelah sekarang, badanya lemas.

"jangan diem aja... kamu masih marah ya sama aku? Percaya sama aku sayang.. aku nggak ada mak-"

Qilla geram langsung mendongak meraih bibir suaminya. Menciumnya lembut, mencurahkan perasaanya. Bryan awalnya terkejut tapi tak urung membalas ciuman Qilla.

"aku nggak sebodoh itu buat nggak bisa baca situasi. Aku tau dan aku percaya. Tapi maaf saja, aku tidak bisa percaya sama sepupu kamu. dia tidak tulus." Jawab Qilla llirih.

"aku paham dan aku mengerti, tapi sayang.. aku tetap yakin chris tidak sepicik itu.. dia hanya sedang frustasi dengan keadaan keluarganya."

"baik terserah kamu, untuk malam ini tolong jangan bahas dia dulu. Aku capek.. badan aku lemes banget buat ngapa-ngapain.."

Bryan paham betul istrinya pasti lelah setelah memuntahkan isi perutnya. Bryan pun dengan perlahan merebahkan tubuh Qilla lalu ikut berbaring memeluk Qilla dari belakang. Perlahan mereka pun terlelap mengistirahatkan hati dan pikiranya. Lari sejenak dari masalah yang mereka hadapi.

Sedangkan Chris yang melihat semuanya menjadi geram seketika. Dia pikir setelah Chris dengan nekat mencium Bryan dan Qilla melihatnya, Qilla akan langsung kecewa pada Bryan. Atau bahkan meninggalkanya. Menahan kesal yang membumbung, Chris memilih untuk pergi ke kamarnya sendiri. Dia akan memikirkan rencana lain untuk mendapatkan Bryan.

---

Pagi ini Bryan lewati dengan senyuman. Ia tau Qilla sudah tak lagi mual ketika melihat wajahnya. Tapi dia harus menghela nafas, karena hari ini dia akan di sibukkan dengan pekerjaan. Ada sebuah tender yang harus Bryan menangkan. Dan dia harus mempersiapkannya. Setelah selesai sarapan Bryan pun meletakkan sendoknya dan beralih menatap Qilla.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang