Bryan memulai harinya dengan senyuman ramah. Dia tidak lagi menjadi pribadi dingin seperti dulu meskipun pembawaanya masih tetap tegas dan terlalu serius mengenai pekerjaan. Bryan mulai mengeluarkan laptopnya dan mengerjakan pekerjaanya, dia berangkat pagi karena pekerjaanya kemarin belum selesai. Sebenarnya jam kerja masih 15 menit lagi tapi Bryan sudah memulai pekerjaanya. Hingga tanpa sadar ia bekerja hingga jam makan siang hampir sampai. Ia menatap Diary itu, membukanya dan membaca lembar kedua.
Kalau ada buku tanda-tanda kalau dia jodoh kamu, udah lama Qilla mau beli. Sejak kejadian aku bertemu malaikat itu, aku berharap aku bisa bertemu lagi denganya. Dan seakan takdir memang mengharapkan itu, aku bertemu denganya lagi. Aku melihatnya, di saat matahari sudah terlelap, bulan timbul dengan malu-malu. Dan bintang sedang bersembunyi di balik awan, dia menangis. Hujan. Sedalam apa alam mencintainya? Hingga saat dia menangis, alam berusaha menyembunyikanya? Aku melangkah, membiarkan tubuhku terguyur di belai lembut air mata awan. Menghampirinya yang ternyata sedang menangisi gadis lain. jika bisa aku akan mengatakan padanya, tak perlu menangis untuk seorang wanita, jika kamu sudah tak bisa bertahan, maka berbaliklah. Ada gadis lain yang akan mendekapmu meskipun kamu membawa duri sekalipun. Dia akan mendekapmu walau dia akan berdarah karena mencintaimu.
#tangisrindumu
Bryan membenci saat-saat dia lemah karena seorang wanita. Dia bukan menangis karena wanita menghianatinya, waktu itu dia tidak menangis. Dia hanya sedang merenung dengan perasaanya sendiri. Gadis yang dulu sangat dia sayangi sudah mematahkan hatinya. Sakit saat mengetahui gadis itu malah menaruh hati dengan sahabatmu sendiri.
Bryan masih tidak mengerti, kesalahan apa yang dia lakukan pada kekasihnya? Kenapa kekasih yang dia sayangi selama ini malah beralih hati kepada sahabatnya? dia menunduk, tak peduli hujan mengguyurnya sekalipun. Dia tidak peduli, dia memang membutuhkan hujan sekarang.
"mas malaikat keringetan kan?" bryan mendongak, mengernyit.
"bener, ternyata aku nggak mimpi. Mas ngapain di sini? Hujan mas, ntar mas sakit.."
"apa peduli kamu?"suara Bryan dingin, menatap datar gadis yang pernah dia tolong.
"lagi putus cinta ya mas? Sampe duduk sendirian main ujan di taman sepi kayak gini? Mending main sama Qilla, di jamin deh bakal cepet move on.."
"bukan urusan kamu." Qilla mengambil duduk di samping Bryan. Bryan berdecak, dia masih ingin sendiri sekarang. Dia tidak membutuhkan badut untuk membuatnya jengah mendengar lelucon yang nggak ada lucu-lucunya sama sekali.
"masnya beneran lagi putus cinta?"
"pulang, nanti kamu sakit."
"ih masnya kok perhatian banget sih sama Qilla? Nanti kalo Qilla ge-er bisa gawat lo mas."
"terserah."
"mas, jatuh cinta boleh. Tapi goblok jangan. Emang kalo masnya ujan-ujanan gini, mbak mantan bisa balik sama mas? Mas, kalo mas masih bisa berdiri, mas berdiri dong. Tunjukin ke dia kalo mas itu orangnya nggak lemah.
"tapi kalo mas udah nggak kuat, mas balik badan deh. Masih ada cewek yang mau mendekap masnya.. meskipun cewek itu harus ngalamin rasa sakit yang lebih sakit dari yang namanya sakit. Jangan mewek dong mas.. mau Qilla peluk nggak? biar sama-sama anget.. hehehe.."
"kamu nggak takut saya culik atau saya lecehin? Ini hujan dan baju kamu basah, bisa-bisa saya khilaf, dan nyerang kamu."
"nggak, nggak ada malaikat yang doyan sama putri kodok kayak Qilla."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Storie d'amoreMengenalmu, mencintaimu, berjalan bersama mu mengajarkanku banyak hal. Termasuk bagaimana caranya aku membencimu. Aku pikir dengan membencimu aku akan dengan cepat kehilangan semua rasa rinduku bersama mu. Tapi ternyata tidak, aku terjebak dalam a...