PART 11

387 15 2
                                    


Bryan mengantar Qilla pulang ke rumah. Jam menunjukkan pukul 19.45, 15 menit sebelum jam yang di tentukan papa Jovan. Akhirnya Bryan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah Qilla. Mengikuti Qilla dari belakang.

"assalamu'akaikum pa!! Ma!!"

"seneng banget, habis ngapain kalian? Kamu cekokin apa anak saya?" tanya papa Jovan ketus ke arah Bryan yang sudah mengambil duduk di sofa ruang tamu di hadapan Jovan.

"dih papa! Aku tuh kalo sama mas Bryan di cekokin cinta tau, makanya Qilla seneng." Bryan tersenyum menanggapi kalimat Qilla yang tengah duduk di samping papanya.

"kalian kok udah pulang? Cepet banget?" tanya mama Riana sambil membawa minuman untuk mereka semua.

"ma, mereka itu bahaya kalau di biarin pulang malem."

"belum ada jam 8 kok malem sih pa?"

"udah malem ini."

Qilla menggelengkan kepalanya melihat perdebatan kecil orang tuanya.

"pa.. papa pengen punya menantu kayak apa?"

"yang iman islam soleh mapan."

"Jovan masuk kriterian nggak pa?"

"mana papa tau?"

"mas Jovan soleh kan pa?"

"nggak tau."

"mas Jovan udah mapan kan pa?"

"nggak tau. Dan nggak mau tau."

"mas Jovan ganteng kan pa?"

"nggak."

"mas Jovan pinter kan pa?"

"nggak."

"mas Jovan di tolak kan pa?"

"nggak." seketika mata Jovan melotot ke arah putrinya yang sedang tersenyum lebar.

"berarti di terima." Mama riana dan Bryan terkikik melihat keduanya.

"nggak, kamu ini apa nggak masih terlalu muda buat nikah? Gimana dengan karir kamu yang sekarang? Mau kamu tinggalin gitu aja?"

"saya nggak akan menghalangi karir Qilla pa.. tapi saya akan tetap mengawasi Qilla."

"gimana kalau Qilla hamil nanti? Qilla pasti tidak akan bisa melanjutkan karirnya."

"kalau itu memang benar, karena saya tidak mau mengambil resiko untuk calon cucu papa dan calon anak saya."

"kamu mau sogok saya sama calon cucu?"

"itu bukan sogokan pa, tapi memang sudah tugas saya melanjutkan keturunan untuk papa."

"emang kamu bisa saya percaya buat nggak sakitin anak saya lagi?"

"saya nggak tau, tapi papa bisa percaya sama saya kalau saya akan terus berusaha sekuat tenaga saya untuk tidak menyakiti Qilla. Saya mencintai Qilla, dan itu tidak pernah berubah sekalipun kami telah berpisah selama 8 tahun oleh jarak dan waktu."

Papa Jovan tidak menjawabnya. Hanya berdiri, meninggalkan ruang tamu dengan kebisuan.

---

Keesokan harinya Bryan mulai mempersiapkan kepulanganya ke Jakarta. Dia akan kembali hari ini, ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Bryan sudah mengirimkan pesan kepada Qilla tentang kepulanganya. Meski berat meninggalkan Qilla, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya. Dan di serahkan kepada bawahanya begitu saja.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang