Bryan sedang makan malam dengan Chokky. Tapi saat dia akan beranjak pulang, dia melihat adiknya Rikkie sedang berjalan menggandeng seorang gadis, dia pikir itu adalah Qilla. Tapi saat dia melihat lebih jelas, itu bukan Qilla. Entah kenapa Bryan merasa darahnya naik hingga ubun-ubun.
Apalagi saat melihat adiknya tertawa sambil mengacak pucuk kepala gadis itu. apa hubungan mereka? Apakah adiknya telah menghianati Qilla? Bryan mendekat ke arah adiknya, tak mempedulikan reaksi Choky dengan sikapnya.
"Rikkie." Panggil Bryan dingin.
"kak? Kakak ngapain di sini?"
"keluar."
"kakak kenapa sih?"
"ikut kakak."
"kayaknya mau ada war ini." Celetuk Chokky sambil tersenyum menggeleng.
"oke." Rikkie pun berpamitan dengan gadis itu dan keluar mengikuti kakaknya yang sudah mendahuluinya dengan Chokky.
"ada apa?" tanya Rikkie saat sudah sampai di luar.
Bugh
"kakak kenapa sih?! Kok tiba-tiba mukul Rikkie!? Salah Rikkie dimana?!"
"sejak kapan kakak ngajarin kamu buat mainin hati cewek?" dahi Rikkie mengerut dalam. Ah... dia ingat bahwa kakaknya ini berpikir dia berpacaran dengan Qilla.
"maksud kakak, Qilla yang aku mainin? Gampang, kenapa nggak kakak pacarin aja? biar nggak aku mainin lagi?"
"kamu belajar dari mana nyepelein perasaan cewek huh?"
"sejak kapan kakak peduli sama perasaan Qilla huh?" tanya Rikkie meniru gaya bicara Bryan. Sedangkan Chokky yang mendengarnya terkikik geli. Melihat pertengkaran kakak beradik yang jarang ia tonton itu.
Bryan terdiam dia bingung harus menjawab apa. Lalu chokky menengahi.
"mulai suka lo sama pacar adek lo? inget lo By, habis ini Qilla bakalan jadi pacar gue. Mungkin mereka emang udah putus, dan ini kesempatan gue dong deketin Qilla. Ya nggak?"
"gue bunuh lo kalo sampe ikut mainin perasaan Qilla."
"fix, lo suka sama Qilla."
"gue cuman nggak tega lihat Qilla sakit hati gara-gara adek gue sendiri." Bryan mengelak pernyataan Chokky.
"emangnya gimana perasaan Rikkie saat lihat Qilla berusaha nggak nangis setelah kakak sakiti? Kak dari awal Rikkie sama Qilla nggak pernah pacaran. Rikkie cuman geregetan lihat kakak yang gagal move on dari mbak Zahra.
"mata kakak kayak udah buta, nyia-nyiain cewek kayak Qilla. Harus seberapa dalam Qilla sakit kak? Harus berapa kali Qilla menerima hujatan kakak? Mulut mu itu kak, udah kayak soto jarum di cabein. Pedes nyelekit! Setau aku mama waktu ngidam kakak tuh, ngidamnya es krim vanila bukan sop semut rang rang bumbu balado!?"
"hooh, nggak ada manis-manisnya. Buat gue ajalah ya Qilla nya kalo lo nggak mau. Lumayan tuh buat di peluk manja tiap hari."
"Qilla nggak suka om-om kayak lo." ujar Bryan sambil berbalik badan meninggalkan Chokky dan Rikkie.
"lhah gue di panggil om-om? Gue perawakan hot papa gini di panggil om-om."
"jijik gue bang!"
---
Bryan pulang ke rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya,ia melihat Qilla sedang berjalan keluar dari gerbang rumahnya. Entah karena apa Bryan juga ikut keluar. Qilla yang melihat itu tersenyum sumringah, berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
RomansaMengenalmu, mencintaimu, berjalan bersama mu mengajarkanku banyak hal. Termasuk bagaimana caranya aku membencimu. Aku pikir dengan membencimu aku akan dengan cepat kehilangan semua rasa rinduku bersama mu. Tapi ternyata tidak, aku terjebak dalam a...