PART 9

394 20 0
                                    


"kenapa Qill?" Bryan mendadak merasa udara di sekitarnya menipis.

"Qilla belum bisa nolak mas..." Qilla tertawa, dia tidak berubah, pikir Bryan.

"saya kangen sama kamu Qill.."

"tapi mas.. Qilla juga belum bisa-"

"jauh dari saya?" tanya Bryan sambil menatap Qilla dengan mata yang berbinar.

Qilla tertawa,"mas nya kok jadi ge-er sih? Belajar dari mana?"

"kamu."

"maksud Qilla tuh, Qilla juga belum bisa nerima mas.."

"maksud kamu apa?"

"ya masa habis di buang Qilla di tembak lagi terus bisa luluh gitu aja, kan malu-maluin itu.." bryan menatap sendu.

"berikan saya kesempatan, asal kamu kasih saya kesempatan saya akan buktikan kalau saya benar-benar menyesali semuanya. Sore ini saya harus kembali ke jakarta. Tolong beri saya kepastian, biar saya bisa kembali dengan berita baik untuk keluarga saya yang di rumah."

"emhp..." Qilla bingung kan jadinya? Harus kasih jawaban apa ke masnya, aduh 8 tahun nggak ketemu sekali ketemu masnya ngegas aja.

"Qill?"

"mas nya pulang aja deh ya.."

"kamu nolak saya Qill?"

"aduh bukan gitu maksud Qilla tuh.. gimana sih? Itu.. maksud Qilla itu.."

"baik, saya permisi kalau begitu." Bryan berdiri. "tolong pamitkan ke papa sama mama ya.." setelah mengatakan itu Bryan beranjak keluar dari rumah kediaman Riana.

Bryan sudah memegang handle pintu mobil sebelum Qilla menahan tanganya.

"mas, beri Qilla waktu lagi ya?"

"berapa lama lagi saya harus nunggu kamu Qill? Kamu nggak maafin saya kan?"

"mas nya kok minta banget ya di cipok? Aduh! Jorok kan jadinya mulut Qilla, mas Bryan tuh lama nggak ketemu malah makin bikin gemes tau nggak! gemes pengen nyeret ke lubang buaya!"

Bryan menghela nafas, dia akhirnya tersenyum mendekap Qilla kembali ke pelukanya.

"saya masih kangen sama kamu, tapi tanggung jawab saya juga nggak nisa saya tinggalin begitu saja. Saya akan kasih kamu waktu lagi, dan saya harap penantian saya bakal membuahkan hasil." Bryan mencium dahi Qilla dalam, seketika pipi Qilla merona dengan hatinya yang menghangat.

"mas.."

"iya?"

"Qilla pengen cepet di halalin kalo gini caranya.."

---

Bryan tersenyum meskipun belum puas. Dia harus sudah kembali ke Jakarta sore ini. Sebenarnya dia masih belum ingin kembali mengingat dia belum mengantongi restu dan maaf dari Jovan. Saat Bryan sedang bersiap berangkat tiba-tiba ponselnya berdering. Papa Wardana is calling.

"hallo pa?"

"udah kamu kantongin belum?"

"apanya pa?"

"mantu papa lah, kan kamu papa suruh bawa mantu papa."

"haduh pa.. papa Jovan belum nerima Bryan.."

"ya jelas lah! siapa juga yang mau nerima cowok berbuntut di depan kayak kamu jadi mantu."

"kayak papa buntutnya di samping aja."

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang