Bagian 4

678 44 0
                                        

Raka aneh melihat Egi yang tidak membawa apa-apa. Padahal hari ini, sekolah mereka mengadakan study tour yang sudah di rencanakan dari jauh-jauh bulan. Heran sih ya, padahal cuma ke Lembang, tapi infonya dikasih kaya yang mau pergi ke Arab aja gitu ya kan.

"Gi, Lo gabawa apa-apa?" Tanya Raka sedikit menghakimi Egi.

"Seperti yang kau lihat, nak" jawab Egi sambil mengangkat bahunya.

"Lo gaakan kelaparan emangnya?" Tanya Rafa. Soalnya Egi itu orang yang paling cepet banget lapernya diantara mereka. Jadi, Rafa takut nanti Egi akan kelaparan dan menyusahakan mereka berdua.

"Ga bawa juga bakal ada yang ngasih" jawab Egi dengan entengnya sambil tersenyum.

"Kelaparan tau rasa lu, Gi. Kita sebagai temen lu ogah bagi-bagi makanan sama lu" ucap Raka kemudian meninggalkan Egi sendirian.

Baru saja tiga langkah Raka dan Rafa berjalan, sudah terdengar saja suara wanita memanggil Egi. Saat mereka membalikan badan. Mereka kaget, namun setelahnya mereka tertawa. Ternyata benar apa yang Egi bilang. Dia tidak bawa makan pun pasti ada yang ngasih.

"Heran gue sama cewe-cewe sekolah kita, ga bisa bedain mana yang ganteng dan mana yang bego, ya?. Kan yang gantengnya ada disini, eh malah nyamperin yang bego" Rafa berbicara sambil memperhatikan bagaimana cewe-cewe yang sedang berusaha mendekatkan diri pada Egi.

"Dasar Lo, manusia syirik" ucap Raka membalas perkataan Rafa yang menurutnya tidak masuk akal itu. Lalu dia berbalik meninggalkan Rafa.

"Siapa yang ga sirik coba di perlakuin gitu sama cewe" balas Rafa berbicara sendiri.

"Ehh gue keceplosan, untung si Raka kaga denger. Bahaya kalo denger" ucap Rafa merutuki dirinya sendiri.

Egi, Raka dan Rafa berada di bis 3. Yang isinya perempuan semua kecuali mereka dan pak supirnya. Egi duduk di kursi ujung paling belakang yang langsung dihadiahkan jalanan Bandung yang begitu ramai. Disebelahnya ada Raka yang menggunakan earphone dengan mata terpejam. Rafa duduk bersama wanita teman sekelasnya.

Egi berniat untuk melihat jalanan kembali, namun tatapan gadis yang sedang melihatnya dari kursi yang berjarak hanya beberapa kursinya darinya begitu menarik perhatian seorang Egi Mahesa daripada jalanan Bandung saat itu. Mata gadis itu membulat seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kemudian gadis itu duduk kembali. Tidak lama dari itu, gadis itu berbalik dan kembali melihat kearahnya dengan tatapan tidak percaya. Mata mereka bertemu untuk yang kedua kalinya dalam satu menit. Egi seolah melihat kepedihan yang mencoba untuk kuat di mata gadis itu, membuat otaknya bekerja lebih keras berpikir bagaimana caranya untuk menghilangkan kepedihan itu. Gadis itu senyum kikuk seperti cengengesan kemudian gerakannya melambat berbalik kembali melihat ke arah depan.

Ditempatnya, seorang Egi Mahesa berpikir sambil melihat kembali jalanan, bagaimana bisa dia tidak sadar bahwa di sekelilingnya ada wanita yang memiliki mata seperti itu, dan senyum yang begitu tulus. Sepenglihatan Egi yang masih normal, baru kali ini dia berhadapan dengan wanita semanis itu. Meski berjarak beberapa kursi saja darinya, namun Egi bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah wanita itu.

'Ternyata ada yang manis juga di sekolah ini' batin Egi berbicara seraya tersenyum.







*****
Bagaimana?
Siap-siap saja untuk merasakan bagaimana bahagianya Salma pada bagian-bagian setelah bagian ini dan bagian setelahnya.
Tinggalkan jejakmu yang akan lebih ku hargai.
Terimakasih.

Filosofi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang